BAGIAN DELAPAN

56K 2.6K 67
                                    

Tangannya bertolak pinggang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya bertolak pinggang. Kadang-kadang mengusap perut buncitnya yang seperti ibu hamil. Jika bisa rasanya Pak Ipul ingin resign saja menjadi guru jika muridnya modelan komplotan biang onar ini.

Terlalu sering berinteraksi dengan Gevano dkk membuat darah tinggi Pak Ipul sering kumat. Pusing sudah pasti. Sampai keseringan buat ulah, kadang Pak Ipul membiarkan saja apa maunya si komplotan itu.

Seperti sekarang ini, kelimanya ketahuan merobohkan gerbang belakang yang biasanya mereka lewati untuk ke warbeh jika bolos. Entah diapakan gerbang itu sampai-sampai roboh ditangan mereka berlima.

Dari pengakuan Janu katanya karena ulah Glen yang mendorongnya terlalu kuat. Tapi berbeda lagi jika pengakuan Glen, cowok itu bilang gerbangnya saja yang memang sudah tua, sudah minta diganti.

Kini lah saatnya kelimanya menikmati hukuman membersihkan toilet putra yang tiap hari bermacam-macam baunya.

"Bajingan bau banget!" Athala sampai muntah-muntah dibuatnya. Dia kebagian menyikat WC putra yang baunya semerbak bau neraka.

Harusnya yang kebagian menyikat WC itu Athala dan Gevano. Tapi mana mau anak Daddy Genta itu disuruh menyikat WC. Akhirnya Rey lah yang mengalah. Dan tugas Gev mengepel lantai depan toilet putra. Bersama Janu dan Glen.

"Yang bersih itu ngepel nya."

"Ujung tuh Glen, masih ada jejak kaki."

"Janu kalo ngambil air jangan kepenuhan. Liat itu lantainya becek lagi gara-gara airnya tumpah-tumpah."

"Gevano bener-bener dah bocah! Mau sampe kiamat juga nggak bakal bersih itu kalo ngepel nya maju."

Gevano garuk kepalanya yang tak gatal. Mengamati hasil kerjanya yang memang tak ada hasilnya. Orang malah tambah kotor. Jangan salahkan Gevano, dia kan nggak bisa ngepel. Anak tunggal Daddy Mommy mana pernah disuruh beberes rumah.

"Terus harusnya gimana sih pak? Miring gini?" Gevano memiringkan tubuhnya, mulai mengepel dengan gerakan maju. Masih sama seperti tadi, bedanya ya itu posisi dia sekarang miring.

"Gep ah tai kotor lagi lantainya itu tadi gue udah pel." Glen mencak-mencak.

"Pak udah deh saya nggak bisa." Gevano menyerahkannya pada Pak Ipul yang melongo.

"Masa bapak yang bersihin?"

"Bapak nggak mau?"

"Ya nggak lah jamal!"

"Yaudah nggak usah Pak. Biarin nanti saya telfon grandpa saya buat cari cleaning service." Santai Gevano bersandar pada tembok.

Janu geleng kepala. Bisa-bisanya ngadunya langsung sama yang punya sekolah. Bukan main emang temennya satu itu!

"Temen gue ni alig cuy."

"Sekolah punya peraturan. Ini emang salah kalian ngerubuhin gerbang belakang. Jadi yaudah nikmatin ini hukumannya." Pak Ipul berujar tegas.

"Kakek saya punya kenalan orang dari Thailand yang jual gerbang begituan. Lebih bagus, sekalian beli yang bagusan biar nggak cepet roboh."

GEVANO [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang