• 𝐒𝐐𝐔𝐄𝐋𝐋 𝐆𝐄𝐍𝐙𝐎 •
❌ DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN ‼️
Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana. Bukan datang dengan sukarela. Melainkan membuat ulah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit sore hari ini terlihat cantik sekali. Dengan tangan saling bergandengan, rasanya tak ingin dilepas. Gevano bawa Shazana ke pantai karena keinginan perempuan itu.
Senyum merekah lebar tanda bahwa bahagia mereka memang benar ada. Satu hari ini mereka berkeliling, hanya berdua. Melepas rindu yang selama empat tahun ini terpendam. Menebus sakitnya saat berpisah dulu. Mengobati luka yang pernah dengan tidak sengaja tergores.
Selama empat tahun Gevano cari apa obat yang bisa menyembuhkan luka dihatinya. Kemanapun dia mencari hasilnya tetap nihil, sakitnya masih terasa. Sampai akhirnya Gevano coba berdamai dengan rasa sakitnya. Seperti perintah Daddy, dia nikmati tiap-tiap sakitnya. Luka itu bukan luka fisik, makanya obatnya susah dicari. Dan hari ini dia sadar, lukanya hanya bisa disembuhkan oleh Shazana.
Jatuh cinta memang tak melulu rasa bahagia yang di dapat. Tapi juga ada rasa sakit yang jarang orang lihat.
"Aku nambah tinggi tau, dikit." Shazana peragakan dengan tangan setinggi apa dia sekarang.
Gevano sudah menyadari memang dari awal Shazana datang. Perempuannya sedikit lebih tinggi dari yang dulu.
"Aku juga nambah tinggi."
Shazana mendongak, "Iya ih! Dulu tuh kamu udah tinggi, sekarang malah lebih tinggi lagi. Untung aku nambah dikit tingginya, jadi gak jomplang banget."
Tangan Gevano yang bertengger di pundak Shazana mencubit gemas pipi itu. "Gak apa-apa, kita tetep cocok kok."
Kemudian Gevano bawa Shazana untuk duduk di bangku. Menghadap kearah matahari yang hampir tenggelam ke peraduan. Warnanya indah sekali.
Gevano ambil ponselnya di dalam saku celana. Membuka camera dan mengarahkan pada objek yang tak kalah cantik dari langit sore.
"Ih ngapain?" Tersadar jika Gevano mengarahkan camera ponsel kearahnya.
"Cantik banget kamu." Ucapan itu sukses membuat pipi Shazana bersemu merah.
Rasanya sudah lama dia tak mendengar pujian yang keluar dari mulut si cupang. Dulu saat masih bersama, Gevano tak pernah absen memuji Shazana tiap harinya.
"Ini kenapa?" Tanya Gevano. Tangannya mengusap lutut Shazana yang terdapat memar kecil berwarna biru.
"Gak tau."
Telapak tangan Gevano mengusap memar itu dengan lembut. "Lain kali hati-hati sayang."
Sedikit terkejut mendengar panggilan Gevano untuknya. Shazana tepuk pelan bibir tebal Gevano. "Emang mantan boleh manggil sayang?"
Gevano tergelak. Tarik Shazana kedalam dekapan. Dia kecup sekilas pucuk kepala Shazana. Rasanya sudah cukup, bersama Shazana hidupnya kembali damai.
"Gev."
"Hm?"
"Maaf." Satu kata yang terucap dari bilah bibir tipis itu mampu tenangkan kembali hati Gevano. Lukanya benar-benar terobati.