Sudah lama rasanya Gevano tidak pulang ke rumah. Iya, rumah yang benar-benar rumah, dimana ada Mommy di dalamnya.
Selain karena rindu Gevano juga sebenarnya pulang untuk membujuk Mommy nya yang ngambek, Mommy anak satu itu melakukan aksi mogok bicara semenjak dua hari yang lalu. Itu semua karena Gevano yang akhir-akhir ini sok sibuk. Jangankan untuk mengangkat telepon, chat saja di balasnya lama sekali.
"Mana Mommy?" Langkahnya terhenti di ruang tengah, melihat Daddy yang weekend pun masih sibuk di depan laptop.
"Inget pulang bro?" Genta tak mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Gev baru senggangnya sekarang."
Genta menoleh sekilas pada lelaki jangkung duplikatnya. "Mommy udah ngambek baru inget pulang."
"Yaaa nggak gitu, Dad." Balasnya sembari melangkah mendekati Daddy maungnya.
Gevano duduk disebelah Genta. Menatap malas pada laptop dihadapan Genta. Daddy nya ini makin hari makin sibuk. Bisa terhitung jari dalam satu bulan keduanya bertukar kabar.
"Kerja teross."
Genta berdecak sebal. "Gak makan kamu kalo Daddy gak kerja."
"Libur sehari juga gak bakal jatoh miskin."
"Daddy ini baru megang kerjaan lagi. Kemaren ngalemin Mommy mu itu yang uring-uringan."
Sementara sang oknum yang membuat Mommy uring-uringan cuma bisa nyengir.
"Dateng ke arena buat balapan bisa. Nongkrong lancar. Tapi nemuin Mommy satu hari aja gak bisa kamu?" Nada bicara Genta sudah berbeda. Kali ini lebih tegas.
Saat bicara Genta memang tak menatap Gevano, sama sekali tak memberi tatapan mematikan seperti biasanya saat ia marah, tapi Gevano bisa rasakan kemarahannya.
Apapun yang menyangkut soal Zola Genta akan turun tangan langsung. Semua orang tahu betul bagaimana cintanya Genta dengan sang istri. Ibaratnya Gevano yang notabenenya anak sekalipun bisa dia ajak ribut jika berani melukai Zola. Bukan Genta tak sayang Gevano, melainkan lelaki itu hanya ingin Gevano lebih menghormati Zola.
"Daddy sama Mommy bebasin kamu buat tinggal mandiri di apartemen bukan berarti kamu malah lupain kita. Jangankan inget rumah buat pulang, ngabarin aja kalo sempet."
Gevano cuma bisa nunduk mainin ujung jaketnya. Anak yang diluar dikenal nakal dan tak takut apapun ini nyatanya tak begitu.
"Maaf, Dad."
Genta tak menjawab, ia hanya membuang nafas kasar. Sandarkan tubuhnya pada kepala sofa.
Gevano yang merasa bersalah dan Genta yang terlihat frustasi. Zola lihat dari ujung tangga. Dia dengar semua percakapan Daddy dan anak itu. Bagaimana pusingnya Genta menghadapi duplikatnya membuat Zola sedikit mengangkat sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVANO [ SELESAI ]
Teen Fiction• 𝐒𝐐𝐔𝐄𝐋𝐋 𝐆𝐄𝐍𝐙𝐎 • ❌ DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN ‼️ Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana. Bukan datang dengan sukarela. Melainkan membuat ulah...