• 𝐒𝐐𝐔𝐄𝐋𝐋 𝐆𝐄𝐍𝐙𝐎 •
❌ DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN ‼️
Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana. Bukan datang dengan sukarela. Melainkan membuat ulah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kadang Shazana bingung, orang-orang kaya Gevano yang sering buat ulah gini apa gak capek tiap hari harus berurusan dengan BK? Apa mereka juga gak capek tiap hari kena omel Pak Ipul? Emang gak ada kapoknya.
Di jam istirahat kali ini bukan kantin lagi yang ramai, melainkan lapangan yang ramai karena murid-murid lebih memilih melihat si komplotan biang onar yang sedang menjalankan hukumannya.
"Kak Gevano nambah ganteng kalo lagi keringetan gitu!"
Shazana tolehkan kepalanya pada sumber suara. Terkekeh kecil mendengar bisikan kecil adik kelas yang berada disampingnya.
Dirinya akui memang benar, kekasihnya berkali lipat lebih tampan bila sedang berkeringat. Gevano yang push up, hati Shazana yang tak karuan. Ralat, tak hanya Shazana, mungkin para perempuan yang melihat juga sama.
"Bisa-bisanya ngasih pujian di samping ceweknya langsung." Viola sedikit berbisik pada Shazana.
"Dia gak tau, biarin aja." Balasnya.
Shazana tidak apa-apa, karena menurutnya pujian yang dilontarkan memang benar. Selagi hanya memberikan sekedar pujian, Shazana tak ambil pusing.
Pekikan kegirangan terdengar ketika Si biang onar menyelesaikan hukumannya. Gevano jalan menghampiri Shazana. Dia sudah lihat keberadaan Shazana dari awal perempuan itu datang untuk melihat.
Sembari menyugar rambutnya yang lepek karena keringat. Dia buka kancing seragamnya. Membuka seragamnya yang basah dan menyisakan kaus hitam yang melekat ditubuhnya.
Menarik lembut pergelangan tangan Shazana. Membawa perempuan itu ke tepi lapangan, dibawah pohon. Meninggalkan Viola yang misuh-misuh karena ditinggal.
Keduanya duduk berhadapan. Shazana hanya diam melihat Gevano yang banjir keringat.
"Aku jelasinnya nanti ya? Napas dulu bentar capek banget." Gevano berucap dengan nafas yang tak karuan. Sungguh melelahkan harus push up 100 kali.
"Bekas aku." Shazana menahan ketika Gevano hendak mengambil botol air mineral ditangannya.
Gevano tak perduli. Ia teguk air mineral itu sampai tandas. Benar-benar sampai habis tak tersisa.
"Masih haus gak? Ayo ke kantin aja beli." Ajak Shazana, tapi dibalas gelengan kepala dari Gevano.
"Cakep amat dah lu." Tangan besar Gevano mencubit pipi Shazana.
"Jangan ditarik nanti melar!"
"Ya bagus dong, nambah lucu kalo gitu."
"Nambah jelek yang ada!"
Gevano menggeleng tak setuju. "Mustahil."
"Diem deh. Aku sebenernya mau marah ini." Shazana tahan tangan Gevano yang hendak kembali mencubit pipinya.
"Aku tuh tadi———"
Shazana tutup mulut Gevano dengan telapak tangannya. "Gak mau sumpah. Nanti aja jelasinnya."