• 𝐒𝐐𝐔𝐄𝐋𝐋 𝐆𝐄𝐍𝐙𝐎 •
❌ DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN ‼️
Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana. Bukan datang dengan sukarela. Melainkan membuat ulah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhir-akhir ini Gevano jadi lebih banyak diam. Bahkan Shazana jadi harus lebih sabar jika kadang ucapannya tak didengar Gevano.
Sebentar lagi mereka akan LDR tapi komunikasi keduanya malah tak baik. Bukan hanya Gevano yang banyak berfikir, Shazana juga sama.
Shazana mencoba memperbaiki komunikasinya dengan mengajak Gevano pergi malam-malam begini. Agaknya mereka memang harus banyak menghabiskan waktu bersama.
Tapi sudah lewat satu jam dari janjinya pergi bersama Shazana, lelaki itu belum datang juga. Sudah berkali-kali Shazana kirim pesan, pun sudah Shazana telepon tapi tetap tak ada satupun yang dibalas, nomor lelaki itu juga tak aktif dari sore hari.
Ponselnya dia taruh diatas meja. Shazana mengacak rambutnya frustasi. Dia khawatir dengan Gevano yang tak ada kabar, ditambah komunikasinya dengan Gevano kurang baik akhir-akhir ini Shazana jadi pusing tak karuan.
Dia sudah tak peduli dengan tampilannya, moodnya untuk jalan-jalan malam ini juga sudah tak ada. Dia bertanya pada Samudra pun lelaki itu tak tahu dimana Gevano.
Sampai pintu kamarnya diketuk. Bi Nur masuk kedalam setelah Shazana persilahkan.
"Non itu ada Den Gepano."
Shazana menghela nafas, "Suruh pulang aja Bi."
Bi Nur melirik kebelakang. "Ini Non udah disini———"
Gevano lebih dulu menampakkan diri sebelum Bi Nur menyelesaikan ucapannya.
"Bibi tinggal ya Non, maaf."
Setelah kepergian Bi Nur Gevano masuk tanpa di persilahkan yang punya kamar.
"Tutup pintunya." Ketusnya.
Gevano menurut. Menutup pintu kamar Shazana, lalu menghampiri Shazana yang kini duduk dikasur dengan wajah ditekuk masam. Gevano juga lihat Shazana sudah rapih. Jadi tambah merasa bersalah dia.
Lelaki itu duduk di ujung kasur mencoba raih tangan Shazana yang langsung ditepis sang empu. "Maaf."
Shazana tarik nafas dulu sebelum berucap, "Kamu nih kenapa sih? Kamu sadar gak makin hari komunikasi kita makin jelek? Kamu banyak diemnya tanpa mau ngomong apa yang dirasa. Aku udah coba buang ego dan tetep bawel kaya biasanya padahal kamu cuma diem. Kadang aku ngomong aja kamu gak denger. Kamu nih kenapa?"
Menangani rewelnya Gevano kemarin-kemarin Shazana masih bisa, tapi untuk beberapa hari ini rasanya Shazana sudah kehabisan energi.
Shazana tak tahu mau Gevano ini apa, yang sedang Gevano rasa Shazana juga tak tahu karena lelaki itu kebanyakan diam.
"Maaf." Lagi, hanya itu yang Shazana dengar.
"Pulang deh kalo emang kesini cuma mau minta maaf." Usir Shazana sudah habis kesabaran.
"Aku balapan tadi, makanya telat buat kesini."
Rasanya saat ini Shazana ingin hantam kepala Gevano, ingin dia cakar wajah itu berkali-kali. Shazana disini khawatir, dan dikhawatirkan malah balapan tanpa izin darinya.