BAGIAN TIGA PULUH TIGA

39K 2K 186
                                    

"Gevan, sorry gue ngerepotin Lo lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gevan, sorry gue ngerepotin Lo lagi."

Gevano menggeleng. Meraih pundak Clara untuk dia usap. Menyalurkan ketenangan bagi sahabat perempuannya ini.

"Apa yang luka kali ini?" Gevano bertanya sembari sibuk perhatikan tubuh Clara dari bawah hingga atas. Melihat sebelah mana kali ini yang terluka.

Clara menjulurkan tangannya. Menunjukkan pada Gevano bahwa terdapat memar ditangan kanannya.

"Mana lagi Ra?"

Clara menunjuk lututnya yang kini mengeluarkan darah segar.

"Ayo gue obatin."

Gevano menuntun Clara untuk mengikutinya. Ia tak habis pikir dengan perlakuan Ayah Clara.

Om Winata yang dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dulu waktu Clara masih sering nongkrong bareng Gevano, cowok itu yang sering izin pada Om Winata.

Om Winata yang dulu Gevano kenal itu orangnya ramah sekali. Berbanding jauh dengan yang sekarang.

Tempramental dan arogan. Gevano nyaris tak mengenali Om Winata yang sekarang. Semenjak beliau resmi berpisah dengan Mama Clara dan memulai hidup baru dengan istri baru pilihannya, Om Winata berubah seratus delapan puluh derajat.

Gevano ajak Clara duduk dibangku taman. Ia keluarkan salep dan obat merah yang dia beli tadi diapotek. Dengan telaten Gevano obati Clara. Perempuan itu tak menangis, hanya sesekali meringis kecil saat Gevano mengobati lukanya.

"Gue gak kenal Ayah yang sekarang." Clara menatap kosong hamparan rumput kecil yang saat ini dipijak.

"Manusia emang cepat berubah ya Van?"

Gevan. Hanya Clara yang memanggilnya Gevan.

"Gue datang kesini, balik kesini karena gue kangen Ayah. Walaupun gue tau akhirnya bakal begini."

Gevano selesai obati luka Clara. Kembali dia tatap wajah sahabat lamanya. Tak banyak yang berubah dari terakhir kali dia bertemu Clara. Hanya saja kali ini perempuan itu sedikit murung.

"Gue ini masih anak Ayah kan ya, Van?"

Gevano mengangguk. "Masih Ra, masih."

Clara menoleh, "Ayah marah sama gue ya, karena gue lebih milih ikut mamah ke Jepang dan ninggalin dia disini?"

"Ayah..... Se-marah itu sama gue." Lirih Clara.

Yang bisa Gevano lakukan hanyalah mengusap pundak perempuan itu.

Lelaki itu sibuk menenangi Clara tapi pikirannya memikirkan Shazana. Ini seperti Dejavu.... Sama seperti dimana saat dia menenangi Shazana waktu itu.

"Gevan, Thank you! Gue gak tau kalo gak ada lo malam ini gue gimana."

Kepala si laki-laki mengangguk pelan. "Lo gak cuma punya gue Ra. Glen, Janu, Athala, Rey, mereka juga masih temen lo. Jangan sungkan minta bantuan ke kita kalo lo ngalamin kaya gini lagi."

GEVANO [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang