Happy Reading 💙
***
Tiga tahun setelahnya....
Bunyi bel di pagi ini tidak membuat murid-murid SMA Aditama bergerak dari tempatnya, mereka yang di kantin tetap makan dengan lahap. Mereka yang bergosip di depan pintu kelas tidak berpindah masuk ke dalam. Mereka yang berada di lapangan tidak berlari mengejar sang guru yang sudah berada di ujung pintu.
Guru sedang rapat memang suatu kebahagiaan untuk anak-anak sekolah. Apalagi dalam kondisi dadakan dan di jam pertama pula seperti sekarang.
"Jam pertama rapat?" Langga berseru di bangkunya. Satu-satunya orang yang merasa aneh dengan keadaan pagi itu.
"Gausah dipikirin, keberuntungan bisa jadi bencana kalo lo seneng berpikir negatif," sahut Raka yang tahun ini menjadi teman sebangkunya.
Tidak ada yang berubah selama tiga tahun ini, Raka dan Daniel masih menjadi teman yang baik untuk Langga dan tentunya selalu ada Ayla di antara mereka.
Langga melihat ke belakang. Banyak bangku kosong karena semua murid sibuk meninggalkan kelas. Termasuk Ayla dan Daniel yang 5 menit lalu pergi ke kantin.
"Alvan dipanggil ke ruang guru?"
Raka mengangguk tanpa mengalihkan matanya dari ponsel. "OSIS disuruh ikut rapat kayaknya."
"Kenapa mendadak ada rapat pagi-pagi gini?"
Alvan sang ketua OSIS melirik salah satu anggotanya yang tengah berbicara di antara keributan yang diciptakan para guru.
Ruang guru sekarang begitu berantakan, mereka semua tampak gugup sambil mencari berkas. Semuanya dikarenakan kedatangan seorang gadis yang usianya sama seperti mereka namun memiliki aura dingin dan berkuasa.
"Si Tuan Putri datang berkunjung ke sekolah."
"Tuan Putri?"
"Lo nggak tau, itu cewek yang di depan pemilik sekolah. Dia nggak suka keinginannya dibantah. Kalo ada yang berani bantah dia nggak segan-segan buat mecat sekalipun itu kepala sekolah. Liat aja muka kepsek keliatan takut banget."
Alvan ikut mengalihkan pandangannya ke depan, di mana si tuan putri sedang duduk manis di tengah-tengah kegugupan kepala sekolah dan para guru.
Cowok yang disegani satu sekolah karena pembawaannya yang tenang itu mengambil ponselnya dari kantong celana, membuka kamera dan mengarahkannya pada si tuan putri. Satu foto dia abadikan dan mengirimkannya pada Langga.
Ayla punya saudara? Isi pesan Alvan.
"Dari umurnya masih delapan tahun dia udah ikut ayahnya setiap kali ada rapat tahunan. Jadi dia udah terbiasa sama orang-orang di sekolah ini. Tiga tahun lalu ibunya meninggal karena sakit, gue denger karena kecelakaan sampai sekarang ayahnya masih koma. Makanya sekolah ini dia pegang sepenuhnya.
"Katanya sih dia nggak percaya siapa pun. Pernah dulu ada satu guru yang nggak mau ngikutin aturan yang dia buat karena anggap dia masih bocah buat mengambil alih sekolah ini. Sama dia langsung diberhentiin gitu aja."
"Kalo gue ya langsung pergi aja. Tinggal lamar kerja ke sekolah lain."
"Lo pikir cari kerja itu mudah? Apalagi ini salah satu sekolah bergengsi. Keterimanya aja udah sulit banget karena banyak saingannya. Sekolah bakal mudah cari guru pengganti tapi guru yang udah dipecat belum tentu semudah itu dapetin kerjaan yang baru. Gue yakin itu alasan semuanya takut sama si tuan putri."
"Sudah dapat berkas yang dicari?" Suara instruksi dari Chiara mengambil perhatian semua orang. Paling penting tidak ada lagi yang berani berbicara diam-diam seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGGA
Teen Fiction"Nyokap lo yang mati, Bokap lo yang koma kenapa gue yang kena sialnya? Kenapa gue diminta buat tunangan sama lo!" "Mati aja Chiara, lagian nggak ada yang sedih kalo lo yang pergi." "Ingat! Kalo bokap lo nggak mati, lo aja yang mati!" Langga kesal ka...