24. Waktu itu

19.8K 1.9K 2.2K
                                    

Ayo baca note dulu 👇

Karena aku perhatikan mulai banyak pembaca yang malas vote. Mulai bagian ini votenya aku kasih target ya. Sebenarnya hanya untuk penyemangat aku aja.

Itu juga alasan kenapa sering di upload ulang, karena aneh banget setelah di update ulang malah votenya nambah cepat banget. Aku jadi bingung apa emang pas aku up, sebagian nggak ada notif atau gimana.

Aku nggak minta banyak kok, cuma 870 vote dan 1,7k comment aja buat update bagian selanjutnya.

Btw bagian ini tentang Langga, sedikit banyak narasi tapi kalian tetap harus baca biar ngerti bagaimana Langga selama Chiara menghilang.

Happy Reading 💙

Kamu baca jam berapa nih?



***

Tiga tahun yang lalu...

Dua bulan setelah Chiara menghilang...

Bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Anak-anak yang akan mengikuti ujian hari pertama sudah menunggu guru pengawas di depan kelas.

Berbeda dengan Langga, cowok itu masih berada di koridor utama. Sendirian berdiri di depan pintu masuk. 

"Woy!" Pukulan pelan di pundaknya membuat Langga menoleh. Dia mengabaikan saat menemukan Raka yang ternyata datang menyusulnya.

"Ngapain lo masih di sini, tuh guru-guru pengawas udah pada jalan."

Langga tidak merespons, dia melihat lagi ke arah gerbang. Lalu berbalik, melangkah pergi saat memastikan gerbang itu sudah ditutup sangat rapat.

"Rencana lo buat nembak Ayla setelah lulus jadi? Daniel punya saran, katanya pas ulang tahun dia aja lo nembaknya."

"Nanti-nanti aja, gue perlu mikirin lagi."

Langga lalu mempercepat langkahnya.  Masuk ke dalam barisan anak-anak yang sedang melakukan pemeriksaan sebelum melakukan ujian. Dia melihat sekilas Raka yang mengambil barisan di sampingnya.

"Lo kenapa berdiri di situ?" tegur Langga, masalahnya mereka disuruh berbaris sesuai nomor ujian. Dan di sampingnya bukan tempat untuk Raka.

"Lagian anaknya nggak ada," balas Raka. Dia langsung melihat ke depan karena ibu pengawas sudah berada di depan pintu.

Langga dan Raka ikut mundur saat ibu pengawas menyuruh mereka merapikan barisan.

"Maksud ucapan lo tadi apa? Lo ada niatan nggak jadi nembak Ayla?" Raka berbicara pelan sambil masih mendengarkan instruksi dari depan.

Langga tidak menjawab, kepalanya menunduk, memastikan seragamnya dimasukkan dengan rapi, menyentuh ikat pinggang, lalu sedikit merapikan dasi.

"Aditama udah bisa ambil formulir buat pendaftaran, lo mau sekalian gue ambilin, nggak? Apa lo masih mau sekolah di SMA Patra?"

Langga kembali mengabaikan, dia maju ke depan untuk melakukan pemeriksaan. Kemudian masuk ke dalam ruang ujian. Duduk di bangkunya sambil menunggu pemeriksaan di depan selesai dilakukan.

Begitu ibu pengawas masuk dan menutup ruang ujian. Cowok itu menoleh ke samping. Di meja itu tertempel nama dan nomor ujian milik Chiara. Namun sosok itu tidak ada di sana.

***

SMA Patra, motor Langga berhenti tepat di ukiran nama itu yang terpahat indah di depan sekolah.

Dia mendorong kaca helm, melihat situasi gerbang sekolah yang begitu padat akibat banyak murid baru yang diantar menggunakan mobil.

Begitu jalanan sedikit lenggang, Langga melajukan motornya kembali, hingga benar-benar berhenti di parkiran khusus murid.

LANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang