19. Musuh

18.2K 1.6K 1.4K
                                    

Aku udah ngetik 3000 kata lebih dari minggu kemarin, pas dibaca lagi kurang suka. Terus ganti ini. Jadi yang 3000 kata itu nggak jadi apa-apa dong. Cuma jadi draf aja. Sia-sia wkwkwkk

Happy Reading 💙

Maaf lama 😔

Vote dulu guys!

***

Keberadaan Chiara di depan meja pantry langsung mencuri perhatian Langga yang akan mengambil minum.

Gadis itu tampak sibuk mengurus anak kucing kemarin. Sudah seperti ibu-ibu yang mengurus anak bayi rewel.

"Lo serius mau ngurus anak kucing itu?" Langga bertanya seraya melewati tempat Chiara.

Dia menoleh lagi karena pertanyaannya tidak dijawab. Keningnya berkerut saat sekarang melihat Chiara sedang memaksa kucing kecil itu membuka mulut, memberikan minum dengan bantuan tempat suntik.

"Susu apa yang lo kasih?" Langga jadi penasaran.

"Susu khusus buat kucing lah."

"Udah punya aja lo, perasaan baru semalam tuh kucing ada."

"Tadi pagi gue hubungi Pak Abdul buat beli."

"Awas mati aja. Niatnya mau ngerawat ujung-ujungnya jadi pembunuh." Langga berjalan ke lemari pendingin dan mengeluarkan tempat minum.

Saat menoleh lagi dia melihat Chiara menatapnya tidak senang.

"Gue udah cari tau di internet!" ucap gadis itu yang terdengar kesal.

"Kenapa lo kesal, gue cuma mengingatkan."

Langga pergi ke samping, di mana terdapat meja makan. Sekarang pukul 9 pagi, dia memang baru keluar kamar setelah semalaman tidur sangat pulas. Mungkin karena efek habis jatuh dari motor dan kaki yang sakit, tubuhnya merasa sangat butuh tidur.

"Lo udah makan?" Langga sedikit berteriak agar gadis di samping yang masih sibuk mengurus anak kucing itu bisa mendengar suaranya.

"Udah."

"Obat lo, udah lo minum?"

"Kenapa lo mau tau?"

"Nggak bisa lo jawab aja pertanyaan gue?"

"Udah."

Langga memeriksa lauk di meja, sedikit menimbang-menimbang ingin makan yang mana lebih dulu karena lauk yang sangat banyak. Bi Rami benar-benar tidak membiarkan mereka berdua kelaparan. Jam segini saja wanita tua itu sudah siap masak dan sekarang mungkin sedang menyapu halaman belakang.

Chiara datang membawa mangkuk kecil yang berisi potongan buah.

"Lo kok turun? Gue ada rencana mau bawa makanan lo ke atas, emangnya kaki lo udah nggak sakit?" tanyanya pada cowok yang sedang makan itu.

"Enggak."

Satu kata itu sedikit mencurigakan. Pandangan Chiara turun ke bawah, memperhatikan perban di kaki kiri Langga.

"Jangan macem-macem." Langga cepat mencegah isi kepala Chiara. Dia sangat tahu gadis itu ingin menendang kakinya seperti tadi malam.

Chiara tersenyum tipis, dia menarik bangku di depan cowok itu. Suasana menjadi hening saat Chiara mulai melakukan aktivitas yang sama seperti Langga, bedanya dia memakan buah.

Walaupun tidak bisa dikatakan sering, tidak jarang juga keduanya makan di ruang yang sama seperti sekarang. Jadi Chiara tahu kalau Langga tidak akan tiba-tiba mengusirnya. Itu yang membuat dia bisa makan dengan nyaman. Walaupun tanpa pembicaraan.

LANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang