14. Perjanjian

17.1K 1.6K 1.8K
                                    

Bagian ini panjang itu kenapa updatenya agak lama. Dari kemarin mau dibagi dua part biar updatenya lebih cepat. Tapi nggak bisa.

Vote dulu guys!

Happy Reading 💙



***

Chiara berhenti melihat ponselnya saat merasakan mobil yang berhenti bergerak. Saat mengangkat kepala dan melihat ke luar mereka masih belum sampai di sekolah. Masih lumayan jauh bahkan.

Kalau mogok tidak mungkin karena si pengemudi tampak tenang dan malah sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa berhenti?" tanya Chiara.

"Lo turun sini."

"Apa?"

Langga melihat Chiara setelah selesai dengan ponselnya.

"Gue baru liat pesan Ayla, dia minta pergi bareng."

"Terus kenapa gue harus turun?"

"Karena nggak mungkin lo pergi bareng gue sama dia."

"Gue nggak mau," tegas Chiara yang langsung menghadap depan. "Lo yang salah nggak liat ponsel. Kenapa gue yang harus turun. Tinggalin aja Ayla, dia punya sopir yang dibayar pakek uang bokap gue. Jangan banyak tingkah."

Langga kesal mendengarnya. Tadinya mata itu memiliki sorot yang biasa, sekarang menatap Chiara sangat tajam.

"Lo mau ngajak gue ribut pagi-pagi? Turun!"

"Nggak mau!"

Langga memukul stir, lalu cowok itu turun, berjalan memutari mobil dan tahu-tahu sudah membuka pintu di samping Chiara.

"Turun!" kata cowok itu.

Dia mendengus sebal karena Chiara tidak mendengarkan. Lantas menggunakan cara kasar dengan menarik paksa.

Hingga Chiara tidak punya pilihan, terpaksa keluar karena kalau tidak tangannya akan mendapat luka memar akibat Langga yang mencengkeram sangat kuat.

Kalau berbicara soal harga diri, Chiara akan langsung keluar saat pertama kali Langga mengusirnya. Tapi masalahnya tidak mungkin. Tadi pagi dia sudah menghubungi nomor Mbak Ira, mengingatkan wanita itu untuk mengirim sopir. Namun, sampai pukul 6 pesannya belum dibalas dan tidak ada tanda-tanda sopir pengganti itu akan datang.

Chiara sudah berpikir tidak akan pergi sekolah. Namun Langga mengajaknya pergi bersama. Dan sekarang berakhir diturunkan di pinggir jalan karena Ayla yang meminta pergi bersama.

“Lo yang ngajak gue pergi bareng.” Chiara mengingatkan kalau memang cowok itu lupa.

“Gue ngajak karena lo kelihatan menyedihkan! Nunggu di depan gerbang kayak orang bego. Kenapa? Mbak Ira kebanggaan lo itu nggak bisa dihubungi jadi lo nggak dapat sopir pengganti?”

Sebuah kalimat yang berhasil membuat Chiara diam. Langga selalu punya cara untuk meledeknya.

Setelah puas cowok itu beranjak pergi.

"Kenapa lo jahat banget?" ujar Chiara, dia menghentikan Langga sebelum cowok itu masuk ke dalam mobil.

Namun jawaban Langga saat itu membuat Chiara menyesal. Harusnya dia memang tidak perlu bertanya.

"Kapan gue pernah baik sama lo? Lagian apa alasan gue harus baik sama lo?"

Chiara kalah. Memang benar kapan Langga pernah baik kepadanya. Dan tentu saja seorang Langga tidak punya alasan untuk memperlakukan Chiara dengan baik.

Melihat Chiara yang diam, Langga menutup kembali pintu mobil dan mengambil ponselnya di kantong celana.

"Oke gini aja gue pesenin taksi soalnya gue inget lo nggak tau cara pesannya," ucap Langga. Tiba-tiba bersikap seperti super hero.

LANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang