10. Pura-pura

16.1K 1.5K 1.7K
                                    

Happy Reading 💙

Vote dulu guys!





***

Langga pikir saat Chiara menghilang dan acara pertunangan yang dijanjikan pada malam itu batal. Semuanya pun berakhir.

Ternyata Ayla benar, perjodohan itu tidak pernah batal. Baik orang tuanya maupun Chiara tidak ada yang ingin mengakhiri.

Langga bahkan baru tahu kalau selama tiga tahun ini kedua orang tuanya masih berhubungan dengan Chiara. Di saat bahkan dia berpikir tidak ada yang mengetahui kabar tentang gadis itu.

Kedua orang tuanya malah sangat dekat dengan gadis itu. Perlakuan yang seperti anak sendiri. Anak perempuan kesayangan.

Langga merasa selama tiga tahun ini dia hanya sedang dibodoh-bodohi tiga orang itu.

Benar-benar memuakkan.

Setengah jam yang lalu ibunya memaksa pergi saat dia baru pulang dari rumah Raka. Tepat pukul 12 malam saat itu dan sekarang sudah hampir pukul 1 pagi.

Langga tidak bertanya, dia hanya membawa mobilnya mengikuti instruksi sang ibu.

Saat berhenti di pekarangan yang luas, rumah yang bak istana itu membuat Langga sadar mereka pergi ke rumah Chiara.

Rumah Chiara tampak berbeda saat terakhir kali dia datang bersama Ayla.

Orang-orang jahat telah membuat rumah Chiara berantakan. Beberapa barang ada yang pecah membuat serpihan kaca berada di mana-mana.

Dan gadis itu sedang menangis dengan tubuh bergetar. Berkali-kali ibunya menenangkan tapi belum juga berhenti.

Chiara menangis tanpa suara, yang membuat gadis itu tampak lebih menyedihkan.

"Nggapapa sayang, jangan takut lagi. Ikut Tante ya, tinggal sama Tante aja."

Entah sudah keberapa kali ibunya mengatakan hal itu. Namun Chiara hanya diam seperti tidak ingin mengiyakan.

Wanita yang Chiara panggil Mbak Ira datang menghampiri. Hanya dengan kehadiran wanita itu, tangisan Chiara mulai berhenti.

"Nggapapa, Mbak udah hubungi polisi. Orang-orang tadi pasti cepat dihukum."

"Chia ada yang luka?" tanya wanita itu setelah berhasil memberi sedikit ketenangan.

"Tadi langsung sembunyi. Tapi Pak Abdul luka, perutnya ketusuk."

"Pak Abdul udah dibawa ke rumah sakit. Nggak akan kenapa-napa percaya sama Mbak."

Wanita itu menghapus jejak air mata di wajah Chiara. Memberi pelukan seraya mengusap kepala Chiara.

"Mbak yang akan urus semuanya. Untuk sementara Chia ikut Tante Agni dulu ya."

Chiara cepat melepaskan pelukan, menatap dengan protes.

"Mbak Ira benar, Chia ikut Tante dulu. Nanti kalo semuanya udah lebih baik. Kapan aja boleh minta Mbak Ira jemput. Tante nggak akan ngelarang, janji."

Lalu tanpa protes Chiara mau mengikuti mereka ke rumah. Walaupun di mobil terus diam.

"Chia oke?" Ibunya mengajak Chiara bicara. Membuat Langga melihat kaca mobil, memperhatikan Chiara yang mengangguk pelan menjawab pertanyaan itu.

"Nanti kalo ada barang yang mau diambil kasih tau Tante, biar nanti Tante suruh orang buat ambil. Atau suruh Mbak Ira buat datang."

Chiara mengangguk lagi, lalu kembali melihat ke luar. Kedua tangan gadis itu saling tertaut, mungkin untuk memberi kekuatan pada dirinya sendiri.

Mungkin benar kata Ayla, Chiara yang di sekolah hanya topeng. Pura-pura kuat agar orang-orang tidak menaruh perhatian.

LANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang