25. Kepercayaan

21.4K 1.9K 2.7K
                                    

Happy Reading 💙

Votenya cepat nambah kalo ditargetin ya wkwkwk

Btw, kali ini target votenya aku tambah jadi 1,1k dan comment 2k. Kali ini nggak usah buru-buru banget. Biar aja sedikit lama. Karena aku emang sengaja 🤣

Absen dulu coba! Kamu baca jam berapa?





***

Chiara mengerutkan kening saat baru keluar dari kamar dan melihat Langga ada di balkon.

Setengah jam yang lalu cowok itu hanya kembali untuk mengantar kucing dan makanan buat makan malam. Lalu pergi lagi, yang katanya ingin pergi ke rumah Raka. Dia berpikir cowok itu akan pergi lama, paling tidak sampai larut malam. Tapi ini baru sebentar dan cowok itu sudah ada di rumah.

Chiara melangkah ke balkon, berdiri dipembatas pintu kaca.

"Lo kenapa udah balik aja?"

Cowok yang sedang duduk santai sambil bermain game online itu menoleh sebentar ke arahnya. Kemudian bersikap cuek dan tidak menjawab.

Karena diabaikan, Chiara memilih pergi. Dia memang ingin ke bawah, ingin memberi makan kucing kecilnya karena terakhir kali makhluk gemoy itu masih tidur.

Chiara menutup keran wastafel, saat hendak berbalik untuk mengambil tisu di meja. Dia dibuat terkejut dengan keberadaan Langga yang entah sejak kapan ada di depan kulkas.

"Lo butuh sesuatu?" tanya Chiara, dia berbasa-basi karena cowok itu menatapnya terus.

Langga melangkah mendekat, terus menatap yang membuat Chiara tanpa sadar mengalihkan pandangan.

"Kalo gue jawab jujur lo juga bakal jawab jujur?"

"Apa?"

"Tentang kenapa gue mau tau soal perasaan lo."

"Oh." Chiara mengambil tisu, mengelap tangannya yang basah. Kemudian melangkah ke tempat sampah dan membuang tisunya. Sebenarnya sengaja karena dia mau membuat jarak dengan Langga.

Lagi pula tatapan yang cowok itu berikan saat ini membuatnya tidak nyaman. Setidaknya dia butuh waktu untuk membaca situasi sebentar.

Tapi cowok itu malah mendekat yang membuat Chiara refleks mundur.

"Lo kenapa ngehindarin gue?"

Karena ditanya seperti itu Chiara berhenti bergerak yang sebenarnya memang sudah mentok, punggungnya saat ini sudah menempel pada meja wastafel.

"Lo mau ngomong kan? Ya udah langsung aja."

Chiara mendadak diam saat Langga semakin mengikis jarak. Dia belum siap dengan situasi yang terjadi dan sekarang Langga melakukan hal yang sama seperti di halaman rumah. Cowok itu meletakkan telapak tangan pada meja, mengurung tubuh Chiara agar tidak pergi.

"Bisa kasih jarak? Gue nggak nyaman."

"Gue maunya gini, lagian kenapa nggak nyaman?"

Chiara kembali bungkam. Sialnya dia refleks membuang pandang. Dan Langga menggunakan kesempatan itu untuk menggoda lagi.

"Sekarang kenapa ngehindar? Takut natap mata gue?"

Chiara tentu tidak senang disebut seperti itu. Dia berusaha cepat menenangkan diri, langsung menolehkan kepala dan menatap. Senyum di ujung bibir Langga langsung menyambutnya dan Chiara masih tidak mengerti apa maksudnya.

"Bagus, tetap tatap gue kayak gini. Kali aja gue mau cium."

"Candaan lo nggak lucu."

Langga menggeleng. "Gue nggak lagi bercanda. Serius, gue mau cium, di bibir."

LANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang