Happy Reading 💙
Vote dulu guys!
***
Chiara mengalihkan pandangan dari Rayyan saat mendengar suara ponselnya, dia membuka sling bag dan mengeluarkan benda mahal itu.
Kening Chiara berkerut melihat si pemilik nama yang meneleponnya, kepalanya refleks melihat ke lapangan. Mencari sosok penelepon tapi tidak ada di mana-mana. Dia hanya melihat Raka, Daniel dan Alvan saja.
Chiara memastikan lagi nama di layar ponselnya dan itu benar Langga.
"Halo?" ucap Chiara pelan, masih aneh mengapa Langga yang tidak pernah meneleponnya kini menghubungi.
"Lo bisa keluar?" ucap cowok itu dari sana. Situasi yang membuat Chiara bingung.
"Gue tunggu di parkiran."
Setelah itu sambungan telepon diputus. Masih dengan perasaan bingung Chiara menurunkan benda mahal itu dari telinga. Berapa detik hanya diam.
"Kenapa?"
Rayyan di sampingnya membuat Chiara menoleh. Gadis itu cepat menggeleng.
"Ray, gue balik duluan ya." Chiara lalu beranjak, pergi dari tribun. Meninggalkan Rayyan yang sebenarnya sedang menunggu Chiara memberi jawaban atas pernyataannya yang tadi.
Rayyan jadi tersenyum, tiba-tiba teringat masa lalu. Dulu juga begitu, Chiara langsung beralasan ingin pergi saat dia sudah mengutarakan perasaannya.
Chiara melihat Langga benar ada di parkiran, cowok itu berdiri dengan posisi bersandar di badan mobil. Sekarang sedang melihatnya yang jalan mendekat.
"Kenapa?" tanya Chiara. Kini dengan posisi yang saling berhadapan.
"Gue dapat kabar dari Mama, Nenek gue udah nggak ada."
Kabar duka itu membuat Chiara diam. Dia selalu merasa buruk setiap kali ada kabar kematian, karena selalu membuatnya teringat dengan kepergian sang ibu.
"Gue turut berduka," ucap Chiara.
Langga di depannya memberi anggukan singkat. Menjadi lebih dingin dari biasanya. Pasti karena merasakan perasaan kehilangan.
"Gue mau ke sana, lo ikut gue, biar nggak sendirian di rumah," ucap cowok itu. Kemudian masuk ke dalam mobil dan Chiara mengikuti.
Suasana hening keduanya rasakan saat berada di dalam mobil. Chiara hanya memandang berapa kali, itu pun karena mendengar suara rintihan Langga yang merasa kesakitan di kakinya.
Chiara sudah menduga, luka di kaki kiri itu berakhir bengkak. Karena terlalu dipaksakan yang sebenarnya belum boleh.
"Kita pulang ke rumah dulu sebentar, gue mau ganti baju dulu sekalian bawa keperluan. Karena ini udah kamis, mungkin baru hari minggu balik ke sini. Lo jangan lupa bawa berapa baju buat ganti," ucap Langga, bicara yang tanpa melihat Chiara karena fokusnya hanya pada jalan.
"Kucing gi-" Chiara menutup kembali mulutnya. Merasa tidak perlu membahas hal lain saat Langga sedang disuasana duka.
"Nanti dibawa ke rumah Bi Rami, minta tolong dirawat buat berapa hari ini," jawab Langga yang sudah mengerti maksud Chiara.
Setelah itu hening kembali, tidak ada pembicaraan sama sekali.
Tiga jam menghabiskan waktu di perjalanan keduanya telah sampai di rumah duka. Hari sudah malam saat mereka sampai, sekitar pukul sembilan, jadi Langga tidak bisa melihat wajah sang nenek untuk terakhir kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGGA
Teen Fiction"Nyokap lo yang mati, Bokap lo yang koma kenapa gue yang kena sialnya? Kenapa gue diminta buat tunangan sama lo!" "Mati aja Chiara, lagian nggak ada yang sedih kalo lo yang pergi." "Ingat! Kalo bokap lo nggak mati, lo aja yang mati!" Langga kesal ka...