"Kala!"
Kala melepas earphone yang terselip di telinganya ketika mendengar samar-samar suara yang memanggilnya. Ia menoleh ke belakang. Terlihat di belakang sana ada Bima Dirgantara, sang wakil ketua OSIS yang tengah berlari terbirit-birit ke arahnya bak di kejar seekor angsa.
Bima mengatur nafasnya dengan badan membungkuk sesampainya di samping Kala. "Gila, gue panggil dari tadi gak nyaut-nyaut lo," serunya kemudian.
"Sorry. Gue tadi lagi dengerin lagu pake earphone," balas Kala seraya mengangkat earphone di genggamannya.
"Ck! Pantesan."
"Ada apa? Mau ngajak patroli murid bolos sama telat sekarang?"
Bima menggeleng kepalanya. "Enggak. Gue malah mau ngasih tau, kalo gue gak bisa ikut patroli."
"Kenapa?"
"Tadi gue disuruh Bu Betot buat bantuan dia nyusun poin pelanggaran murid bermasalah."
Bu Betot itu salah satu guru BK di SMA Jayawijaya. Sebenernya nama aslinya itu Sintya Claudi. Nama panggilan Betot sendiri merupakan sebuah singkatan dari besar dan berotot. Sebab perawakan guru perempuan itu tinggi, besar, dengan lengan yang berotot kekar seperti seorang laki-laki binaragawan. Selain menjadi guru BK, Bu Betot menjadi pembimbing ekstrakurikuler Capoeira.
Oke, kita lupakan tentang Bu Betot dan kembali ke Bima dan Kala.
Kala mengangguk paham.
"Lo patroli sendirian dulu gakpapa kan?"
"Hm, gakpapa santai aja."
"Yaudah, gue pergi dulu ya."
"Oke."
Setelah mendapatkan respon persetujuan dari ketuanya, barulah Bima berbalik badan lalu kembali berlari walau tak sekencang yang awal.
-----
Sementara di luar gerbang sekolah, ada Sandra yang tengah berdiri seraya berkacak pinggang. Ia menatap kesal gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.
"Ah, tai! Gue telat."
Kepalanya menoleh ke kiri kanan. Sepi. Tentu saja sapi . Sekarang saja sudah pukul 8 pagi. Semua murid di jam segini pasti sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Sandra menggedor-gedor pagar besi itu menimbulkan suara gubrakan yang berisik. Alhasil karena kelakuannya itu, seorang satpam laki-laki tua datang menghampirinya dengan raut marah.
"Aduh! Jangan dipukul atuh, Neng!" Satpam itu memperingati Sandra dengan nada khas orang Sunda.
"Makanya bukain gerbangnya, Pak!"
"Maaf, Neng. Kalo yang itu saya gak bisa. Nanti saya dimarahin sama guru."
"Gak akan dimarahin kalo Bapak gak ngomong sama mereka. Udah cepet Pak bukain!" Titah Sandra terkesan memaksa.
"Gak bisa, Neng."
Sandra berdecak kesal.
Jika tidak bisa menggunakan cara baik-baik, maka harus menggunakan cara kotor. Ia tidak akan kehabisan ide dari otak sesatnya. Sudah dibilang bukan Sandra itu manusia sesat bin licik!
"Pak, gini deh saya kasih duit buat beli rokok atau kopi, tapi bukain ya gerbangnya?" Tawar Sandra sambil menyerahkan uang 100 ribuan berjumlah 10 lembar.
Wajar orang kaya, jadi nyogoknya harus yang maksimal dan tidak boleh kaleng-kaleng.
Satpam itu terlihat kebingungan. Uang yang ditawarkan gadis di depannya cukup untuk menghidupi keluarganya selama seminggu ke depan. Tapi jika ia menerimanya lalu ketahuan, bisa-bisa ia dipecat dari pekerjaannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...