Atap kamar berwarna biru cerah adalah hal pertama kali Arlene Vanessa Xientania lihat ketika membuka matanya. Gadis yang kerap disapa Nessa itu terdiam sambil memandangi atap di atas tempat tidurnya.
"Dimana ini? Gue ada dimana?" Nessa bingung bukan main.
Bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk bersila di atas kasur. Wajahnya nampak linglung. Matanya mengerjab pelan sesaat kemudian bergulir ke kiri kanan mengamati keadaan sekeliling dengan pandangan heran sekaligus waspada.
"Ini kamar siapa, sih?" Nessa penasaran kamar siapa yang sedang ditempatinya.
Jelas sekali ini bukanlah kamarnya. Kamar ini memiliki vibes seperti kita sedang berada di langit. Dindingnya berwarna biru muda dan putih bersih dengan atapnya bergambar gumpalan awan putih. Ah, tak lupa hiasan yang menggantung di jendela.
Seperti kamar anak-anak, pikir Nessa.
Sementara kamar miliknya terlihat suram karena didominasi dengan cat berwarna warna abu gelap. Bukan hanya itu saja, kamarnya juga minim pencahayaan. Sangat berbeda bukan?
Tangan Nessa bergerak memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut pusing. Helaan nafas panjang dan berat terdengar dari mulutnya. Nessa lantas beranjak turun dari atas kasur.
Kakinya yang tanpa alas menapak di lantai keramik yang dingin sejenak sebelum akhirnya mulai bergerak melangkah. Kakinya terus melangkah memutari kamar sambil kepalanya menoleh ke kiri kanan.
Nessa baru berhenti berjalan ketika sampai di depan meja belajar yang cukup berantakan. Dari banyaknya barang yang berada di atas meja itu, atensinya tertuju pada sebuah pigura foto. Benda itulah yang menjadi alasan kakinya berhenti bergerak.
Nessa segera mengambil pigura foto itu. Begitu pigura berwarna biru muda itu berada di genggamannya, ia lantas menatap lurus foto yang berada di dalamnya.
Foto seorang perempuan bersurai pirang yang tengah tersenyum lebar ke arah kamera sambil tangannya memegang buket bunga mawar merah.
"Siapa dia?"
Nessa sama sekali tidak tau siapa perempuan bersurai pirang itu. Ia tidak mempunyai teman atau kenalan yang wajahnya seperti itu. Bahkan ini pertama kalinya ia melihat wajah itu. Wajah perempuan itu benar-benar asing di matanya.
"Sebenernya gue lagi ada dimana sih, anjir?!"
Nessa mulai kesal. Dengan gerakan kasar, tangannya meletakkan bingkai foto itu di atas meja dengan posisi terbalik. Dan pada saat itulah ia baru menyadari di balik bingkai ada sebuah tulisan kecil berjumlah 3 kata.
Nessa segera mengambil bingkai itu kembali. Diamatinya tulisan yang diyakini sebagai nama dari gadis bersurai pirang di dalam foto, lalu membaca pelan, "Cassandra Laquita Millano."
Setelah membaca nama itu, kening Nessa sontak mengernyit sampai membuat matanya ikut menyipit. Nessa merasa ada yang tidak asing dari nama itu, seperti pernah mendengarnya.
"Cassandra... Laquita... Millano." Nessa mengeja setiap kata pada nama itu itu dengan sangat pelan.
"Sebentar! Apa tadi?"
"MILLANO?!" Nessa berteriak sangat keras, bahkan suaranya menggema di dalam kamar.
"Haha..." Nessa tiba-tiba tertawa kecil, menertawakan kebodohannya.
Pantas saja sejak tadi dirinya merasa ada yang tidak tidak asing dengan nama itu, ternyata oh ternyata ada kata Millano di dalam nama itu.
Millano adalah marga keluarga yang memiliki kekayaan yang sangat melimpah. Sumber kekayaan mereka dari berbagai macam bisnis yang dijalani. Mulai dari bisnis yang masih normal, hingga bisnis kotor atau biasa disebut bisnis dunia bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...