Sandra keluar dari salah satu bilik kamar mandi setelah menyelesaikan panggilan alamnya yang tertahan selama jam pelajaran sekolah. Gadis itu berjalan menuju wastafel yang ada di dalam toilet. Mencuci tangannya menggunakan sabun yang sudah disediakan.
"Leganya."
"Nunggu stirahat pas lagi kebelet itu kenapa lama banget sih?"
Suasana di kamar mandi sangatlah sepi. Tidak ada manusia lain di dalam kamar mandi selain gadis itu. Sebenernya hampir ada siswi yang masuk ke dalam. Namun, saat siswi itu melihat keberadaan Sandra, ia malah mengurungkan niat menuntaskan hajatnya.
Dengan langkah mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara, siswi itu berjalan mundur sampai tubuhnya kembali berada di luar kamar, dan setelah itu siswi itu berlari menjauh dari sana.
Letak kamar mandi di ujung lorong saja sudah terkesan heran, kini malah ditambah dengan keberadaan Sandra di dalamnya. Apa tidak makin horor?
Sandra membasuh wajahnya dengan air. Air menetes dari wajahnya ketika ia mendongakkan kepalanya. Setelah menyeka air di wajah menggunakan tisu, netra ambernya menatap pantulan setengah tubuhnya di cermin.
"Sandra itu cantik, cantik banget malah, tapi sayang kecantikannya ketutup sama sifatnya yang jelek. Eh, tapi gue sendiri juga gak ada bedanya sih." Sandra tertawa hambar.
Bahkan sifatnya lebih buruk melebih-lebihi Sandra. Memang ya dia itu ditakdirkan hidup sebagai orang jahat. Mau di kehidupan pertama atau kedua tidak ada bedanya.
Ketika Sandra berbalik badan hendak berjalan keluar, ia dikejutkan dengan sosok Sekar yang berdiri tak jauh darinya, hanya berjarak beberapa langkah saja.
Raut wajah Sandra seketika langsung berubah masam dan datar.
"Kak Sandra ngapain disini?"
Sandra memutar matanya malas saat mendengar pertanyaan konyol dari Sekar, manusia yang tingkahnya tidak kalah konyol.
"Lo pikir kalau ke kamar mandi ngapain?"
"Buang air."
"Nah, itu tau."
Sekar kicep.
Merasa tidak punya urusan dan tidak ada yang ingin dibicarakan dengan Sekar, Sandra melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Tapi kakinya yang baru melangkah tiga langkah itu harus mendadak berhenti ketika mendengar ucapan Sekar yang mengusik ketenangan jiwanya terdengar di telinga.
"Seragam Kak Sandra terlalu ketat. Kakak mau ke sekolah atau mau ke club sebenarnya?"
Tak bisakah sehari saja hidupnya damai?! Memangnya kenapa kalau seragamnya ketat? Lagipula bukan hanya dia saja yang seragamnya seketat protokol kesehatan, hampir 50% siswi disana model seragamnya sama seperti itu.
Mungkin ini dikarenakan SMA Jayawijaya menjadi salah sekolah swasta yang elit. Alhasil, para guru membebaskan penampilan muridnya asal uang sekolah terlunasi dengan teratur setiap bulannya.
"Ada masalah sama lo kalau seragam gue ketat?"
"Enggak sih, tapi penampilan Kakak kelihatan kayak jalang." Entah, niat Sekar memberi tahu atau mencibir, tapi sepertinya lebih ke arah mencibir.
Sandra menaikkan satu alisnya ke atas dengan raut mengejek. "Gue atau lo yang jalang?"
"Maksud Kak Sandra apa? Seragam aku gak aneh-aneh kok, beda jauh sama seragam Kak Sandra," jawab Sekar sambil mengamati penampilan Sandra dari atas kepala hingga ujung kakinya yang terbalut sepatu bermerk Gucci Rhyton yang harganya setara dengan harga motor. Ia tengah membandingkan penampilannya yang sangat berbeda bagai bumi dan langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Novela Juvenil"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...