S1-14 Siapa?

2.2K 155 1
                                    

Sinar matahari menyinari bumi dengan terik, membangunkan setiap insan manusia yang masih hanyut menyelami mimpi indahnya. Gemerlap bintang yang menghiasi gelapnya langit malam berganti menjadi gumpalan awan putih di awan biru bagaikan hampa kapas.

Di pagi yang cerah ini, masyarakat publik sudah digemparkan dengan penemuan sesosok mayat perempuan di tengah jalan. Mayat itu adalah mayat Sekar.

Keadaan tubuhnya sangat mengerikan. Darah menggenang di sekaliling tubuhnya. Bau amis dari darah kental yang mulai mengering membuat mual setiap orang yang melihatnya.

Kedua bola matanya copot dan tergeletak di samping kepala. Wajahnya yang hancur karena sayatan pisau. Satu daun telinganya hilang entah kemana, dan yang terakhir, tepat di dadanya tertancap setangkai mawar hitam yang mulai layu.

Benar-benar mengerikan!

Para wartawan langsung berlomba-lomba mengulik informasi sebanyak-banyaknya di tempat kejadian. Berbagai koran kabar serentak menerbitkan beritanya secepat dan seakurat mungkin.

Berita itu kini menjadi trending topik diseluruh jejaring sosial media yang ada di Indonesia. Pria-wanita, muda-tua, miskin-kaya semuanya serempak bergosib, saling bertukar pendapat dan menebak siapakah pelakunya?

Disaat semua orang tengah ketakutan dengan pelaku pembunuhan yang belum tertangkap, Sandra, gadis cantik yang satu ini justru terlihat biasa-biasa saja, malah lebih terlihat ke arah bahagia. Mungkin karena saat membuka ponselnya, ia melihat notifikasi transferan uang yang masuk ke mbanking nya sejumlah 500juta.

Sandra berjalan di lorong sekolah dengan seulas senyum manis yang tak luntur dari bibirnya.

Brak!

"Selamat pagi wahai para pendosa."

Sesampainya di depan kelas, Sandra langsung mendobrak pintu kelasnya yang tertutup dan berteriak lantang, membuat seisi kelas kompak terjengit kaget disambung pekikan latah.

"Anjing!"

"Bisul bapak gue pecah."

"Tai kodok, tai kodok, tai kodok."

"Eh..sempak Gio gambar Hello Kitty."

Mendengar namanya disebut, sontak Gio mendelik tajam ke arah Faris, orang yang sudah membongkar rahasianya. Faris yang ditatap seperti itu malah cengengesan tidak jelas sambil mengaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

"Sorry keceplosan, Bro."

Gio berdecih, lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja menyembunyikan wajah merah padamnya antara malu dan marah.

Sandra menatap acuh pertingkaian kecil teman sekelasnya. Kemudian pandangannya bergulir ke kiri kanan, mengamati teman-teman sekelasnya yang  memandangnya heran.

Sandra mengedikan bahunya, menghiraukan tatapan itu dan berjalan menuju ke arah mejanya. Ia menghempas bokongnya di kursi kayu sebelah Viona. Ya, ia semeja dengan Viona, sementara Ghea dan Chelsea duduk di bangku belakangnya.

Setelah meletakkan tas di atas meja, Sandra memutar badannya menghadap ke belakang. "Pagi para sahabat tercintaku," sapanya ramah, tak lupa dengan mempertahankan senyum lebar di bibir merah mudanya.

Bukannya membalas sapaan Sandra, baik Viona, Chelsea, dan Ghea malah kompak mengernyitkan kening penuh heran.

"Gak ada yang jawab sapaan gue?"

Viona meletakkan punggung tangannya di dahi Sandra, lalu beralih ke ketiaknya. "Gak panas kok," ucapnya.

Sandra mendelik kesal. "Gue sehat. Lo kira gue sakit?"

Villain Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang