Holla, gimana kabarnya kalian?
Ada yang aku kangen gak?
Hehe, sorry ya, aku gak update selama dua minggu, soalnya agak sibuk sama rl.
Ini pun sebenarnya masih sibuk, tapi curi-curi waktu buat nulis walaupun cuma 100-200 kata perharinya.
----
Waktu terus berjalan. Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hingga hari berganti bulan. Dua bulan telah berlalu dengan cepat semenjak kejadian Sandra menghilang dikerusuhan club Heora.
Penyebab dari kerusuhannya pun sudah diselesaikan sampai ke akar-akarnya oleh David. Dan ternyata laki-laki yang Sandra lihat waktu itu adalah sekelompok polisi yang sedang menyamar untuk menangkap buronan bandar narkoba.
Bukan hanya masalah club yang selesai, tapi hukuman Sandra juga berakhir pada hari ini. Mulai malam ini, Sandra sudah bisa bebas keluar rumah di atas jam 7 malam walaupun masih harus didampingi dua bodyguard dan asisten pribadinya, Evan.
Dan saat ini, Sandra bersama ketiga laki-laki itu sedang berada taman. Berdiri di samping mereka yang terparkir di pinggir taman kota. Ya, kali ini bukan lagi taman komplek yang Sandra datangi tapi taman kota yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya.
Angin malam berhembus kencang membawa kesegaran dan kesejukan yang menenangkan. Hidungnya menghirup dalam-dalam udara yang dibawa oleh hembusan angin malam.
"Udaranya dingin, Nona," ucap Evan sembari tangannya meletakan jas miliknya pada bahu Sandra yang sudah mengenakan kaos putih.
Sandra menatap jas berwarna hitam di bahunya sekilas lalu beralih menatap Evan dengan datar.
"Hm, makasih."
"Sudah menjadi tugas saya," balas Evan dengan hormat.
Setelah itu, Sandra menyandarkan tubuhnya pada kap mobil sambil matanya memandang lurus taman kota yang masih cukup ramai pengunjung walaupun sekarang sudah hampir tengah malam. Kebanyakan pengunjung yang masih berada di taman adalah pasangan kekasih yang tengah menghabisi malam minggunya.
"Dimana dia?" Sandra bertanya pada Evan tanpa mengalihkan pandangannya dari taman di depannya.
"Ada di belakang pohon itu, Nona," jawab Evan dengan jari telunjuknya menunjuk pada pohon yang ia maksud.
Sandra mengikuti arah yang ditunjuk telunjuk Evan. Ditatapnya pohon beringin berukuran besar yang berdiri kokoh di taman sebelah kiri dengan kening mengerut dan mata menyipit.
"Apa dia gak bisa cari pohon yang lebih normal sedikit?
Sandra tak paham dengan pemikiran orang yang sedang ia cari. Kenapa dari sekian banyaknya pohon disini dia malah memilih pohon yang terlihat menyeramkan itu? Sudah ukurannya yang besar, letaknya diujung kiri, ditambah tidak ada satu lampu pun di sekitarnya.
Helaan nafas pendek lolos dari bibir Sandra ketika menolehkan kepalanya ke arah Evan di sampingnya. "Gue kesana dulu. Kalian bertiga tunggu sini aja," titahnya pada Evan dan dua bodyguard yang berdiri.
"Baik, Nona."
Sandra segera berjalan menuju ke arah pohon besar yang ditunjuk Evan semenit yang lalu. Samar-samar telinganya mendengar suara tangisan seorang perempuan dari balik pohon.
Tanpa memikirkan yang aneh-aneh, Sandra terus melangkahkan kakinya menuju pohon beringin tersebut. Semakin dekat jaraknya, semakin terdengar keras pula suara tangisan yang menyayat hati orang-orang yang mendengarnya tapi sepertinya Sandra tidak termasuk orang di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...