Matahari mulai mengeluarkan cahayanya. Menerangi sebagian bumi yang baru saja dirundung dinginnya angin malam. Cahaya beserta kahangatan mulai menyusup ke sela-sela rimbunnya pepohonan.
Hari ini, hari Senin. Hari dimana semua manusia mulai kembali beraktivitas setelah kemarin mereka menikmati hari liburnya, entah itu dengan tidur sepanjang hari atau mungkin jalan-jalan ke tempat wisata untuk melepas penat dan stress.
Sandra, saat ini gadis cantik itu tengah duduk di dalam mobilnya yang sudah terparkir rapi di parkiran sekolah. Padahal sekarang jam masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi Sandra sudah sampai di sekolah.
Ya, walaupun Sandra berangkat sekolah dengan rasa malas yang menggebu-gebu di dalam diri, wajah lesu tanpa semangat, mata yang masih mengantuk, dan mulut yang sesekali menguap.
Mata Sandra menatap tak minat gedung bertingkat di depannya. Helaan nafas pelan dan panjang terdengar dari mulutnya saat menyandarkan badannya pada sandaran kursi mobil.
"Coba aja otak gue sejenius otak pemeran utama di novel mafia-mafia yang lulus kuliah S2 di umur 15 tahun." Sandra berandai-andai hal yang mustahil terjadi di dunia nyata.
"Kira-kira mereka bisa sepinter itu makannya nasi apa buku kamus, ya?"
Sandra mengangkat bahunya ke atas. "Ah, udahlah! Ngapain juga gue mikir hal yang gak guna kek gitu?! Mereka kan cuma tulisan hasil khayalan penulis yang tingkat khayalannya setinggi langit ketujuh."
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di kaca mobilnya yang mengagetkan Sandra. Sontak gadis itu menoleh ke samping kanan untuk melihat siapa gerangan orang yang berani-beraninya menyentuh mobil yang baru dibelinya beberapa minggu lalu.
Di samping mobilnya, Sandra mendapati Chelsea yang berdiri dengan tangan bersedekap dada.
Sandra tidak langsung turun dari dalam mobil, tapi ia hanya menurunkan kaca mobilnya ke bawah."Tumben jam segini lo udah ada di sekolah, San," cibir sinis Chelsea setelah kaca mobil terbuka.
"Anak rajin itu harus berangkat pagi, contohnya gue." Raut wajah Sandra terlihat songong dengan bibir tersenyum bangga.
Mendengar ucapan Sandra yang kelewat narsis, wajah Chelsea yang tadinya berekspresi heran seketika berubah sinis dan muak. Gadis bersurai ash grey itu berlagak akan memuntahkan isi perutnya.
"Halah, tai! Palingan juga lo belum tidur makanya jam segini udah di sekolah. Iya kan?" Chelsea menaikkan satu alisnya ke atas dengan tampang meremehkan.
"Hehe, iya." Sandra terkekeh pelan seraya tangannya mengaruk belakang lehernya yang sebenarnya tidak gatal itu.
Chelsea berdecih sinis.
Benarkan tebakannya.
Sandra pasti belum tidur, makanya gadis itu bisa datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Karena jika Sandra tadi malam tidur, ia pasti tidak akan bisa bangun tepat waktu. Sandra atapun bahkan Nessa itu kalau tidur persis seperti mayat. Mau dibangunkan dengan cara apapun, gadis itu tidak akan bisa bangun dengan cepat.
"Udahlah, buruan lo turun! Apa lo mau di dalam mobil sampai bel bunyi?"
"Enggaklah!" Sandra menjawab dengan nada sedikit sewot.
"Yaudah buruan turun, anjing!"
"Ngegas mulu lo, babi!"
"Ngaca, tolol!"
Sandra tak lagi membalas makian Chelsea. Namun, tangannya lantas bergerak membuka pintu mobil dan bergegas turun. Setelah kakinya menapak di paving blok parkiran sekolah, Sandra langsung menolehkan kepalanya ke kiri kanan seolah sedang mencari keberadaan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...