"TOLONG!"
Suara teriakan seorang perempuan, salah satu pengunjung Club Heora yang terdengar sangat keras memotong ucapan Sandra. Tak berselang lama, teriakan para pengunjung lainnya terdengar saling bersahutan. Suara teriakan mereka mengalahkan suara musik yang masih berputar.
"Ada apa, woy?!"
"Awas! Jangan ngalahin jalan!"
"TOLONG! TOLONG!"
"Minggir! Cepet semuanya keluar!"
Dalam sekejab situasi di dalam club berubah ricuh dan tidak terkendali. Para pengunjung Club Heora mulai berlarian kesana kemari dan berhamburan tak tentu arah. Tak jarang terjadi adegan tabrak menabrak antara satu pengunjung dengan pengunjung yang lain.
Sandra memandang kericuhan di depan matanya dengan sorot muak Di penglihatannya, orang-orang itu terlihat seperti sekumpulan bebek yang tidak mendapatkan arahan dari sang pemilik.
"Gue gak nyangka mereka bakal bikin keributan separah ini." Mereka yang Sandra maksud tentu saja pria-pria berpakaian hitam yang dilihatnya beberapa menit sebelum kekacauan ini terjadi.
"Sial!" Sandra mengumpat sambil menggerakan jarinya memijat dahinya yang tiba-tiba berdenyut pusing. "Kalo gini ceritanya, gue tadi mending susul Ghea aja ke toilet."
Sandra menyesali keputusannya tidak menyusul Ghea ke toilet beberapa menit. Jika sekarang ia berada di toilet, mungkin ia akan terhindar dari kekacauan ini, setidaknya sampai kekacauan ini sedikit mereda.
Akan tetapi, sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menyesal. Lagipula, tidak ada gunanya juga menyesal karena penyesalannya itu tidak akan merubah nasibnya yang kini terjebak di luapan para manusia yang saling dorong.
Sialnya bukan hanya terjebak saja, tapi Sandra menjadi salah satu korban yang ikut terdorong ke belakang. Gadis itu dengan mudahnya terdorong karena ukuran raga barunya yang tergolong mungil.
"Anjing! Woy, manusia-manusia tolol! Jangan dorong-dorong sialan!" Sandra berteriak dengan sangat keras menyalurkan kekesalannya.
Namun, bukannya berhenti saling dorong, mereka justru malah bertambah semangat mendorong satu sama lain, bahkan kali ini Sandra merasakan dorongan semakin kuat. Saking kuatnya, sampai ada yang terjatuh ke lantai dan kebanyakan korban yang terjatuh adalah perempuan.
"Emang tolol lo semua! Disuruh jangan dorong-dorong malah tambah semangat ngedorongnya."
Sandra yang awalnya memang sudah kesal karena tubuh kecilnya terhimpit serta terombang-ambing di luapan manusia, kini bertambah kesal karena tidak ada satupun orang yang menyahuti ucapannya.
Saat ini, semua orang tengah sibuk berjuang menyelematkan diri masing-masing dari kericuhan ini. Jadi wajar saja jika tidak akan ada yang peduli dengan ocehan Sandra.
"Ah, bodoamat lah anjing! Dorong aja terus gue kalo bisa sampai ke Ancol biar sekalian hilling."
Sandra menyerah.
Semakin lama, badannya hanya akan terdorong semakin menjauh ke belakang dari tempat awal berdirinya tadi. Mungkin sebentar lagi Sandra akan berada di barisan paling belakang, tapi hal tulah yang justru gadis itu nantikan. Jika berada di barisan paling belakang bukankah artinya gadis itu sudah terbebas dari luapan manusia yang tidak berkurang jumlahnya itu?
Sandra menengok ke belakang untuk menghitung kira-kira berapa langkah lagi sampai bisa berada di barisan paling belakang. Saat mengetahui jarak tempatnya berdiri saat ini dengan ujung belakang ternyata tidak terlalu jauh seketika senyum di bibirnya mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...