"Lo mau main-main sama gue ternyata."
Sandra meraih botol air mineralnya yang belum tersentuh, lalu beranjak berdiri dari kursi yang ia tempati. Dia berjalan menuju ke arah Sekar. Saat sampai di depan Sekar, Sandra tak kuasa menahan tawanya melihat penampilan menyedihkan Sekar, dan akhirnya suara tawanya menggelegar memenuhi area kantin.
"HAHA!"
"Sekar, lo mau sekolah atau ngegembel sih?" Sandra melontarkan pertanyaan yang hampir mirip dengan pertanyaan Sekar tempo hari di kamar mandi.
Sekar mengepalkan tangannya erat dengan kepala menunduk menyembunyikan raut wajahnya yang memerah menahan amarah dan batinnya mengumpat.
"San, kelakuan lo makin parah aja," celetuk salah satu siswi seangkatan Sandra, terlihat dari bed bergaris tiga di lengan kanan seragamnya. Walau begitu siswi itu bukan teman dan bukan musuh, alias berada di pihak netral.
Sandra menolehkan kepalanya ke arah Mila, siswi yang berkomentar mengenai dirinya. "Lo percaya gue yang bikin nih cewek bentukannya jadi kayak gini?"
Mila menganguk ragu-ragu.
"Wah, parah!" Sandra menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut wajah tak menyangka.
"Padahal kita seangkatan selama tiga tahun. Seharusnya lo udah paham cara gue ngebully orang itu gimana? Gue lebih suka ngebully di depan murid-murid biar jadi tontonan buat kalian semua. Sedangkan hari ini aja gue belum buat masalah apapun, benar kan?" Sandra bertanya pada semua murid yang ada di dalam kantin.
Sontak mereka kompak saling memandang satu sama lain, namun tidak ada yang berani bersuara.
Apa yang diucapkan Sandra adalah fakta. Dulu, Sandra asli selalu melakukan pembullyan secara terang-terangan, dan malah menjadikannya sebagai sebuah tontonan. Tidak pernah terdengar Sandra membully orang di belakang layar.
Mengapa Nessa bisa tau hal itu? Karena ia mengulik infomasi secara halus dari sahabat-sahabat Sandra asli.
Kalian mengira Nessa bisa mengetahuinya dari ingatan Sandra yang tertinggal? Oh, tentu tidak! Jangan berharap hal yang mustahil terjadi! Sampai detik ini tidak ada satupun ingatan tentang masa lalu Sandra yang masuk ke dalam memori otaknya.
Melihat keterdiaman para murid, Sandra kembali mengulang pertanyaan, "Gimana? Lo pada emangnya ngelihat gue bikin ulah hari ini?"
Lagi-lagi, mereka masih tidak mau membuka mulut.
"Gue anggap jawaban kalian enggak lihat. Jadi kesimpulannya gak mungkin gue pelaku yang udah bully nih cewek sinting," imbuh Sandra.
"Es Milo!"
"Nama gue Mila, San!"
"Ya-ya, maksud gue itu."
"Ada apa manggil gue?"
"Coba lo tanya sekali lagi ke nih cewek siapa pelakunya!"
Mila langsung menjalankan perintah dari Sandra, sang Queen Bully. Ia berjalan maju beberapa langkah mendekati Sekar. Matanya menyorot tajam dan penuh selidik ke arah Sekar. "Jawab jujur, siapa yang udah bully lo?"
Ditekan dengan pertanyaan seperti itu, serta tatapan dari orang di sekelilingnya yang seakan-akan ingin melubangi tubuhnya membuat Sekar tidak kuasa bergerak seinci pun. Keringat dingin bercucuran di balik seragamnya yang masih basah.
Dengan posisi duduk mengenaskan di lantai, tak lupa dikelilingi puluhan manusia membuat dirinya seperti seonggok bangkai yang siap disantap oleh burung pemakan bangkai.
Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini untuk menyelematkan harga dirinya yang sudah diinjak-injak sekaligus melawan Sandra selain melarikan diri.
"JAWAB!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...