Flashback on
Mentari pagi mulai menampakkan diri dari ufuk timur. Menyapa bumi dengan kehangatan sinarnya serta membangunkan para insan yang masih betah terlelap dalam tidurnya.
Tak terkecuali Sandra, gadis kecil yang berparas bak peri. Mata dengan bulu mata lentik yang tadinya tertutup kini mulai terbuka. Beberapa kali gadis itu mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan dari cahaya yang masuk ke dalam retina.
Ketika dirasa matanya sudah cukup terbiasa dengan silaunya cahaya lampu, Sandra pun segera bangun dari posisi tidurnya lalu duduk bersila di atas ranjangnya. Setelah itu, dia mulai mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar.
Bola mata bulat dengan iris berwarna amber itu terus bergerak mengamati setiap sudut kamar. Hingga tatapan matanya itu jatuh pada cermin berbentuk persegi panjang yang berdiri di sudut kiri kamar
Melihat cermin itu, Sandra sontak saja langsung turun dari kasur. Telapak kaki mungilnya yang tanpa alas itu menapak dengan sempurna di lantai keramik yang begitu dingin.
Dengan langkah yang tergesa-gesa, berjalan ke arah cermin tersebut. Dan sesampainya didepan cermin, tatapan matanya langsung terpaku pada cermin di depannya. Oh tidak, lebih tepatnya pada bayangan tubuh dan wajah yang terpantul di cermin.
Matanya tak lepas memandangi pantulan tubuh dan wajahnya di cermin dalam diam. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, tapi tiba-tiba saja terdengar suara benda pecah dari arah belakang yang membuat Sandra memutuskan atensinya dari kaca.
Prang!
Sandra sontak menoleh ke belakang untuk melihat apa yang sedang terjadi. Di ambang pintu, ia mendapati seorang wanita tua tengah berdiri kaku dengan mata terbelalak serta ekspresi terkejut yang terlihat jelas di wajahnya yang mulai keriput.
Sandra menatap wanita itu sesaat, dan kemudian kembali memusatkan perhatiannya pada cermin. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya terdiam, namun tidak dengan otaknya yang tengah berputar mencerna apa yang ia lihat saat ini.
Bagaimana bisa anak kecil yang selama dua minggu belakangan ini hanya bisa terbaring di kasurnya dengan tubuh lemah tiba-tiba berdiri tegap di hadapannya? Apa ini sebuah keajaiban? Atau matanya salah melihat karena mulai rabun? Mau dipikirkan berapa kalipun wanita di tua itu masih tidak paham.
Setelah beberapa menit hanya berdiri dalam diam bak patung di ambang pintu, wanita itu akhirnya mulai melangkahkan kakinya menghampiri Sandra. Ketika sampai di belakang Sandra, wanita itu langsung bertanya, "Nona Sandra sudah bangun?"
"Apa matamu buta? Tidak bisakah kau lihat mataku ini sudah terbuka lebar?" Bukannya menjawab, Sandra justru melontarkan pertanyaan yang menohok dan sangat mengejutkan bagi wanita itu.
"Maaf, Nona."
Decakan kasar keluar dari mulut Sandra. "Ck! Aku tidak butuh kata maafmu. Katakan saja apa tujuanmu kemari," titahnya tanpa basa basi dengan nada ketus dan tatapan mata yang begitu tajam.
Wanita itu ketakutan setengah mati begitu matanya tidak sengaja beradu tatapan dengan mata berwarna amber milik Sandra. Tatapan mata yang seakan-akan ingin mencabik-cabik tubuhnya yang lemah lalu melahapnya detik ini juga.
Beberapa kali wanita itu menelan ludahnya, berharap bisa lebih tenang. Namun sayang sekali, harapan dan upayanya itu tidak berhasil. Tubuhnya masih saja gemetar, bahkan ini lebih parah dari yang sebelumnya. Apalagi kakinya yang saat ini terasa seperti jelly.
"Kenapa diam saja? Apakah mulutmu mendadak bisu?!" Tanya Sandra kecil masih dengan tatapan tajamnya yang mengarah pada wanita tua itu.
"Maaf, Nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...