Akibat kelakuannya beberapa hari yang lalu di kantin sekolah, Sandra mendapatkan hukuman skors selama seminggu dari pihak sekolah. Walaupun diberikan hukuman skorsing yang merupakan hukuman tahta tertinggi, Sandra sama sekali tidak menyesali perbuatannya, bahkan ia juga tidak peduli dengan hukumannya.
Malahan skors seminggu yang seharusnya menjadi waktu untuk merenungkan kesalahan, malah dianggapnya sebagai hari libur khusus. Karena selama seminggu Sandra jadi tidak perlu pusing-pusing memikirkan materi pelajaran. Setidaknya otaknya bisa beristirahat sejenak.
Sandra terlihat sangat menikmati masa skorsingnya. Contohnya saja seperti saat ini, gadis itu tengah berleha-leha di atas kasur empuknya.
"Hari ini hari terakhir skors. Kok cepet banget perasaan ya seminggu."
Sesuai yang Sandra ucapkan, hari ini tepatnya di hari Minggu adalah hari terakhir hukuman skorsingnya. Mulai besok pagi Sandra harus kembali beraktivitas seperti seorang pelajar pada umumnya.
Berangkat, belajar, dan pulang.
"Kurang panjang kayaknya masa skorsnya, minimal sebulan gitu. Kan lumayan kalau sebulan bisa dipakai jalan-jalan keluar negeri," keluh Sandra mendengus panjang.
Orang-orang rajin mungkin mengeluh skors seminggu itu lama, tapi bagi Sandra, orang pemalas namun berotak jenius, seminggu itu terlalu singkat. Harusnya minimal sebulan full.
Sandra mengubah posisi tidurnya yang tadinya terlungkup menjadi terlentang. Dengan posisi terlentang, kepalanya langsung berhadapan dengan langit-langit atap kamar yang sekarang sudah tidak ada lagi hiasan awan yang bergelantungan.
Nuansa kamarnya sudah berubah total. Cat temboknya kini berwarna hitam dan abu-abu menyesuaikan kepribadiannya yang menyukai kegelapan.
"Tiba-tiba gue kepikiran, kalau disuruh milih mending hidup di tubuh mana, tanpa mikir dua kali pun gue pasti memilih hidup sebagai seorang Arlene Venessa Xientania. Ya, walaupun kehidupan pertama gue jauh dari kata kebahagiaan, tapi seenggaknya gue menikmati apa yang sedang gue jalani saat itu," tukas pelan Sandra.
Sandra menghela nafas panjang sejenak, setelah itu bibirnya mengukir senyum tipis.
"Tapi... bukan berarti gue benci atau gak suka hidup sebagai Sandra. Gue suka-suka aja, kehidupan Sandra gak terlalu buruk malah kelihatan lebih baik dari kehidupan pertama gue. Bahkan karena hidup di tubuh ini, gue bisa ngerasain yang namanya kasih sayang orang tua." Semakin lama nada suara Sandra semakin terdengar lirih, terutama saat gadis itu mengucapkan dua kata terakhir.
Tak terasa matanya jadi berair, bibirnya pun seperti bergetar menahan tangisan. Sandra tengah mengingat satu momen dimana dirinya dipeluk oleh Sarah dan David, bahkan ia juga mengingat kegugupan yang melanda hatinya kala itu. Saking gugupnya ia sampai tidak membalas pelukan mereka. Itu satu kebodohan yang disesalinya sampai sekarang.
"Salah satu impian waktu gue kecil, bisa terwujud di tubuh ini. Pelukan dari orang tua, akhirnya gue bisa ngerasain," ungkap Sandra bahagia.
Perasaan bahagia meletup-letup di hatinya terasa bak petasan kembang api. Hangatnya pelukan Sarah dan David juga masih terasa sampai detik ini di relung hatinya.
Semua itu tidak akan bisa ia rasakan jika Sandra yang asli tidak memberikan tubuh ini kepadanya. Membahas tentang Sandra asli, ia tiba-tiba teringat sebenarnya ada dimana jiwa Sandra asli sekarang? Bagaimana jiwanya bisa menempati tubuh ini? Apa tujuan jiwanya menggantikan jiwa Sandra?
"Sandra, gue gak tau lo ada dimana sekarang. Gue juga gak tau sebenarnya lo udah meninggal atau belum. Entah, jiwa lo yang lagi berkelana di luar sana atau bagaimana gue bener-bener gak paham."
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...