"Kak S-sandra," lirih Sekar dengan suara tercekat.
Jika dari kalian sudah ada yang menebak sosok itu adalah Sandra, maka selamat, tebakan kalian benar!
"Bener, ini gue." Sudut bibir Sandra terangkat membentuk senyuman mengerikan.
"Kenapa? KENAPA KAK SANDRA TEMBAK KAKI SAMA TANGANKU?!"
Sandra mengetuk-ngetuk dagunya berpikir. "Emm...kenapa ya? Mungkin gue iseng aja."
Mendengar jawaban itu, Sekar mengepalkan tangannya. Bukan hanya karena menahan rasa sakit, tapi juga menahan amarah di hatinya.
"Setelah berhasil nyingkirin aku dari sekolah, apa itu gak cukup bagi Kak Sandra, hah?"
Sandra menggeleng polos. "Enggak. Sebelum lo lenyap dari dunia ini, gue gak akan puas. HAHAHA!" Suara tawanya menggema ke penjuru jalanan, mengisi kesunyian yang mencekam.
Badan Sekar gemetar ketakutan. Jiwanya seolah ditarik paksa, badannya lemas tak bertenaga setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut kakak kelasnya itu.
Lenyap dari dunia? Bukankah itu artinya ia harus mati? Sekar menggelengkan kepalanya dengan wajah pucat pasi berkeringat. Tidak-tidak! Ia tidak mau mati, apalagi mati di tangan gadis di depannya.
"T-tolong... tolong jangan bunuh aku!"
Jari telunjuk Sandra mengorek telinga. Barusan telinganya tidak salah dengarkan? Sekar memohon kepadanya agar tidak dibunuh?
Waw!
Bolehkah ia bertepuk tangan sekarang? Dari sekian banyaknya orang yang sudah menjadi targetnya, ini baru pertama kalinya ada yang memohon agar tidak dibunuh.
Karena biasanya mereka, orang-orang yang menjadi korban kegilaannya justru malah meminta hal sebaliknya, yaitu permintaan untuk segera dibunuh tanpa merasakan penyiksaan yang menyakitkan.
Sandra berjongkok. Tatapan netra ambernya yang setajam silet dan sedingin bongkahan es kutub menghunus lurus ke arah Sekar. Tatapan matanya seakan-akan ingin melubangi tubuh Sekar. Kedua sudut bibirnya mengukir senyum manis, yang entah bukannya terlihat bagus malah terlihat mencurigakan di mata Sekar.
"Sayang sekali permintaan lo, gue tolak, Sekar. Jadi nikmatilah hadiah dari gue."
Setelah berkata seperti itu, Sandra mengeluarkan sebuahbelati dari dalam saku jaketnya, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menusuk paha Sekar sebanyak tiga kali.
Jleb!
Jleb!
Jleb!
"ARGHHHHH!" Jerit Sekar dengan mata terpejam.
Darah yang keluar menyembur bak air mancur ketika Sandra menarik belatinya dengan paksa. Genangan merah mengerikan di atas aspal berwarna hitam terbuat dari banyaknya darah yang keluar.
Bahkan cipratan darahnya mengenai baju dan wajah Sandra. Lidah panjang gadis itu menjilat darah yang menempel ke pinggir bibirnya. Ekspresi wajahnya berubah mual dan marah ketika lidahnya menyesap darah itu.
Sandra meludah ke samping. "Cuih! Darah lo pahit," cibirnya. "Apa semua darah manusia sampah itu pahit, ya?"
"Hiks sakit...ini sakit..." Bukannya menjawab, Sekar justru malah meracau tidak jelas, membuat Sandra menggeram marah.
Vanessa, gadis itu sangat tidak suka diacuhkan oleh mangsanya!
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Sekar. Tamparan yang tidak terlalu kuat tapi sudah cukup merobek sudut bibir Sekar hingga mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Girl
Teen Fiction"Hidup gue gak jauh-jauh dari peran antagonis." Arlene Vanessa Xientania ---- Jiwa antagonis masuk ke raga antagonis juga? Itulah yang dialami Nessa setelah terbangun dari kematian. Nessa, gadis yang ditakdirkan sebagai seorang penjahat, pembunuh, d...