NOTE: EPISODE KHUSUS SUGAR SUGAR LOVE SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. DI SANA AKAN SAYA CERITAKAN MENGENAI DAINEL. HEHEHE SILAKAN MAMPIR. TENANG SAJA, POV NANA AKAN TETAP SAYA TULIS SAMPAI TAMAT DI SINI. OKE? TERIMA KASIH.
***
Sekalipun keluargaku harmonis, manis, dan kadang bikin meringis; setidaknya aku tetap berpegang teguh pada rencana utama: menyelamatkan diri, cari hunian baru, dan mengumpulkan uang semampuku.
Benar aku tidak kumat dan menyerang Joana. Dia masih aman dan makin cantik saja. (Kadang. Oke, sering. Aku sering penasaran dengan cara Joana mempertahankan kecantikan di tengah gempuran pekerjaan dan stres. Apa dia vampir? Heran deh!) Tidak ada yang mengganggu maupun kuganggu. Ya kecuali satu, Lina Moris. Cewek yang satu itu masuk kategori makhluk langka. Sukanya cari perkara dan adu otot. Enakan juga adu kekayaan daripada skandal “cewek gila termenyebalkan tahun ini”.
Mengapa aku menyebut Lina sebagai si cewek gila?
Bagus. Akan kujelaskan. Mulai dari kegiatan pagiku: bangun, mandi, sarapan, bergosip dengan Leana, dan kabur mencari bungker penyelamat. Aku tidak bercanda. Rencana mencari hunian baru itu masih menggiurkan. Semangat mengunjungi beberapa penyedia jasa perumahan masih meletup dalam nadiku. Ada beberapa hunian yang sangat indah. Letaknya di sekitar pinggiran Kota Metro. Sekalipun di pinggiran, tetapi fasilitas tidak mengecewakan. Oh jangan lupakan keamanan dan jalan yang terintregasi dengan pasar dan jalan utama menuju kota terdekat.
Kuurungkan niat membeli rumah di sana karena uangku tidak cukup. Maksudku, tidak cukup untuk biaya hidup dan pajak dan biaya transportasi dan sejumlah pengeluaran tidak terduga. Hidup memang kejam. Realitas hobi menampar ekspektasi tanpa tedeng aling-aling. BUG. KO!
Nah ada di mana letak permasalahan dengan Lina Moris? Masalahnya, masalah yang sebenarnya, ialah kami tidak sengaja bertemu di mal. Berhubung salah satu agen penjual hunian cabangnya ada di salah satu mal elite, aku pun pergi ke sana. Begitu selesai diskusi dengan salah satu pekerja kemudian keluar ... ya pokoknya aku ketemu Lina.
Untung Lina tidak sedang membawa antek-anteknya. Andai dia ditemani kaki tangan A dan ajudan B, maka bisa dipastikan akan berakhir dengan adu mulut. Kalau adu mulut romantis dengan cowok impianku sih tidak masalah. Namun, adu mulut yang satu ini sama sekali tidak menyenangkan dan membuatku ingin menyerukan orasi mengenai hak asasi berkeliaran tanpa perlu mencemaskan ada cewek tidak beres mengutukku!
“Wah ternyata kamu masih belum ditendang oleh Austin?”
Ibarat hewan, pasti si Lina ini mirip kucing licik dalam kartun Disney. Ekornya bergoyang ke kanan dan kiri, cakar siap ditancapkan ke daging musuh, dan menunggu datangnya kesempatan menghabisi.
Apa hanya aku saja yang menganggap busana Lina terlalu vulgar? Perlukah pamer dada di sini? Aku, kan, cewek!
“Mamaku nggak punya hobi menendang bokong orang lain,” kataku berusaha berlagak waras (padahal hampir mulai aksi reog hwaaa gwaaaa!). “Apa kamu segitu terobsesinya menyerangku, Lina?”
“Cih kamu bahkan nggak selevel denganku.”
“Terima kasih.”
Aku hendak berbalik, meninggalkan Lina dan delusinya, tapi dia telanjur berkata, “Tahu, enggak? Daniel nggak akan tertarik berkencan denganmu.”
Daniel lagi. Daniel lagi. Lagi-lagi Daniel. “Serius deh kamu. Berapa kali sih aku harus mengoreski sekaligus membuktikan bahwa dia dan aku sudah selesai? Apa kamu nggak ada kegiatan baru? Belajar bisnis? Ikut yoga? Atau sekalian saja mencari psikolog. Hei dengar, ya? Nggak ada salahnya cek kesehatan mental. Semua orang perlu mawas diri dengan kesehatan jiwa.”
![](https://img.wattpad.com/cover/342314446-288-k929200.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR SUGAR LOVE (TAMAT)
RomanceSeorang pendengki, pemarah, dan tidak tahu diri. Itulah diriku pada kehidupan pertama. Lantas pada kehidupan kedua aku belajar dari pengalaman: berhenti iri terhadap kehidupan orang lain, berusaha menerima segalanya dengan sudut pandang baru, bersek...