26

8K 665 6
                                    

NOTE: EKSTRA EPISODE SUGAR-SUGAR LOVE TERBARU SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA KALIAN SUKA, TEMAN-TEMAN.

***

Dulu kupikir melarikan diri dari masalah dan hidup menjauh dari Joana adalah pilihan terbaik.

Betapa naif pikiranku. NAIF!

Uang yang kuperoleh dari hasil penjualan tetap belum bisa menghadiahiku rumah impian. Rata-rata kendalaku jatuh di transportasi, pajak, biaya makan, lingkungan yang sepertinya tidak aman untuk cewek, dan tambahkan saja sejumlah biaya sehari-hari. Seperti, iuran warga? Apa itu rumah impian? Hahaha katakan itu kepada kapitalis!

Lalu, Leana dan Martin menemukan sejumlah barang yang kujual! Padahal aku sudah berhati-hati memilih yang pasaran, tapi mereka benar-benar tahu cara meneliti barang apa saja yang ada di rumah ataupun tidak.

Aku tidak mendapat hukuman berat semacam pukul pantat. Untungnya sih tidak! Hanya ceramah yang kujamin sanggup mencerahkan jiwaku yang kotor ini. Oh betapa sayangnya aku kepada mereka!

Terpenting, yang paling penting, aku sudah menemukan belahan hatiku! Bersama Abel aku tidak takut menghadapi masa depan. Keamanan dan kenyaman ketika bersamanya membuatku perlahan pulih. Kusangka hati yang telanjur hancur berkeping-keping akan kesulitan jatuh cinta, tapi ketika menemukan orang yang tepat semua hal yang dulu menghantuiku pun sirna.

“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?”

Pertanyaan Abel berhasil menyadarkanku dari lamunan. Kami berdua duduk di pasir, membiarkan matahari sore membasuh, dan mengamati debur ombak yang mencium pantai. Aku menyandarkan kepala di bahu Abel, membiarkan seluruh kecemasan yang telah lama mengglayuti diriku larut—meninggalkanku.

Kami berdua memutuskan liburan bersama. Koreksi, tepatnya Abel mengambil cuti dari seluruh pekerjaan selama beberapa hari demi menemaniku. Betapa manis dan perhatiannya dia.

“Nggak,” kataku sembari mengagumi semburat oranye yang perlahan berubah warna menjadi jingga gelap di langit. Lampu-lampu mulai dinyalakan dan kurasa suasana semacam ini amat romantis.

“Nggak apa?”

“Nggak salah aku milih kamu,” celetukku berusaha menggoda Abel. Ah biarkan aku menikmati kemenangan ini!

“...”

Barangkali Abel terkejut mendengar ocehanku. Bisa kudengar bunyi detak jantungnya yang terdengar begitu kencang. Haha kadang aku berpikir diriku ini lebih buas dan liar daripada Abel. Ya tidak masalah, ‘kan? Cewek juga boleh agresif! Hanya kepada pasangan legal, bukan yang lain! Eh sebentar.... Agresif ketika belanja memburu diskon juga boleh! Legal! Itu amat legal dan sangat aku anjurkan!

“Abel, terima kasih.”

Sekalipun aku sedang memperhatikan laut, sama sekali tidak menengok Abel, tapi kuyakin dia pasti tengah tersenyum.

“Terima kasih,” kataku melanjutkan, “atas segala yang kamu lakukan untukku. Terima kasih kamu bersedia menunggu dan nggak memilih menyerah. Kamu tahu, enggak? Andai kamu nggak muncul dan memilih mendiamkan diriku, mungkin aku nggak akan merasa seyakin ini dengan diriku sendiri.”

“Terus terang butuh sekadar keberanian,” dia melakukan pengakuan. “Aku takut kamu akan memilih Daniel daripada aku.”

Tawa pun lolos dari bibirku. Kali ini aku menoleh, menatap sepasang mata yang kini balas memandangku. Di sana, di kedua mata itu, kutemukan kehangatan dan kayakinan. Dua hal tersebut membanjiri hatiku dengan rasa syukur.

“Abel, aku nggak akan memilih Kak Daniel!”

Salah satu alis Abel terangkat. “Benarkah?”

“Tentu saja!” seruku berapi-api. “Mengapa aku harus memilih cowok yang sama sekali nggak mau membalas perasaanku selama sekian tahun? Cinta pun bisa habis masanya. Lagi pula, pengalaman mengajariku agar melepaskan hal-hal yang enggak bisa kupertahankan. Seperti Kak Daniel, contohnya. Tanganku pasti akan berdarah, sakit, lalu infeksi andai aku ngotot memaksakan kehendakku kepada orang yang nggak memiliki perasaan sama sepertiku.”

Abel menjulurkan tangan, membelai kepalaku. Sentuhannya amat lembut seolah aku terbuat dari sesuatu yang mudah hancur. Caranya memperlakukanku benar-benar membuat diriku melayang ke langit ke tujuh! Errr salahkah bila aku ingin menggigit Abel?

“Kamu boleh memilih hidupmu,” katanya diiringi senyum yang juga terpancar di kedua matanya. Begitu hangat, indah, dan mengingatkanku pada matahari terbenam yang kini cahayanya meredup meninggalkan bumi dengan berkas kemerlap di pasir pantai. “Aku akan berusaha membuat lingkungan yang aman bagimu. Na, aku janji. Pokoknya kamu nggak akan merasa terancam. Siapa pun yang berani menyakitimu akan menerima amarahku.”

Senyum nakal pun tersungging di bibirku. Dengan nada menggoda aku pun berkata, “Menerima amarah Abel yang tampan. Hihihi pasti mereka akan ketagihan.”

“Aku sih nggak sesadis leluhurku. Kamu harus mendengar kisah cinta leluhurku dengan nona dari keluarga White. Papaku bahkan mewanti agar aku nggak terlalu sadis ... emmm sebenarnya aku nggak bisa setega itu sih. Kakakku. Nah dia lebih mirip leluhurku. Di luar terlihat manis dan kalem, tapi di dalam....”

Oh oke. Aku tidak berencana mencari tahu mengenai leluhur Lawrence. Sepertinya dia tipe cowok kalem yang sebaiknya aku hindari daripada masuk ke jurang neraka. Pasti akhir yang mengerikan!

“Setelah semua yang kita lalui,” kataku sembari, uhuk, kembali merebahkan kepala di bahu-eh ngapain bahu? Tidak enak! Dada dong! Dada! Yups, aku merebahkan kepalaku yang indah dan manis ini di dada Abel. Akhirnya aku bisa juga cari kesempatan! Yuhuuuu! “Aku berharap kita bisa bersama selamanya sampai tua.”

Abel terkekeh. “Pasti,” katanya menyetujui keinginanku. “Kita akan menua bersama, menyaksikan anak dan cucu, lalu membicarakan mengenai masa muda.”

Betapa aneh perjalanan cinta milikku. Kupikir aku tidak akan mampu jatuh cinta dan menjalani hidup sebagaimana orang pada umumnya. Aku takut cinta tidak akan bersedia hadir dalam diriku. Namun, kecemasanku tidak terbukti. Aku bisa mencintai orang selain Daniel.

Barangkali karena faktor keberuntungan. Apalagi kalau bukan keberuntungan? Keajaiban? Orang seperti Abel bersedia mendekat dan mengobatiku. Dia bersedia menerimaku secara utuh. Seluruh diriku. Mulai dari borok hingga ketidakelokanku. Dia membuat hal yang kupikir biasa jadi terlihat menawan.

Aku suka bersama Abel.

Suka mendengar suaranya.

Suka mencium aroma tubuhnya.

Semuanya.

Aku sangat mencintai Abel.

“Abel, aku cinta kamu.”

Tidak butuh menunggu lama, Abel pun membalas perasaanku. “Aku selalu mencintaimu, Na. Selalu.”

Selamanya. Kata itu tidak lagi menakutkan. Selamanya bersama orang yang memilihku. Selamanya dengan orang yang bisa membantuku menerima diriku sendiri. Itu bukan perbuatan yang sia-sia.

“Aku cewek yang paling beruntung,” senandungku, riang. “Bertemu kamu, bersamamu, kamu membuatku bisa melihat dunia dengan cara lain.”

“Baguslah. Akan lebih baik bila kita lewatkan pertunangan dan langsung menikah saja.”

“...”

“Mamaku sudah setuju kok.”

Di luar dugaanku ... Abel ternyata sepuluh langkah di depanku dalam merencanakan masa depan!

Wow sepertinya masa depanku akan sangat menyenangkan.

Pasti.

***
Selesai ditulis pada 3 Agustus 2023.

***
Halooooooo.

Terima kasih telah mengikuti perjalanan Nana. Maaf ya episodenya pendek. Saya memang nggak ingin membuat novel ini dalam berpuluh episode. Lagi pula, awalnya saya menulis ini untuk melatih kebiasaan saya dalam menulis. Saya takut kena zona malas. Kalian, kan, tahu goleran dan tidak melakukan apa pun itu merupakan kegiatan yang sulit saya tolak! Hiks.

Oleh karena itu, saya memutuskan membuat dua cerita: Nana dan Baby Edna. Hehe terima kasih atas segala cinta dan limpahan kasih sayang yang kalian berikan kepada saya selama proses menyelesaikan dua cerita ini.

Kalian jangan lupa jaga kesehatan, ya? Hati-hati ketika berkendara maupun naik tranportasi umum. Oke? Minum air putih secukupnya.

Salam cinta dan kasih sayaaaang!

I love you, teman-teman!

SUGAR SUGAR LOVE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang