19

5.5K 749 15
                                    

Semenjak mulut, pikiran, dan hatiku sering tidak singkron, maka ada baiknya mengurungkan niat menemui Abel. Ini semua perlu kulakukan demi kebaikan bersama. Tepatnya, kebaikan jantung dan terutama mentalku.

Aku takut keceplosan, lagi.

Oleh karena itu, kuputuskan menghabiskan waktu dengan cara merancang masa depan. Versi masa depanku tentunya bukan pernikahan, seperti yang Leana inginkan. Versi masa depan milikku ialah, menemukan hunian yang sesuai dengan anggaran danaku. Sekalipun Abel kadang, oke seringnya sih, membuatku ingin berubah jadi macan dan menggigitnya.... Hei, realistis saja deh! Seberapa lama orang naksir diriku bisa bertahan?

Lalu, ada yang aneh. Bila Abel memang menyukaiku sebagaimana yang ia utarakan berkali-kali, lantas mengapa dulu dia tidak muncul dalam kehidupan pertamaku? Pasti akan beda cerita andai dia ada! Sekarang? Oh aku merasa hampir gila! Daniel jadi sinting. Sinting abis! Dulu dia cuek bebek. Lupakan mengenai menyapaku, melirikku pun enggan.

HAHAHAHA lupakan mengenai dulu tidak tertarik, tapi setelah berubah aku jadi tercenut-cenut setiap kali melihatmu. Omong kosong! Cewek juga bisa bosan. Bosan dijadikan pilihan kedua, tepatnya. Enak saja dia berpikir segalanya akan berjalan sesuai kehendaknya. Tidak bisa, ya!

Barangkali karena pikiranku penuh, penuh dengan masalah dan beban dunia, maka setiap kali mengecek hunian yang ditawarkan oleh agen tidak ada satu pun yang sesuai dengan hatiku. Karena tidak ingin jadi anak hilang, lantas kuhubungi Lily. Dia bilang sedang berada di salah satu restoran yang ada di hotel. Berhubung dia hanya butuh beberapa menit saja menyelesaikan pertemuan, dengan orang yang tidak mau aku ketahui namanya, ia memintaku datang ke sana untuk menemaninya makan siang.

“Kok kamu belum makan? Aneh.”

“Kami hanya fokus ke pembahasan materi,” Lily membalas. “Lagi pula, kamu tinggal duduk manis dan biarkan aku yang membayar tagihan.”

Ih tahu begini aku pesan menu spesial! Bukan spageti dengan bakso, melainkan steak daging sapi premium! Nasi sudah menjadi bubur, ya sudah aku makan saja.

“Lily, kamu tahu enggak agen penjual rumah? Aku ingin hunian di pinggiran Kota Metro. Jauh dari kebisingan. Tenang. Sepi.”

“Kuburan oke tuh.”

“Amit-amit! Kamu minta aku tusuk pakai garpu, ya?” Lantas aku mengacungkan garpu, berlagak menjadi bajak laut KW, dan mulai mengancam. “Jangan salahkan aku ya, Nona.”

Lily menyingkirkan garpu dari tanganku dan meletakkannya kembali di piring. “Lagian kamu ngomong soal tenang dan sepi. Apa itu kalau bukan kuburan?”

“Kan kamu bisa menawarkan pilihan hunian di desa. Asal jangan yang akomodasinya kacau. Aku nggak bisa hidup jauh dari keripik kentang, burger, dan saos tomat.”

“Bahkan di desa pun sudah ada gerai yang menjual makanan cepat saji. Na, desa tidak seudik bayanganmu. Jaringan internet lancar jaya. Orang desa bisa mempromosikan produk mereka ke kota. Memangnya kamu nggak baca berita di media sosial mana pun?”

Iya juga. Aku lupa bahwa di dunia ini jauh lebih terorganisir daripada di negara yang kutempati saat kehidupan kedua. Bahkan transportasi menuju pelosok pun jauh lebih terorganisir daripada di kehidupan keduaku. Oh aku masih terkena efek hidup sebagai orang miskin kelas jelata. Bisa-bisanya lupa bahwa di sini semuanya serbatertata.

“Memangnya kenapa ingin pindah?”

Tidak mungkin aku menjawab pertanyaan Lily dengan kejujuran. “Eh tahu enggak kalau aku bisa saja mati bila tidak berhati-hati. Pemuja Joana mirip setan, sementara Lina lebih setan lagi karena terus saja menuduhku ada rasa kepada Daniel.” Tidak mungkin bicara sevulgar itu!

SUGAR SUGAR LOVE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang