NOTE: HALO, EKSTRA EPISODE SUGAR SUGAR LOVE SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. :”) SILAKAN MAMPIR DAN SEMOGA KALIAN SUKA. HEHEHEHE.
***
Telanjur basah. Sungguh percaya diri sekali. Beraninya aku sok centil. Tidak ada urat malu. Orang bisa mengataiku muka badak. Bukan karena mukaku mirip badak, melainkan ketebalan kulit wajahku yang tidak bisa ditembus oleh sesuatu bernama “tahu diri”.
Ah masa bodoh. Lagi pula, Abel pun pasti tidak keberatan. Kan jarang-jarang aku mau merayu seseorang. Terakhir kali sih aku mencoba merayu Daniel. Tentu saja metode dan pendekatan yang kupilih amat ugal-ugalan sehingga berakhir tidak bagus bagi diriku sendiri. Sekarang sih aku cukup tahu diri. Tiada guna mengejar cowok yang tidak akan memberi respons sesuai ekspektasi. Pasti sakit hati deh ujung-ujungnya. Enakan juga makan ampela goreng daripada berharap Daniel suka kepadaku.
Eh kok mulai melantur sih? Aduh intinya mulut dan otak kadang tidak singkron. Inginku bicara elite, tapi yang keluar justru ocehan murahan. Kelas bawah!
“Ya,” Abel membenarkan, “aku sayang kamu.”
Emak! Ekspresi yang Abel tampilkan sungguh mati membuatku merasa naninu lala! Tidak jelas! Maksudku, tidak jelas dalam artian seperti ini:
- Ingin rasanya kupeluk Abel dan membelai kepalanya. Tidak akan kubiarkan dia merasa rendah diri!
- Tatapan matanya mirip anak kucing. Menggemaskan!
- Astaga! Salah tidak sih andai Abel aku laporkan ke polisi atas tuduhan “terlalu manis hingga nyaris membuatku jadi penjahat”?!
Selain itu ya ... KENAPA DIA BISA MENYUKAI DIRIKU YANG ANEH DAN TIDAK ELEGAN INI?! Pasti aku di kehidupan kedua tidak sengaja membawa serta susuk atau keberuntungan berlebih hingga Abel bisa jatuh hati kepadaku. Yakin! Seratus persen! Pasti!
“Kamu benar-benar sayang?” tanyaku. Sedikit ada keraguan yang menyebar dalam hati, seperti sekam yang jumlahnya tidak terhitung—membuatku kerepotan. “Sangat sayang?”
“Aku yakin dengan perasaanku, Na. Sedari dulu aku mengenal baik hatiku. Namun, bagaimana denganmu?”
Lekas kubuka botol minuman dan meneguk isinya. Berharap perbuatanku bisa memberiku perpanjangan waktu untuk mencari cara menjelaskan diriku sendiri.
Suka?
Cinta?
Dulu aku meyakini bahwa Daniel-lah yang kuinginkan. Hanya dia. Namun, kenyataan pahit menghantam dan membuatku karam. Butuh lebih dari sekadar waktu agar bisa merelakan Daniel. Satu masa kehidupan, kehidupan keduaku, merupakan bayaran sekaligus terapi bagi diriku agar tumbuh sebagai pribadi mawas diri.
Tentu tidak bisa memaksakan kehendak kepada orang lain. Hasilnya tidak akan berbuah manis. Aku berusaha memahami itu, mengerti bahwa Daniel memang tidak menyukaiku, dan berulang kali menghibur diriku sendiri sepanjang satu kehidupan di masa kedua.
Pada akhirnya aku bisa melepas Daniel. Aku bisa menyadarkan diriku sendiri.
Akan tetapi, mencoba menerima cinta yang baru? Ada sedikit kecemasan. Seakan bibit keraguan mulai tumbuh dan menjalari kewarasanku, membuatku takut menerima kebahagiaan yang lain.
Permasalahan pada orang yang sering menerima penolakan ialah, ketakutan menerima kehadiran orang baru. Cemas bila orang baru ini, yang datang, akan memberi rasa sakit yang mungkin lebih hebat daripada yang pertama.
“Nana....”
Suara Abel terdengar lembut, begitupula dengan caranya menatapku.
“Sebenarnya,” aku mencoba menguatkan diri untuk mengatakan kejujuran yang selama ini terpendam, “aku pernah cinta mati kepada seseorang. Kamu tahu, ‘kan, Kak Daniel? Aku dulu sangat mencintainya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR SUGAR LOVE (TAMAT)
RomantizmSeorang pendengki, pemarah, dan tidak tahu diri. Itulah diriku pada kehidupan pertama. Lantas pada kehidupan kedua aku belajar dari pengalaman: berhenti iri terhadap kehidupan orang lain, berusaha menerima segalanya dengan sudut pandang baru, bersek...