MTB||•19. Ow Ow Ow•||

104 4 1
                                    

Gak tau dah judulin apaan 😆
Aku dobble up karena emang ini ceritanya masih nyambung sama yang tadi, jadi idenya ngalir gituuu hiyahiya kaya sungai aja ngalir;v

Jangan lupa vote nya🤗

"WHAT?!" Kaget mereka bertiga dan langsung bersembunyi kala Deon melihat sekilas ke arah mereka.

"Woy, jangan keras - keras ngomong nya!" Deka berbisik ia membentangkan kedua tangannya, membekap mulut pada dua manusia di sampingnya.

"Bang, lu malah nutupin mata!" David menghempaskan tangan Deka dari matanya.

"Tau, ih!"

"Heh! kalian ngapain?"

"WAAA----HAhahaha ini um ... Kita lagi main mih," ujar mereka bertiga berlagak sedang bermain dengan asal. Dan memasang tawa yang palsu.

"Aneh, kok main nya di pojok? Pada ngintip ya? Mamih ikutan, dong!" Desi berseru dan ikut bergabung.

Ketiganya saling pandang dan menggeleng pelan. Mereka melihat kembali ke depan namun aneh nya tidak ada Deon di sana.

"Waduh, kemana bang Deon nya?" celetuk Deka

"Nyariin gue?" Deon sudah berada di samping mereka.

Mereka bertiga pun terkejut dan memasang muka seolah - olah tidak terjadi apa - apa dan sejurus kemudian, berlari ke atas menuju kamar.

"Mamih juga ngapain?" tanya Deon.

"Hehe. Ngikut doang kok, beneran!" Desi pun langsung ke atas mengikuti Denzy yang sudah lebih dulu ke kamarnya.

"Untung aja keluarga, coba kalau bukan." Deon menghela nafasnya dan memilih masuk ke ruang kerjanya mengambil sesuatu.

"Aku kesini tadinya mau ngasih beberapa digit buat keamanan uang kantor, Pih. Tapi, berhubung ada papih pasti masalah ini bisa selesai." ujar Deon duduk kembali dengan berkas yang ada di tangannya. Sebuah kertas khusus password keamanan di kantornya.

"Kamu jangan gegabah dulu, dong. Ini sesuatu yang pribadi. Coba bilang sama papih ada masalah apa?"

Deon mulai menceritakan kejadian yang telah menimpa kantornya kemarin. Sebuah pembobolan berkas keuangan kantor hampir di curi seseorang. Deon menceritakan semuanya dengan sangat detail.

Wendy yang berada di sebelahnya, menghela nafas panjang mendengarkan Deon bercerita. Sesekali ia menyeka keringat di pelipisnya.

"Benar kan, Wen?" Deon menoleh cepat.

Wendy tersentak kaget, dan mengangguk cepat. "Oh i--iya, pak."

"Nah jadi aku bawa Wendy kesini mau aku kasih tau digit kunci berkas itu, supaya kan Wendy yang kerjanya jadi manajemen keuangan bisa selalu cek, Pih."

"Dan kenapa aku pilih di rumah aja ngasih tau nya, biar gaada orang lain yang denger."

Dadang mengangguk - angguk paham. "Mending seperti ini saja ...." Dadang menjelaskan serius tentang masalah ini. Ia cukup hapal dan sudah berpengalaman tentang masalah ini. Maka ia ingin Deon tidak ceroboh dalam mengambil keputusan walau dengan alasannya.

••••

"Ih mamih, ngapain ikut - ikut sih?" tanya Denzy yang kini berada di kamar David untuk kembali berunding soal Wendy tersebut.

"Ya pengen dong, kalian jahat banget sih sama mamih. Mamih gak ada temennya, tau."

"Ya udah, iya."

"Kira - kira apa bener bang Deon sama cewek itu pacaran?" Deka mulai membuka diskusi tersebut.

My Three Brothers [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang