Zee berjalan menulusuri koridor sekolah. Dirinya baru saja membelikan seragam baru untuk Marsha. Ia akan menuju studio musik untuk memberikannya pada Marsha.
Ceklek
Zee membuka pintu nya. Dirinya langsung mendapati Marsha yang masih menunduk dan menangis. Tak lupa dengan Indah dan Oniel di sisi Marsha.
"Gue bawa seragam baru buat Marsha. Lo ganti dulu ya sha. Nanti badan lo masuk angin" Zee menarik kursi dan duduk tak jauh dari mereka bertiga.
"Ji, lo urus Marsha yah. Biar gue sama Indah ke kelas. Ngga mungkin kan kalau gue bolos. Nanti gue sama Indah izinin lo berdua kok" Kata Oniel.
"Iya, bener kata ka Oniel. Sha.. Gue ke kelas dulu yah. Nanti istirahat kedua gue kesini lagi" Indah Menimpali ucapan Oniel.
Marsha hanya mengangguk tanpa menatap Indah. Indah menghembuskan nafasnya dan mengusap bahu sahabatnya itu. Lantas mereka berdua meninggalkan studio musik. Dan kini hanya menyisakan Zee dan Marsha.
Zee menaruh seragam yang baru ia beli di koprasi sekolah di kursi. Dan dirinya beralih pada Marsha yang masih menunduk. Zee menarik dagu Marsha agar mendongak dan menatapnya.
"Gue paling ngga suka kalo lo nunduk kaya tadi. Maaf gue datengnya telat dan lo di apain aja sama Ashel?"
Marsha bungkam mendapatkan pertanyaan itu dari Zee. Marsha sangat takut mendapatkan perlakuan seperti tadi. Kejadian di Jepang kala itu langsung berputar di kepalanya. Trauma nya kembali.
Zee merengkuh tubuh Marsha ke dalam pelukannya tak memperdulikan kalau bajunya basah. Entah lah tiba-tiba Zee ingin memeluk Marsha. Mungkin Marsha memang butuh pelukan.
"Perlakuan Ashel memang keterlaluan. Sampai lo setakut ini. Lo jangan khawatir lagi, karena dia ngga akan macem-macem lagi sama lo" Zee memberanikan diri untuk membelai lembut rambut panjang Marsha.
Zee sebenarnya sangat gugup memeluk Marsha seperti ini. Jantungnya berdebar diatas kenormalan. Zee juga merasakan sesuatu yang aneh, yang belum ia rasakan sebelumnya.
"Gue kenapa? "
Marsha membalas pelukan Zee dan Marsha memberanikan diri untuk menyandarkan kepala nya di bahu Zee.
Sementara di tempat lain. Adel mengajak Ashel untuk ke ruang privat yang ada di dalam perpustakaan. Tempat yang biasa Adel gunakan untuk menyendiri.
Di dalam ruangan itu terdapat rak buku, sofa panjang bahkan ada kulkas di dalamnya, dan jangan lupakan di sana juga ada televisi.
Ashel duduk di sofa dengan menyandarkan kepala nya di sofa. Sementara Adel menatap ke luar jendela yang menampilkan lapangan basket.
"Lo tau kan kalo perbuatan lo itu sangat salah. Udah gue bilangin berapa kali shel, untuk lo berhenti merundung anak-anak ervio. Apa mau gue bilangin ke orang tua lo kalo kelakuan lo selama di sekolah tuh ngebully orang"
Ashel menegakkan badannya dan menatap Adel. "Lo mau bikin gue mati. Lagian cewe cupu itu pantes untuk dapetin itu. Gue ngga salah dong"
Adel terkekeh dan memilih untuk duduk di sebelah Ashel. Adel memegang pundak Ashel dan menariknya untuk menghadap nya. Adel menatap lekat mata Ashel. Adel bisa melihat kalau dari sorot mata Ashel itu banyak sekali luka yang Ashel pendam.
"Sampai kapan lo nyembunyiin luka lo sama orang-orang dengan sikap angkuh lo. Gue tau, asli nya lo ngga kaya gini. Siapa yang bikin lo kaya gini shel"
Ashel sontak mendorong Adel agar menjauh dari nya. "Ga usah sok tau deh lo! Gue baik-baik aja kok! "
Adel tertawa kecil "Respon lo aja emosi kaya gitu. Padahal gue ngomong nya baik-baik. Lo kalo kaya gitu berarti omongan gue bener"
Ashel bungkam mendengar penuturan Adel. Ashel berdiri dan berjalan mengambil minuman kaleng yang ada di kulkas dan beberapa cemilan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Nerd [END]
Fiksi PenggemarMarsha Harumi Lenathea.Gadis cantik yang bisa di bilang gadis nerd. Karena kebiasaan nya yang suka sekali membaca buku. Dia menjadi anak baru di salah satu sekolah yang terkenal di ibu kota. Awalnya tidak ada yang menarik di sekolah barunya. Namun...