30. Merelakan kepergian

559 96 3
                                    

Zee meringis kesakitan sebab bahu nya menjadi sasaran peluru yang hendak menembak kepala Gita. Zee mengeluarkan slayer yang melekat pada leher nya kemudian mengikat nya pada bahu nya, agar darah nya tidak mengalir banyak.

Gita menghampiri Zee kemudian memastikan keadaan Zee, Gita menatap khawatir bahu Zee yang sudah berdarah. Sementara Adel tidak bisa mendekat lantaran dia selalu di serang oleh beberapa orang.

"Zee, lo mending istirahat aja, biar gue yang selametin Marsha dan tente Cindy" Ujar Gita.

Zee tertawa meremehkan "Gue ngga lemah, gue bisa sendiri" Ia melangkah pergi dan meninggalkan Gita dan Adel yang tengah bertarung.

Saat di tangga Zee bertemu salah satu bodyguard kepercayaan papah nya. Saat Zee baru memasang kuda-kuda, Niko selaku Bodyguard Keynal langsung menahan.

"Saya ngga akan lawan nona dan saya juga tidak akan menghalangi nona untuk menyelamatkan nona Marsha. Saya akan mengamankan Ibu Cindy, bom sebentar akan meledak" Jelas Niko.

"Hah! Bom?! " Zee berlari kemudian mencari ke setiap ruangan yang ada di sana, namun ia tidak menemukan Marsha, ruangan itu semua kosong.

Zee mengerang keras seraya memanggil Marsha. Telinga nya langsung mendengar suara Marsha dari arah pojok sana. Tak berpikir panjang, Zee langsung berlari kencang menuju kamar itu.

Saat di buka, ia melihat Marsha tengah di ikat di sebuah tiang dengan keadaan duduk, keadaannya benar-benar memperihatinkan.

Wajah Marsha beberapa titik sudah lembam-lebam, serta keadaan yang sudah berantakan. Hati Zee seketika langsung tersayat-sayat melihat keadaan Marsha saat ini.

Zee melangkah pelan lantaran badan nya yang sudah sedikit melemah seraya menahan sakit yang luar biasa di bahu nya.

"M-macha " Tangan Zee bergetar seraya mengusap wajah Marsha.

Air mata Marsha mengalir seketika saat ia melihat Zee di depan nya. Ia sampai memejamkan matanya saat tangan Zee mengusap wajah nya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Zee membuka tali yang mengikat orang tercinta nya itu. Setelah terlepas kedua nya saling memeluk satu sama lain dengan erat.

"Maafin aku, kamu kaya gini gara-gara aku, maafin macha, a-aku minta maaf" Zee beberapa mengecup kepala Marsha.

"Ngga, bukan salah kamu" Marsha mendorong tubuh Zee yang kian mengerat memeluk nya, ia menatap dalam mata Zee.

Zee mengusap air mata Marsha "Maaf juga aku datang nya telat, aku bakal bawa kamu pergi dari sini. Aku sayang sama kamu" Zee mengecup lama kening Marsha.

Marsha memegang bahu kemudian mendorong pelan "Aku juga sayang sama kamu, tapi kita harus pergi dari sini, ada bom ka zee di sini" Ucap Marsha, tetapi ada yang aneh, Marsha seperti merasakan basah pada bahu Zee.

Mata Marsha menatap tangan nya yang baru saja memegang pundak Zee. Matanya terbelalak melihat darah di tangan nya, saat ia melihat pundak Zee, di sana sudah ada slayer berwarna biru sudah penuh oleh darah.

"Ka zee! Kamu kenapa?! " Marsha menangkup wajah Zee yang sudah mulai memucat.

Zee berdiri dengan menggenggam tangan Marsha "Ngga penting, bom sebentar lagi meledak kita harus pergi" Zee menarik tangan Marsha untuk keluar dari ruangan sempit itu, tetapi pandangan Marsha tak beranjak pada bahu kiri Zee yang terbalut kain.

Dari pendengaran Zee, di luar sana seperti tidak ada pertarungan lagi. Apakah semua nya sudah selesai?
Suara detik yang berasal dari peledak terus terdengar dari pendengaran kedua nya, langkah mereka semakin berat lantaran tubuh mereka yang kian melemas.

Sweet Nerd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang