~Selamat membaca~
🦋🦋🦋
Setelah pulang dari sekolah pasti kamu akan pulang ke rumah. Beda dengan Eric yang sekarang di suruh pak Harto untuk menjaga kucing miliknya. Eric ingin menolaknya tetapi karena ia juga tak ada kesibukan. Eric akhirnya menuruti permintaan pak Harto untuk menjaga kucing putih itu. Karena menunggu itu lama
Eric merasa ingin ke toilet karena ada sebuah hajar yang tak bisa di ganggu gugat. Dan di saat waktu yang tepat Eric melihat Abdul yang sendirian berjalan di pinggir jalan. Eric pun menghampirinya.
"Dul, tolong gue bentar." Ucap Eric yang masih menggendong seekor kucing putih. Abdul yang bingung hanya menuruti Eric yang memberikan kucing itu ke gendongannya, "Ngapain ?" Tanya Abdul yang kebingungan karena Eric memasang wajah paniknya.
"Tolong jagain kucingnya pak Harto bentar. Pak Harto lagi ke rumah kades. Gue mau ke toilet dulu. Udah nggak tahan nih."
Eric sudah tak tahan lagi ia berlari dan pergi meninggalkan Abdul disana bersama kucing milik pak Harto.
"WOY!!!! JANGAN LUPA BALIK KE SINI LAGIIIII!!!!!." Teriak Abdul sekencang-kencangnya. Syukurlah tak ada orang yang lewat di depannya. Kalau saja ada pasti Abdul malu bukan kepalang. Walaupun dengan teriakan kencang sepertinya tak didengar oleh Eric.
"Hari ini apes banget dah.... Nggak di rumah nggak di sekolah jadi babu mulu." Omel Abdul berbicara sendiri. Dengan seekor kucing yang berada di gendongannya.
Memang Abdul tadi habis dari rumah. Ia kabur dari rumah karena terus-terusan di jadikan babu oleh kakaknya. Disuruh ini itu lah. Nyuci motornya lah... Nyuci sepatunya lah. Sampe ingin ia cuci muka kakaknya, saking kesalnya. Dan sekarang ia harus menunggu pak Harto kembali dari rumah kades.
Abdul duduk bersandar kepada tiang listrik di pinggir jalan, "Cing.... Lo sendirian kan?" Tanya Abdul mengelus-elus kepala kucing berwarna putih itu. Kucing tersebut hanya mengeong saja dengan pertanyaan dari Abdul.
"Gue ada disini, cing. Nemenin Lo." Lanjut Abdul.
"Lo, enak cing hidupnya. Makan udah ada yang nyiapin. Kalau mandi di mandiin. Sedangkan gue di jadiin babu sama kakak gue mulu." Curhat Abdul kepada kucing putih itu.
"Yaelah bang. Lo itu bersyukur bisa makan makanan enak. Masih sehat walafiat. Punya temen-temen yang baik. Gue sekarang aja udah sakit-sakitan. Makan wishkas aja udah nggak seenak dulu. Nggak bisa lari-larian juga. Udah tua, bang" jawab kucing putih itu dengan eongannya.
Kalau di terjemahkan, itu yang dimaksud si kucing. Tetapi Abdul yang tak mengerti apa yang dikatakan oleh kucing yang ia elus-elus kepalanya hanya mendengarkan saja.
"Ni... Bang ada sedikit uang dari saya. Semoga bisa buat makan bang." seorang perempuan berhijab memberikan uang di depan Abdul yang duduk bersila dengan memangku kucing putih pak Harto.
Abdul yang terkaget pun membernarkan perkataan seorang perempuan ini, "Maaf mbk, saya bukan pengemis." Ucap Abdul yang bingung karena mbk berjilbab memberi uang di depannya.
"Kalau bukan, Abangnya kenapa duduk di pinggir jalan." Tanya perempuan berhijab itu.
"Saya disuruh nungguin yang punya kucing ini. Pemiliknya lagi keluar ada urusan." Jelas Abdul langsung berdiri.
"Ealah.... Gitu... Maaf ya bang kirain pengemis." Perempuan itu merasa malu ketika Abdul menjelaskan bahwa ia bukan pengemis, melainkan menuggu pemilik kucing putih yang berada di gendongannya.
"Oh ya bang, saya mau tanya. Jalan untuk ke SMA Garuda itu lewat mana ya? Saya nggak tau jalannya." Jelas perempuan itu yang memang tak tau jalan menuju tujuannya.
"Dari sini lurus aja, nanti ada pertigaan belok kanan. Nah, di kanan jalan ada papan nama besar tulisannya SMA Garuda." Abdul memberikan instruksi jalan kepada perempuan berjilbab itu dengan gerakan tangannya.
"Alhamdulillah. Makasih ya bang. Maaf banget tadi." Perempuan itu meminta maaf lagi atas perlakuannya tadi.
"Ya gak papa." Balas Abdul.
Perempuan berjilbab itu pergi dan mengikuti arahan yang diberikan Abdul tadi. Sedangkan Abdul masih berdiri memperhatikan punggung perempuan itu yang meninggalkannya.
"Mas? " Ucap seorang bapak-bapak sambil menepuk bahu Abdul.
Abdul pun menoleh lalu berbalik badan menghadap seorang bapak yang menepuk pundaknya. Tersadar bahwa itu adalah pak Harto. Abdul mengembalikan kucing yang ia gendong kepada pemiliknya, "Ini pak, kucingnya."
"Mas yang tadi kemana kok kucing saya sama mas?" Tanya pak Harto sambil membelai kepala kucingnya.
"Tadi ke toilet katanya pak. Terus saya disuruh gantiin dia." Ucap Abdul.
"Begitu ya.. ini mas sebagai ucapan terimakasih." Pak Harto menyodorkan uang kepada Abdul. Abdul yang berbinar melihatnya lembaran uang yang di berikan pak Harto. Rizki anak sholeh emang gak kemana, batinnya.
"Wah..... Makasih banyak pak." Ia langsung menerimanya tanpa berbasa-basi dengan senyuman lebarnya. Setelah Abdul mengembalikan kucing itu kepada pemiliknya. Abdul berpamitan kepada pak Harto terlebih dahulu sebelum pergi.
Bersambung
Siapa disini yang punya kucing ????
Kocheng putih bukan oyen lhooo 🐈

KAMU SEDANG MEMBACA
Daniella [TERBIT]
Teen Fiction"Diam itu lebih baik daripada banyak hati yang terluka sebab lisan yang tak menjaga." Prinsip seorang Daniel Narendra. Wakil ketua dari e-Frost. Dibalik sikapnya yang pendiam, ia masih terjebak dalam masa lalu yang menyakitkan. Sampai ia bertemu de...