03

49.2K 3.9K 82
                                    


"jauhi orang itu Joe, jangan sampai kau bertemu dengan nya lagi!" Sebuah kalimat peringatan dari Stevens agar dokter muda bernama Joen Emerson itu lebih berhati hati lagi, tanpa memberikan penjelasan yang jelas Steve menyuruh Joen untuk menjauhi pasien pertama nya itu.

"Bagaimana bisa aku membiarkan pasien ku tanpa perawatan."

"Joe, dia bukan seseorang yang pantas kau sembuhkan luka nya. Jika dia bisa mati karena sebuah luka tusuk mungkin itu sudah terjadi sejak lama."

"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan. Bagaimana pun itu sudah tugas ku sebagai dokter yang bekerja disini." Nada suara Joen berubah sedikit sinis, perlu di ketahui jika Joen adalah seorang dokter yang benar benar patuh pada janjinya sebagai seorang dokter. Tak peduli siapa yang ia obati meskipun seorang pembunuh sekalipun ia sebagai dokter harus tetap menolong nya dan tak membeda bedakan pasien.

"Apa kau tidak sadar apa yang aku bicarakan Joe? Dia adalah tahanan dari sel 000!"

Mata berwarna biru indah itu membelak dengan ekspresi terkejut. "Apa?!"

"Dialah tahanan dari sel 000 Joe. Dia memiliki tanda itu G;000. Kau benar benar tak terluka kan? Biarkan aku melihat mu." Stevens tampak mendekat ingin melihat dengan jelas jika tidak ada luka sedikitpun pada dokter baru nya itu.

"Tidak ada Steve, benar benar tidak ada! Aku serius." Ucap Joen sedikit jengah apalagi suasana hati nya yang kini mulai berubah.

"Tidak ada luka, bahkan aku tak tergores sedikitpun, dia hanya diam dan meminta di obati." Lanjut Joen meyakinkan Steve. Stevens terdiam sejenak.

"Maafkan aku Joe, aku terlalu berlebihan." Nada suara Stevens kembali melunak.

Joen terdiam setelah beberapa menit ia mengangguk pelan. "Tidak apa steve, kau pasti sangat khwatir. Aku juga minta maaf soal tadi, tapi kau harus percaya pada ku aku tak terluka sedikitpun." Joen menyunggingkan senyum kecil nya mencoba meyakinkan Stevens.

Stevens mengangguk kecil "Dia biasanya tidak keluar dari dalam sel, dia hanya akan diam dan tidak mengurusi keadaan di sekitarnya. Bahkan jika terjadi pertumpahan darah sekalipun di depan mata nya dia hanya akan diam dan menatap nya dingin." Steve menghembuskan nafas nya "itu sebab nya aku benar benar khwatir, dan untuk pertama kalinya dia bisa melakukan hal seperti itu, aneh nya kepada mu. Seorang Dokter yang baru saja mulai bekerja."

"Kau mungkin salah orang Steve, jika yang kau katakan dia tidak pernah melakukan hal seperti hari ini mungkin kau salah orang. Bisa saja yang memiliki tato itu bukan hanya dia."

"Tapi-.."

"Berhenti Steve, kita lanjutkan nanti saja. Kau mengganggu acara minum coffee ku." Joen sedikit cemberut mencoba mencairkan suasa canggung di Antara dirinya dan seteves.

Steves tersenyum "beritahu aku jika kau bertemu dia lagi."

Joen mengangguk tanda mengerti.

~'~

Huft

Sebuah hembusan nafas lelah keluar dari bibir tipis dokter muda tersebut. Perdebatan nya dengan Steve tadi sedikit mengganggu pikiran nya. Banyak aktivitas yang ia kerjakan mulai membersihkan ruangan nya sampai mengobati seorang pidana yang Steve pikir dari tahanan 000.

Tubuh kecil nya ia jatuhkan di atas kursi dokter nya, kembali mengambil nafas lalu menghembuskan nya mencoba tak memikirkan pembicara nya dengan Steve.

"Dia tidak melakukan apapun, kenapa Stevens sangat khwatir. Menyebalkan." Gumamnya dengan bibir yang mengerucut, di usia nya yang berumur 26 tahun Joen termasuk pria yang memiliki wajah babyface, dia masih terlihat pantas saat melakukan hal hal menggemaskan seperti tadi.

Bola mata berwarna biru nya menyusuri ruangan luas lalu atensi nya tertuju pada jam dinding yang sempat jatuh. Jam itu masih tergeletak di lantai, Joen bangkit lalu mendekat untuk mengambil jam dinding nya.

"Syukurlah jam nya tidak pecah." Ucap Joen mengambil jam tersebut lalu menaruh nya di atas meja kerjanya.

"Pukul 11 malam, aku harus mandi terlebih dahulu sebelum tidur." Kaki nya melangkah ke arah ruangan yang ia gunakan sebagai sebuah kamar sekarang, tidak lupa menutup pintu, ia mulai membuka pakaian nya lalu mulai berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah 20 menit lamanya Joen keluar dari kamar mandi dengan keaadan yang lebih segar. Kulit putih bersih nya semakin terlihat dengan bibir yang sedikit memucat, membersihkan diri di malam hari memang bukan ide yang bagus Joe.

Sebuah handuk kecil ia gunakan untuk mengeringkan rambut nya, dengan menggunakan pakaian santai Joen sudah siap untuk beristirahat di malam hari yang membuatnya lelah. Ia mulai membaringkan tubuh nya, membenarkan posisi tidur lalu menarik selimbut untuk memberikan kehangatan. Sebelum tidur ia tidak lupa mematikan lampu kamar nya lalu menyalakan lampu tidur karena ia terbiasa tidur dengan cahaya remang.

Joen mulai menutup matanya, kesadaran nya mulai berkurang, butuh beberapa menit untuk semuanya menggelap dan ia akan menyelami alam bawah sadar di antara mimpinya. Tinggal sedikit lagi kesadaran nya benar benar hilang tapi sesuatu yang berat menimpa tubuh nya membuat Joen mengerutkan keningnya dengan nafas yang tidak beraturan.

"Apa yang.." ucap nya dalam hati, meskipun ia merasakan beban berat di atas tubuh nya bola matanya tampak sulit untuk terbuka. Kedua tangan nya terasa di angkat dan di tahan dengan kuat di atas kepalanya. Dengan sedikit kesadaran nya Joen mencoba untuk membuka matanya perlahan, dengan mata nya yang terbuka sedikit ia bisa merasakan perasaan takut dan terkejut saat bola mata berwarna merah menyala itu tepat berada di depan nya. Diantara cahaya yang begitu remang hampir gelap ia bisa melihat dengan jelas bagaimana bola mata perpaduan merah dan hitam itu menyala menatap nya dengan tajam.

"Sudah ku katakan jangan beritahu siapapun." Nafas segar itu terasa tepat di wajah Joen, sedangkan Joen masih tak bisa membuka matanya dengan benar karena rasa kantuk yang benar benar menghampiri nya.

"Banyak yang datang ke sel ku tadi, bagaimana kau akan menangani ini hm?" Wajah pria itu semakin mendekat ke arah leher putih Joen. Diantara ambang kesadaran Joen bisa merasakan hembusan nafas hangat di leher nya.

"Aku sudah bilang kan, jika kau memberitahukan orang lain aku akan membunuh mu." Setelah itu sebuah cekikan membuat Joen kembali terkejut. Satu tangan pria itu berhasil mencekik leher nya dengan kuat membuat Joen semakin kesulitan untuk bernafas. Joen meremas satu tangan pria itu yang menahan tangan nya dengan kuat, mencoba melakukan perlawanan tapi itu Justru sia sia. Tubuh nya semakin lemas dengan kelopak matanya yang benar benar tertutup. Sebuah kalimat berhasil ia dengar untuk terakhir kalinya sebelum kesadaran nya benar benar hilang.

"Sleep well, i'm here." Lalu rasa sakit terasa di bahu nya, sebuah gigitan kuat menggunakan gigi taring nya yang tajam.

-Gregor-

Romantis gasi ayang mata merah😍

Terimakasih telah menunggu hope u like it

𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang