34

22.2K 2.2K 111
                                    

"Kenapa?"

"Karena tempat itu gelap. Kau tidak menyukai ruangan yang gelap bukan?"

Joen mengangguk setelah mencerna perkataan Azor. Apa yang dikatakan Azor memang benar, Joen tidak bisa bertahan lama di dalam ruangan yang gelap.

"Kenapa kau pergi begitu saja?"

"Ah, aku harus melakukan pemeriksaan jadi aku tidak sempat menunggu sampai kau bangun."

Joen mengangguk pelan, mengerti dengan jawaban Azor.

"Apa kau bisa menunggu sebentar Joe? Aku harus menemui Steve."

Joen kembali mengangguk, "tentu."

"Aku akan segera kembali, beristirahatlah."

Azor mengusap rambut Joen dan tersenyum. Lalu pria tegas itu pun mulai melangkahkan kaki jenjangnya ke luar dari kamar.

~'~

"Katakan." Ucap Azor setelah menutup pintu ruang kerjanya.

"Perusahaannya berada di Milan. Tapi ada yang aneh dengan perusahaan itu.." ucap Stevens dengan jari jarinya yang sibuk mengetik di keyboard. Setelah beberapa menit komputer tersebut menampilkan ribuan huruf.

"Ada apa dengan perusahaan itu?"

"Dari yang ku baca, perusahaan itu hanyalah sebuah pabrik yang mengolah bahan mentah. Pabrik itu di dirikan tahun 1989 dan sudah di tutup 35 tahun yang lalu."

Kedua alis Azor menukik tajam. "Lalu?"

"Artinya dia memberikan alamat perusahaan palsu agar seseorang datang ketempat itu."

Azor mendengus, "Jadi, apa maksudnya kerja sama yang mereka tawarkan." Azor mendekat kearah Stevens. Mulai membaca beberapa hurup yang terpampang di komputer tersebut.

"Aku rasa mereka datang hanya untuk memastikan siapa pemilik MG, dan mereka juga bodoh. Siapa yang akan datang ke tempat itu."

"Kau.." ucap Azor membuat Stevens menoleh kearahnya.

"Aku?"

"Why? Afraid?

"Hah, apa kau bercanda?" Stevens menarik sudut bibirnya menampilkan wajah menyebalkan.

"Jika begitu pergi ke Milan dan selidiki tempat itu." Azor menegakan tubuhnya.

"Melakukan penyelidikan bukan hal yang sulit untukku. Tapi kita tidak berada di Milan Redhyer, dan akan sulit melakukan penyelidikan karena polisi di Milan pasti menghalanginya. Aku tidak bisa langsung melakukan penyelidikan karena itu bukan wilayahku."

"Sejak kapan kau terdengar seperti polisi sungguhan?" Azor mengangkat sebelah alisnya.

"Aku serius."

"Apa itu terlihat sulit bagimu?" Kedua sorot mata merah itu tampak tajam menatap Stevens.

Stevens melupakan satu hal, ia lupa jika seorang Redhyer bisa melakukan apapun yang dia mau.

"Tidak lagi." Jawab Stevens dengan sorot mata yang berbeda.

"Jika begitu lakukan penyelidikan besok, aku akan mengurus semuanya. Jika kau berhasil melakukan penyelidikan, kau akan naik 2 pangkat sekaligus."

Stevens mengangguk, polisi muda itu terlihat berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi Stevens yang selalu bergurau dan tidak ada lagi Stevens yang mudah tertawa. Kini, sorot mata polisi itu tampak tajam dan dingin.

"Serigala tidak bisa berubah menjadi kucing. Jika kau ingin berubah maka jadilah singa." Ucap Azor dengan intonasi datar tapi berhasil melekat di pikiran Stevens.

Setelah mengatakan itu Azor menjauh dari Stevens lalu mengambil handphone miliknya yang berada di laci meja.

Jari jari besarnya tampak bergerak mencari sesuatu di layar handphone nya. Setelah ia menemukan sebuah nomor, ia langsung menelpon pemilik nomor tersebut.

"Ini aku, Mr G." Ucap Azor langsung setelah panggilannya tersambung.

"Ah ya, Mr. G. Ada apa sampai orang sepenting mu menelponku." Ucap seseorang di sebrang sana.

"Kau kapten dari kantor polisi Milan benar?"

"Ya,ya. Ada apa Mr?"

"Polisi dari penjara Gregor akan melakukan penyelidikan pada perusahaan yang telah di tutup 35 tahun yang lalu. Jadi.."

"Tentu, tentu. Anda tenang saja. Saya akan mengurus surat perizinan nya. Suatu kehormatan polisi dari tahanan Gregor datang ke Milan."

Azor tersenyum mengejek, para penjilat itu langsung memberikan keinginannya sebelum ia sempat menyelesaikan ucapannya.

"Aku tidak ingin penyelidikan itu di ketahui banyak orang."

"Tentu saja tidak akan. Kau tenang saja Mr. G."

"Baiklah, besok semuanya akan datang. Jika semuanya berjalan dengan lancar aku akan menjadikan mu ketua lantai 3 di casino ku."

"Baik, baik. Terimakasih Mr. G"

Azor memutuskan panggilan telponnya. Ia kembali berjalan kearah Stevens, "Semuanya sudah ku urus. Kapten Leir akan membantumu besok." Ucapnya dan mulai melangkah untuk keluar dari ruangannya.

Tapi sebelum Azor membuka pintu, suara Stevens kembali menghentikannya. "Redhyer tunggu, aku rasa kau harus melihat ini."

Azor mengernyitkan dahinya, ia kembali berjalan kearah Stevens yang kini menunjukan sebuah data kepemilikan.

"Ini adalah daftar orang orang yang mendirikan pabrik itu."

Azor mulai membaca kalimat demi kalimat yang terpampang di layar komputer, sampai pada akhirnya ia membaca sebuah nama yang berhasil membuat mata merahnya membelak.

Pendiri: Herodes Tucci 1989

~'~


Disisi lain, Joen mulai menghela nafas panjang saat rasa bosan menghampirinya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan di kamar sebesar itu.

"Kemana perginya dia." Joen mulai berdiri dan melangkahkan kakinya menyusuri kamar besar Azor guna mengusir kebosanannya.

"Kamarnya sebesar rumah." Ucap Joen

"Dan kenapa dia tidak mengecat kamarnya dengan warna yang sedikit terang?" Ucap Joen kembali saat ia sadar kamar Azor memiliki nuansa Yunani kuno.

"Kamar ini terlihat menyeramkan karena lukisan lukisan itu." Joen memperhatikan salah satu lukisan bergaya Eropa.

"Old money ." Joen kembali melangkah untuk memperhatikan satu persatu lukisan yang ada di kamar Azor. Sampai pada akhirnya kaki kecilnya berhenti di sebuah tembok yang memiliki tirai berwarna hitam.

"Kenapa ada tirai?" Joen mendekat kearah tirai itu. "Apa ada sesuatu di sini?" Joen menyentuh ujung tirai itu dan mulai menarik nya pelan.

Saat Joen melihat sedikit warna dibalik tirai, ia mengernyitkan dahinya, "apa itu lukisan?" Kedua tangan Joen terangkat memegang dua sisi tirai.

"Apa tidak apa apa jika aku membukanya?" Suara Joen kembali, karena rasa penasaran Joen memberanikan diri untuk membuka tirai tersebut.

Dalam beberapa detik Joen dengan cepat membuka tirai tersebut, bersamaan dengan terbukanya tirai itu mata birunya membelak sempurna.

"A-apa..." Tangan kiri Joen terangkat memegang bibirnya yang mulai bergetar.

Disana, ia melihat seorang wanita yang tengah menggendong seorang bayi. Dan satu wanita yang memegangi seorang anak berusia 5 tahun. Anak yang berusia 5 tahun itu terlihat diam dengan tatapan tajam, sorot mata merah yang sangat Joen kenali karena sorot mata itu tidak berubah sedikitpun.

"I-ibu..k-kenapa dia ada disana?"

~'Gregor'~

Skrng Al tau knp Al g smngt, bcz Al kepikiran Gregor bentar lg tamat. Tpi kynya skrng ngga deh jdi Klian siap² aja der.

With love Alstory

𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang