19

37.8K 3.4K 116
                                    

"Berbalik lah."

Joen hanya diam saat Azor menyuruhnya berbalik, dia masih gugup berada di dalam shower screen bersama pria yang kini telah membuka baju atas nya.

"Kau ingin melihat ku?"

"Tidak!" Joen segera membalikan tubuhnya menghadap kaca partisi shower.

Setelah Joen berbalik, Azor segera menghidupkan shower dan mulai berdiri di bawahnya, membiarkan air membasahi tubuh telanjangnya. Azor terbiasa mandi menggunakan air dingin, melupakan sang dokter yang tampak terperanjat saat air dingin itu terasa membasahi kemeja yang tengah ia pakai.

Joen menunduk saat merasakan air di punggung nya, pandangan nya menatap air yang kini mengalir di bawah kakinya. Tapi sesaat setelah itu, kaki nya mulai bergetar saat air itu bercampur dengan darah dan membuat air itu kini berwarna merah.

"A-azor." Joen ingin membalikan tubuhnya, tapi dengan cepat Azor menahan tengguk nya dan menekan nya di kaca.

"Jangan berbalik." Suara Azor dingin.

Joen mengurungkan niatnya, ia tidak membalikan tubuhnya sedikitpun, ia membiarkan air berwarna merah itu menyusuri telapak kakinya. Dengan kaki bergetar ia menahan berat tubuhnya dengan memegang kaca partisi, jika ia membiarkan dirinya di kuasai ketakutan ia tahu tubuhnya akan langsung terjatuh. Kesialan dan kenyataan mengenai dirinya adalah dia seorang dokter yang takut dengan darah.

Dengan pelan Joen menormalkan nafasnya. ketika ia sedang menenangkan dirinya, tubuhnya di tegakkan lalu tubuh seseorang yang lebih besar darinya terasa memeluknya dari belakang.

Dingin, hanya itu yang bisa Joen rasakan saat tubuh basah Azor memeluknya dari belakang.

Kedua tangan kekar nya terasa melingkar di pinggang nya dan mulai naik keatas membuka kancing kemejanya.

"A-apa..."

"Bukan nya kau disini untuk mandi Joen?"

Joen membelakan matanya saat dengan gerakan cepat Azor membuka kancing nya dan melepaskan kemeja yang ia pakai. Setelah berhasil melepaskan kemeja itu Azor menarik tubuh kecil Joen ke bawah air shower yang membuat Joen terpernjat saat air dingin itu membasahi tubuhnya.

Lain dengan Joen, Azor justru tersenyum saat melihat Joen seperti kucing yang takut terkena air. Tubuh besarnya mendekap tubuh putih Joen dan membiarkan air itu mengenai tubuhnya.

Joen mengusap wajah nya saat air tidak terasa lagi. Ia mendongak dan mendapati wajah tampan Azor yang kini menunduk menatapnya, rambut pria tampan itu tampak basah dan sesekali menetes mengenai wajah nya.

Azor membawa tubuh Joen menjauh dari air, ia kemudian mengangkat wajah Joen untuk menatap kearah kaca, dimana pantulan diri mereka terlihat samar disana.

"Kau pasti terkejut." Azor mengecup punggunh sempit Joen dengan lembut, hal itu berhasil membuat Joen memejamkan matanya.

"Apa yang telah kau lakukan?" Suara Joen, suara mereka terdengar pelan karena air shower yang dibiarkan begitu saja.

"Nothing."

Joen menghela nafas saat mendengar jawaban Azor, pria itu semakin menempelkan tubuh telanjang nya dan membuat Joen merasakan sesuatu menempel di punggung nya.

"Tidak masalah jika kau tidak ingin membicarakan nya." Suara Joen dengan menelan ludah nya.

"Hm"

Hanya deheman singkat yang terdengar dari celah bibir Azor. Sedangkan Joen kini membulatkan matanya saat Azor terus mendekap tubuh nya dan memberikan ciuman ciuman singkat yang terasa dingin di bahu dan lehernya.

Azor kembali menarik tubuh Joen kebawah air shower, tangan besarnya mulai membuka celana Joen.

"A-apa.." Joen menahan tangan besar Azor yang siap membuat celana nya jatuh dan membuat tubuhnya telanjang.

"Kau harus mandi dengan benar. Apa selama ini kau tidak mandi dengan benar dokter?" Suara Azor tepat di telinga Joen lalu mengigit kecil daun telinga sang dokter.

"Azor! St-op it!" Joen berusaha menahan tangan Azor yang kini mulai menyentuh perut nya.

"Aku hanya membantu mu." Azor mengusapkan sabun cair beraroma mint itu ketubuh Joen. Pertama tama ia mengusapkan nya dengan usapan memutar di perut Joen. Tangan kasar Azor yang menyentuh tubuh lembut joen berhasil membuat Joen menutup matanya merasakan usapan di perut nya.

Setelah memutarkan tangan nya di perut dan pinggang ramping sang dokter, kini tangan itu mulai naik keatas dan berfokus pada satu titik atas yang membuat Joen kini menggigit bibirnya.

"Tenang lah, kau terlihat tegang."

Tangan kanan Joen bergetar, ia memegang tangan kanan Azor yang terus memelintir titik sensitif nya.

"you should stop it Azor..."

"Haruskah?" Bukan nya berhenti Azor justru semakin gencar memelintir tonjolan kecil itu dan sesekali menarik nya pelan.

Azor semakin menekan benda kerasnya itu agar semakin menempel di kulit lembut Joen, tanpa berbalik pun Joen tahu apa yang berada di pinggang atas nya. Perbedaan tinggi mereka membuat benda keras Azor hampir terasa di punggung nya.

Joen yang menerima rangsangan kecil itu kini tampak memejamkan matanya kuat. Bagaimanapun ini adalah yang pertama kali baginya, menjadi seorang dokter membuat nya sibuk dan tidak pernah merasakan kenikmatan bercinta selama 26 tahun ia hidup. Dan kini, untuk pertama kalinya ia mendapatkan sebuah rangsangan hebat oleh seorang pria yang baru ia kenal. Pria yang kini melakukan sesuatu pada tubuhnya dan membuatnya merasa lemas dengan kepalanya yang mulai terasa pening.

"Ugh.."

Joen memejamkan matanya saat bibir dingin Azor menempel di bibirnya, rambutnya di tarik agar mendongak lalu sapuan lidah terasa di di bibir atas dan bawah nya, lidah Azor mulai masuk kedalam mulut kecil Joen dan menyatukan lidahnya.

Dengan masih mempertahankan ciuman panas nya Azor mulai membalik tubuh Joen dan menahan tengguk Joen agar ciuman mereka semakin dalam.

Dibawah guyuran air mereka melakukan ciuman panas dengan tubuh telanjang yang saling menempel. Sang dokter yang baru pertama kalinya hanya bisa diam dan tidak melakukan perlawanan apapun.

Azor mulai mengangkat tubuh Joen kedalam pangkuan nya, ia menahan tubuh Joen di kaca partisi dengan masih melakukan ciuman.

Di sela sela ciuman tangan kiri Azor mulai turun kebawah, mengusap pelan sesuatu yang sebentar lagi akan melebar saat ia masuki.

"A-azor..." Joen bersuara setelah berhasil melepaskan ciumannya.

"Huh..." Azor menatap Joen, dengan nafas beratnya mata merah itu terlihat menatap nya dengan tatapan berbeda. Air yang menyusuri kelopak matanya seolah membuat mata merah itu menyala.

"Can i fuck you, sweetie Blue?" - Azor

~'Gregor'~

TBC...

Al mau menghilang lg derr.. selamat menunggu. Tembus 1k vote nya Bru panggil lg ya biar maksain update lg wkwk.. bye readers

Terimakasih atas kesabaran menunggu nya derr.. pusss...

𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang