"A-aku..."
Hening, Stevens menatap Joen seolah menunggu jawaban. Sedangkan Joen terlihat bingung dengan kata kata yang tertahan di bibirnya. Stevens bisa melihat dengan jelas jika Joen masih memiliki keraguan yang sangat besar tentang Azor.
"Rupanya kau menanggapi ucapan ku dengan serius Joen." Ucap Stevens, memutuskan tatapannya dari Joen.
"Aku hanya bercanda, lagipula siapa orang yang akan menyia-nyiakan hidupnya semudah itu." Stevens tertawa rendah di akhir ucapannya.
Joen yang mendengar itu menunduk dalam sembari memaikan minuman ditangan nya.
"Aku rasa itu bukan hal yang sulit."
Stevens kembli menoleh kearah Joen.
"Jika kita benar benar menyayangi seseorang, aku rasa itu bukanlah hal yang sulit." Joen balas menatap Stevens. "Aku tahu kau sangat menyayangi Azor seperti saudara mu, itu sebabnya kau tidak ragu sedikitpun Steve. Dan aku...." Joen menjeda kalimatnya dan tersenyum kecil "aku juga akan melakukan hal yang sama untuk orang yang ku sayangi. Aku tidak akan menjawab pertanyaan mu hari ini, tapi nanti... Aku harap ada kesempatan untuk menunjukan sesuatu seperti mu. Aku mungkin tidak seberani dirimu Steve, tapi aku akan melakukan hal lain untuk membuat Azor tidak kesulitan."
Joen tersenyum tulus, mata birunya menyipit tanpa tatapan ragu seperti tadi. Stevens yang melihat itu ikut tersenyum teduh.
"Cepat habiskan makanan mu, kau harus ke ruang bawah tanah nanti."
~'~
Sementara itu, disisi lain seorang pria dengan tubuh tegap itu berjalan membuka pintu rahasia diruang bawah tanahnya.
Ruang bawah tanah besar itu terlihat gelap tanpa penerangan sedikitpun, hanya mata merahnya lah yang terlihat bercahaya. Tanpa melakukan kesalahan sedikitpun, Azor berhasil membuka pintu tersebut dan terdengar suara tangga yang bergerak seolah menyesuaikan urutannya.
Azor menutup matanya, mendengar suara ratusan anak tangga itu bergerak hingga akhir tempat yang ia tuju. Setelah ia mendengar gerakan terakhir ia kembali membuka matanya dan masuk kedalam ruangan yang lebih gelap itu.
Azor melangkahkan kakinya, menuruni satu persatu anak tangga yang menuju ke ruangan paling bawah. Ruangan gelap itu terlihat pengap tapi Azor berjalan tanpa nafas tersengal sedikitpun.
Tak
Tak
Tak
Suara langkah kakinya saat menuruni anak tangga terakhir. Azor menghela nafas terlebih dahulu. Ia berjalan 10 langkah kedepan dan mengambil sebuah lilin yang memang di siapkan di ruangan tersebut.
Azor kembali berjalan kedepan dimana ada sesuatu yang lebih luas lagi, lalu ia mengeluarkan pemantiknya dan menghidupkan lilin kecil di tangan nya.
Setelah sampai diruangan yang lebih luas itu Azor meletakan lilin tersebut dan mengambil satu langkah mundur.
"Maaf karena aku baru mengunjungi mu...Ibu" Azor menatap ke depan.
"Belakangan ini aku sangat sibuk. Jadi mungkin aku akan jarang menemui mu."
"Aku datang untuk memberitahukan sesuatu. Aku berjanji akan mengenalkan seseorang kepada mu, tapi aku rasa sekarang belum saatnya. Aku akan membawanya setelah aku siap, dan akan ku pastikan kau akan terkejut saat melihatnya." Azor menarik sudut bibirnya "Dia sangat cantik, aku rasa kau pun akan kalah. Kau tidak akan lagi menyandang nama wanita paling cantik di keluarga Gregor. Posisi mu akan tergantikan, jadi aku harap kau bisa menerimanya."
Azor kembali tersenyum kecil "Kau akan tersihir dengan mata birunya, aku rasa saat aku memberinya nama aku melakukan hal yang benar. Dia tumbuh menjadi anak yang manis seperti namanya."
"Aku ingin melindunginya, sama seperti aku ingin melindungi mu dan penjara Gregor."
Azor menunduk "Aku selalu menantikan kebahagiaan abadi yang kau katakan padaku. Dan aku harap kebagian ku akan segera datang dan bertahan selamanya seperti dirimu." Azor mengangkat kepalanya "Tapi, jangan izinkan aku bahagia jika aku belum membawa kepala Hares kepada mu."
"Kau masih keras seperti dulu Azor..."
~'~
"Steve, kenapa disini sangat gelap." Joen menarik baju polisi Stevens saat polisi muda itu akan pergi.
"Tunggu sebentar Joe.." Stevens melangkah meninggalkan Joen yang mulai merasakan sesak nafas.
Bruk
"Steve? Kau baik baik saja?" Teriak Joen saat mendengar suara terjatuh yang cukup keras.
"Y-ya aku baik baik saja. Tunggu sebentar aku akan menyalakan lampunya."
"Cepat Steve, aku tidak bisa berada di ruangan gelap seperti ini."
"Kau tenang saja Joe. Sebentar, Redhyer! Hey dimana kau?! Cepat hidupkan lampunya! Aku tidak menemukan nya."
Clack
Dalam sekecap mata ruangan itu bercahaya memancarkan ruangan bak istana. Joen menutup matanya saat lampu itu hidup.
"Apa yang kau lakukan?" Suara Azor saat melihat Stevens menempel ke dinding.
"Uhuk! T-tentu saja mencari i-tu.." Stevens kehilangan kata kata saat Azor melihat sisi konyolnya. Beruntungnya Joen tak melihat keadaannya tadi, jika Joen melihat image polisi nya mungkin akan hancur di hadapan dokter muda itu.
"Polisi macam apa kau ini."
"K-kau!"
"A-azor.." suara Joen berhasil membuat Azor menoleh. Dokter muda itu memegang dada kirinya dengan keringat dingin di wajahnya.
"Joen!" Azor berlari kearah Joen, dengan sigap ia langsung menggendong tubuh dokter muda tersebut dan membawanya kekamar.
"Apa Kau baik baik saja?" Tanya Azor saat membaringkan tubuh Joen.
Joen mencoba bernafas dengan pelan, ia mengangguk.
"Kenapa kau tidak menghidupkan lampunya dari tadi Azor."
"Aku berada di ruangan lain tadi."
"Dimana?"
"Di tempat yang tidak boleh kau datangi."
~'Gregor'~
16 hari baru update, sorry derr. Soalnya kurang semangat:) ini up grgr ada yg cht di Ig Bru sadar oh ternyata ada yg nunggu ya wkwk. Makasi loh, klo lupa alur silahkan baca dari awal ya itung² literasi.
Ketmu lgi nnti jika Al semangat btw skrng Krna sibuk juga. Trmksi sudah menunggu, with love Alstory♡
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃
RomancePenjara Gregor adalah penjara dengan tingkat kejahatan tertinggi di Itali. Bagaimana seorang dokter muda yang bekerja di Tahanan Gregor menghadapi situasi berbahaya setiap harinya apalagi saat di pertemukan dengan seorang pidana yang memiliki kekuas...