07

45.4K 3.8K 44
                                    

"Apa dia sudah sadar?"

Pria bermata merah itu tak menjawab, ia masih berdiam diri memperhatikan seorang pria yang masih menutup matanya.

"Kau membius nya lagi?" Tanya nya kembali. Tatapan dingin bola mata merah itu tampak menoleh, menatap ke arah pria yang sedari tadi terus bertanya.

"Ya" jawaban singkat yang berhasil membuat pria di samping nya membuka mulut nya.

"Kau! Kapan dia akan sadar jika kau terus membiusnya. Kau ini ap-.."

"Jika kau berbicara lagi aku akan merobek mulut mu Steve."

"Uhuk... Yes sir" ucap Steve menutup mulut nya.

"Aku hanya memberi nya waktu untuk beristirahat."

"Kau membius nya." Ucap Steve pelan tapi masih bisa di dengar oleh pria yang lebih tinggi dari nya itu.

"Aku hanya membuat dia tertidur"

"Tetap saja kau membius nya."

Azor tampak menatap tajam ke arah Steve membuat Steve kembali menutup mulut nya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Steve kembali.

"Nothing"

"Lalu untuk apa kau membawanya kemari Redhyer." Steve tampak gemas.

"Hanya menikmati waktu yang ada." Ucap Azor santai, ia melepas jas nya lalu memberikan nya pada Stevens.

"Waktu apa?" Tanya Steve kembali

"Untuk melihat wajah nya, akan sulit menemuinya lagi nanti." Azor tampak mendekat ke arah Joen yang masih tertidur pulas.

"Apa kau berada di sel ku saat aku pergi?" Tanya Azor

"Tentu saja, dan aku terkejut saat melihatnya. Lalu kenapa kau lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" Seteves kembali bertanya.

"Urusan kecil, kembali lah ke sel."

"Apa?!"

Azor tampak memberikan tatapan dingin ke arah Steve.

"Aku punya pekerjaan untuk di lakukan Redhyer."

"Lalu?" Tanya Azor dingin.

"Ck kau ini, bisakah orang lain yang menggantikan nya?"

"Dan membiarkan orang lain menjadi diriku?" Tanya Azor, tatapan nya tampak tak bersahabat.

"Ya, ya, ya.. aku akan pergi sekarang. Jangan menyakiti dokter itu Redhyer." Stevens mulai berjalan keluar.

"Steve" Azor kembali bersuara, Stevens yang berada di ambang pintu tampak menoleh.

"Perbaiki tato nya." Steve mengangguk lalu ia benar benar pergi. Meninggalkan Azor dan Joen yang masih tertidur pulas.

Stevens hidup sebagai bayangan Azor. Ia akan menggantikan Azor saat Azor pergi mengurus urusannya yang lain. Meskipun memiliki bentuk fisik yang berbeda mereka tetap berhasil mengelabui semua polisi yang ada. Tidak ada yang tahu jika Stevens selalu menggantikan Redhyer dan berpura pura menjadi seorang tahanan.

Tubuh Stevens akan di ubah menggunakan sebuah tato yang di buat oleh anak buah Azor, Stevens akan di buat semirip mungkin dengan bentuk fisik Azor, membuat beberapa bekas luka palsu serta tato yang hampir sama persis dengan tato milik Azor. Azor hanya membuat Stevens terlihat mirip tidak untuk benar benar terlihat persis seperti dirinya. Sejauh ini, hanya Stevens yang Azor perbolehkan untuk terlihat sama dengan nya, tak sembarang orang bisa menjadi seorang Redhyer Azor Gregor, alasan nya adalah Azor merasa kehormatan keluarga Gregor akan tergores jika ada orang lain yang mengaku sebagai dirinya. The last Gregor adalah sebuah kehormatan terakhir bagi Azor.

Redhyer Azor Gregor, seorang The last Gregor yang kini tumbuh menjadi seorang pria dewasa berusia 30 tahun. 25 tahun lamanya ia hidup dan tumbuh di penjara Gregor tempat dimana ia membuh ibu nya sendiri.

Azor tumbuh mengandalkan kekuatan fisik dan otak cerdas nya. 25 tahun lamanya ia di latih oleh Horland, ayah Stevens yang datang dari Amerika. Stevens di bawa ke Itali saat berumur 10 tahun dan berada tepat di belakang Azor.

Stevens hidup dengan melihat bagaimana seorang pria yang ia sebut Redhyer selalu berkembang menjadi seorang pria yang kuat setiap hari nya. Menjadi lawan Azor untuk melatih kemampuan baru meskipun ia akan kalah telak dari Azor yang lebih tua 2 tahun dari nya.

Stevens mengagumi sosok Redhyer yang benar benar tumbuh tanpa rasa takut sedikitpun, ia tumbuh dengan dendam dan seolah tak memiliki rasa sakit dalam dirinya. saat berumur 17 tahun Azor mulai berkelahi dengan tahanan baru yang datang ke penjara Gregor, dengan tubuh nya yang masih remaja Azor bisa mengalahkan para penjahat dengan tubuh besar. Itu lah salah satu tradisi yang ada di penjara Gregor, dimana para tahanan baru akan berkelahi dengan tahanan dari sel 000. Azor menghadapi semua tahanan dengan tangan kosong, tapi tak jarang para tahanan yang lain melukai nya dengan benda tajam sehingga ia memiliki banyak bekas luka di tubuhnya.

Kerena Azor mengalahkan semua tahanan yang datang ia di akui sebagai pemimpin di antara para tahanan dan mereka menjadi bawahan Azor, tak jarang Azor mengeluarkan salah satu tahanan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan begitu lah seorang Redhyer mendapatkan kekuasaan paling tinggi di penjara Gregor, pria yang di kenal sebagai Redhyer orang pertama yang menjadi tahanan dan orang yang paling kuat di penjara Gregor.

"25 menit lagi" Setelah melihat jam nya, Azor kembali menatap seorang pria yang masih tertidur pulas di atas kasur nya.

"Kau sangat ketakutan seperti akan mati tadi, bersyukurlah karena aku memberi mu waktu untuk tidur." Dengusan kecil terdengar, sudut bibir nya tampak terangkat membentuk senyum kecil mengingat bagaimana ekspresi terkejut dokter tersebut, Joen benar benar terlihat ketakutan seolah melihat iblis keluar dari neraka. Jika Steve tak memukulnya mungkin Joen akan benar benar mati karena ketakutan nya sendiri.

Azor tampak mendudukan dirinya di samping Joen, mata merah nya tampak menyusuri seluruh bagian wajah indah seorang Joen Emerson. Jika matanya mengeluarkan api mungkin wajah Joen sudah terbakar akibat tatapan lekat nya, ia tak mengalihkan pandangan nya masih tetap memperhatikan wajah Joen dengan pertanyaan yang mulai muncul dalam pikiran nya.

"Bagaimana bisa." Gumam Azor, tangan besar nya terulur. Mengangkat dagu manis Joen. Wajah Joen yang kecil Azor tangkup menggunakan satu telapak tangan nya sehingga seluruh permukaan wajah Joen terlihat benar benar pas di tangannya. Kulit nya terasa halus dan lembut serta kulit yang sangat bersih dan sehat, bibir kecil tipis Joen menambah kesan manis nya membuat Azor kembali menatap nya bahkan wajah nya tampak semakin mendekat. Nafas teratur Joen bisa ia rasakan, nafas lembut yang berhasil membuat Azor menutup matanya.

Azor membuka matanya perlahan, hal yang pertama kali ia lihat tetap wajah manis Joen.

"Kau bisa menghancurkan segalanya." Ucap Azor tepat di depan bibir Joen. Ibu jari Azor tampak mengusap bibir bawah Joen, terasa lembut saat tangan kasar nya mengusap pelan.

Azor mengingat sesuatu saat atensi nya terjatuh ke arah leher putih Joen. Dengan pelan ia membuka kancing kemeja yang Joen kenakan lalu menarik pelan kemeja tersebut di bagian bahu.

"Seharusnya aku membuat ini di seluruh tubuh mu." Azor mengusap bekas gigitan yang ia buat. Warna merah pekat tampak jelas menghiasi bahu putih Joen.

"Ini pasti sakit, tapi karya indah memang harus di bayar dengan rasa sakit bukan?" Azor melumat bekas gigitan nya, gigitan taring nya terlihat cukup dalam. Jika Joen dalam keadaan sadar mungkin ia akan meringis saat Azor melumat nya seperti itu.

Kegiatan melumat luka Joen tak berhenti sampai disana, Azor masih terus melumat habis tanda yang ia buat dengan sesekali menghisap dan mencium kecil di area bahu Joen.

Setelah di rasa cukup Azor menjauh kan wajah nya, tapi leher jenjang Joen terlihat indah di mata Azor sehingga Azor kembali mendekatkan wajah nya ke arah leher Joen. Azor mulai mencium kecil disana dengan sedikit melumatnya. Sampai pada daun telinga Joen, Azor mengulum dan menjilat nya intens ia tampak gemas dan terbawa suasana sampai sebuah suara terdengar di telinganya.

"Ugh.."

"Sial, 25 menit terasa begitu cepat."

TBC...

The power of Alreaderss 6,3k lebih pdhl baru 7 eps..(cry)... trmksi sudah menunggu..love

𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang