"Tidak! Stevens menyuruhku untuk menanyakan semua kebenarannya kepadamu setelah kau sadar. Jadi katakan! Apa yang tidak aku ketahui Azor?!"
"Tenangkan dirimu Joen." Suara Azor tegas menatap tepat manik biru dokter muda itu.
"Ini...ini membingungkan." Joen menunduk dalam, dengan nafas yang berusaha ia atur kembali Joen kembali bersuara.
"Tidak apa apa, aku akan menerima semua kenyataan itu meskipun itu akan menyakitiku." Joen menghembuskan nafasnya, "Tidak mengetahui apapun justru membuat ku lebih tersiksa, aku seperti orang bodoh dan tidak tahu siapa yang harus ku percaya. Kau mungkin tahu tentang hidupku lebih dari diriku sendiri, jadi jangan takut kebenaran itu akan menyakitiku." Joen mengangguk kecil guna meyakinkannya.
Azor yang melihat tatapan itu hanya bisa menghembuskan nafas berat, di ambilnya tangan kecil Joen dan di ciumnya jari jemari lentik itu.
"Berjanjilah untuk tidak menyalahkan dirimu sendiri setelah ini." Azor menatap Joen yang kini mengangguk ke arah nya.
"Horland adalah ayahmu, dan dia-..." Azor menahan kalimatnya, ia kembali menatap tepat ke mata Joen.
"Dia? aku tidak tahu siapa ayahku sebelumnya, jadi siapa dia Azor?"
"Dia ayah Stevens."
"A-apa.." tubuh Joen seketika terasa kaku, sesuatu terasa menghantam kuat dadanya.
"Horland Syzren adalah ayahmu dan Stevens."
"Hah.." hembusan nafas berat terdengar di iringi air mata yang kini menetes membasahi pipinya,tangan nya bergetar hebat dengan sesuatu yang terasa menusuk tepat di jantungnya.
"Hiks..A-aku...hiks.." Tubuh Joen langsung jatuh ke pelukan Azor, ia mulai terisak.
"Hiks.. aaaa!" Joen memukuli kepala dan dadanya dengan keras secara bergantian. Azor yang melihat itu dengan cepat menahan kedua tangan joen dan memeluk tubuh yang bergetar itu dengan erat.
"Az- Azor, hiks...k-kenapa harus ayah Stevens hiks...ini me- hiks.. membuat ku bingung." Isakan tangis itu semakin kencang, terdengar pilu dan mengiris hati.
"Lalu Stevens? B-bagaimana..apa dia anak ibuku?"
Azor menggeleng pelan, "Horland dan Lana menjalin hubungan di-.."
"Apa aku anak di luar pernikahan?" Potong Joen dan Azor terdiam cukup lama. Dengan keterdiamannya Joen tahu betul jika itu adalah sebuah jawaban.
"B-bagaiamana...bagaiman ibuku bisa melakukan itu hiks...bagaimana?"
"Joe, mempunyai anak di luar pernikahan itu hal yang biasa."
"Bukan itu yang penting!" Bentak Joen dengan menutup matanya.
"Keberadaanku mungkin menjadi sebuah luka untuk Stevens! Ibuku mengambil ayahnya dan kebahagiannya lalu aku terlahir dan menjadi pelengkap kebenciannya Azor!" Air mata kembali turun membasahi pipinya, Azor yang melihat itu kembali membawa tubuh Joen kedalam pelukannya.
"Aku sudah mengatakan untuk tidak menyalahkan dirimu sendiri." - Azor
"T-tapi.."
"Berhenti Joe." Azor kembali mengusap punggung Joen dengan lembut.
"Stevens...dia pernah mengatakan jika dia akan jadi orang pertama yang membunuhku jika kau tidak ada." Punggung kecil itu kembali bergetar hebat, "sekarang aku tahu kenapa dia mengatakan itu. Jika aku menjadi dirinya aku juga akan melakukan hal yang sama, hiks.."
"Tidak, itu tidak akan terjadi." Azor menumpukan kepalanya di atas kepala Joen sesekali mengecup singkat puncuk kepalanya.
"Aku merasa sangat buruk Azor." Pelukan Joen semakin erat, ia menumpahkan semua rasa sedihnya di dalam pelukan hangat Azor.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃
RomancePenjara Gregor adalah penjara dengan tingkat kejahatan tertinggi di Itali. Bagaimana seorang dokter muda yang bekerja di Tahanan Gregor menghadapi situasi berbahaya setiap harinya apalagi saat di pertemukan dengan seorang pidana yang memiliki kekuas...