"ugh.." dokter muda itu melengguh mencoba membuka matanya pelan. Kepalanya terasa sedikit pening dengan tubuh yang terasa sakit. Ia mendudukan dirinya di tempat tidur dan menatap sekeliling, mencoba mencerna apa yang terjadi padanya semalam.Tangan kecil nya memegang kepalanya lalu memijit nya pelan, dia tertidur tapi ketika bangun tubuh nya terasa sakit. Joen menutup matanya kembali lalu sebuah bayangan mata merah menyala itu terlintas di kepala nya. Dengan perasaan terkejut Joen Langsung membuka matanya cepat, matanya membola mengingat sesuatu yang terjadi pada nya semalam.
"Apa aku bermimpi?" Tanya nya pada diri sendiri, kedua tangan nya tampak memegang leher nya sendiri.
"Tunggu apa yang terjadi?." Segala bayangan tentang kejadian semalam terlintas satu persatu di pikiran dokter muda tersebut, detak jantung nya tiba tiba berpacu dengan cepat dan rasa takut kembali menghampirinya.
"Aku yakin itu hanya mimpi. Ya! Hanya mimpi! aku mimpi buruk semalam." Ucap nya meyakinkan diri sendiri, tapi meskipun mulutnya berkata demikian ia mulai beranjak ke dalam kamar mandi dan dengan cepat membuka baju yang ia kenakan.
Untuk yang kesekian kalinya bola mata berwarna biru itu membelak terkejut, tangan kanan nya tampak menutup mulut terbuka nya. Joen sedang memperhatikan pantulan tubuh atas nya di depan sebuah cermin. Bisa ia lihat Bahu kirinya tampak memerah dengan gigitan gigi taring yang hampir mengeluarkan darah.
"Apa yang.." kedua tangan nya bertumpu di antara wastafel, nafas nya kembali tak beraturan.
"Semalam? Apa benar benar terjadi?" Tanya nya pada diri sendiri.
Setelah selesai dengan segala keterkejutan nya Joen memilih untuk segera membersihkan dirinya lalu mengobati luka yang ia dapat. Setelah semuanya selesai mungkin ia akan memberitahukan hal ini kepada Stevens.
~'~
Joen tampak mencari keberadaan seteves sejak 30 menit yang lalu. Kaki jenjang nya ia bawa melangkah menyusuri tahanan Gregor tanpa tahu arah yang pasti.
"Permisi." Ucap Joen pada salah satu petugas polisi yang sedang berjaga.
"Ya?."
"Do you know seteves sir?"
"Yes, i do."
"Ah syukurlah, apa kau melihat dia pak? Aku sudah mencarinya sejak tadi."
"Ah, Steve. Dia sedang berpatroli."
"Boleh aku tau dia sedang berpatroli di mana?" Tanya Joen dengan sopan.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan dokter?" Tanya nya pada joen, Joen tampak mengangguk.
"Dia sedang berpatroli di lorong 5, ada di lantai atas." Ucap nya memberitahu.
"Ah terimakasih banyak sir." Ucap Joen tersenyum lembut, ketika dia akan berbalik pak polisi itu kembali bersuara. "Berhati hatilah, jika sudah selesai segera kembali dokter." Joen mengangguk lalu mulai berjalan. Ia tadi berada di lorong 2 jadi dia harus mencari lorong 5 untuk mencari Stevens.
Tanpa arahan yang pasti Joen mulai menyusuri lorong demi lorong yang membuat nya takut, para tahanan itu berdiri memegang jeruji besinya saat Joen melewati mereka. Tangan kekar besar para tahanan tampak menjulur keluar seolah mencoba menggapai mangsa empuk di dalam lingkaran para penjahat.
Joen sedikit gemetar, setiap lorong tahanan telah ia susuri untuk mencari keberadaan seteves tapi dia masih tetap tak menemukan polisi muda itu.
Sampai pada akhirnya ia berada di lorong 12, entah lantai keberapa yang ia datangi saat ini. Joen menelan Salivanya susah payah saat melihat lorong gelap yang berada di depan nya. Lorong itu benar benar gelap hanya ada pencahayaan dari pentilasi kecil di antara tembok yang menerangi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒓𝒆𝒈𝒐𝒓-𝐄𝐍𝐃
RomancePenjara Gregor adalah penjara dengan tingkat kejahatan tertinggi di Itali. Bagaimana seorang dokter muda yang bekerja di Tahanan Gregor menghadapi situasi berbahaya setiap harinya apalagi saat di pertemukan dengan seorang pidana yang memiliki kekuas...