j

3.8K 525 41
                                    

"......"

".........."

"Kalau kau ingin bicara, cepat katakan."

"Papa Chwe!
Apa Papa Chwe dan Papa Kwan sudah menikah?!"

"Belum.
Mungkin nanti."

"Kalau begitu Mei mau ikutan menikah dengan Papa Chwe nanti!"

"..kau pikir menikah itu seperti mainan hah?"

"Hihi.
Aku bayanginnya lucu~
Ayo Mei, kita menikah bertiga."

"Papa Kwan setuju! Yeay!"

Seungkwan tidak sanggup menahan tawa begitu bertemu pandang dengan wajah penuh tanya Vernon.

Iya, dia tau pasangannya memang tidak suka anak kecil. Membuatnya marah sekaligus cemburu begini juga mungkin berpeluang besar untuk menambah ketidaksukaannya pada Mei.

Tapi sungguh, kapan lagi coba melihat Vernon kekanakan seperti sekarang?

Lihat, dia sampai menghentikan tangan yang dari tadi sibuk mengeringkan rambut Seungkwan.

Bibirnya sudah terbuka guna menceramahi Mei, namun sayang Seungkwan terlanjur melindunginya dengan cara dipeluk tiba-tiba.
Mengabaikan Vernon dan pengering rambut di belakang.

"Daripada menikah, bagaimana kalau Mei jadi anakku sajaaa? Ya, mau yaaaa?"

"Ah tidakk.
Mei mau dikeringkan rambutnya sama Papa Chwe.
Mau dipakaikan skin care sama Papa Kwan juga.
Jadi Mei harus menikahi kalian!"

Rupanya begitu.

Karena Mei datang tepat ketika keduanya selesai mandi dan menjalankan rutinitas tiap hari, jadi tanpa sengaja semuanya terekam oleh memori.

Bagaimana Seungkwan memoles wajah Vernon,
Bagaimana Vernon mengurus rambut pasangannya,
Bagaimana keduanya saling merapikan pakaian supaya terlihat sempurna.

Mei cukup terkejut mengetahui mereka belum menikah padahal segini kompaknya. Tapi baguslah, jadi dia bisa ikutan menikah nanti.

"Kan kalau jadi anak juga bisa lakukan itu semua."

"No. Papa Chwe tidak mau Mei jadi anaknya."

"Huh? Mau kok. Pasti mau, ya kan Bononie?"

"......"

"YA KAN, BONONIIIE??"

"Tidak tau."
Ucapnya ketus. Meninggalkan pengering rambut begitu saja, kemudian keluar kamar.

Mei hanya bisa bersitatap dengan Seungkwan sambil memasang wajah sedih.
Namun Seungkwan terlihat tidak masalah sama sekali. Seakan marahnya Vernon tadi tidak berefek apa-apa padanya.

"Tenang saja.
Bononie selalu menuruti semua kata Kwanie."

--

Lihat siapa yang seharian menjaga jarak dengan Mei.
Kalau Papa yang lain secara terang-terangan menunjukkan rasa suka pada anak ini, tapi tidak dengan seorang Vernon Chwe.

Ia sebisa mungkin sendirian.

Namun karena di rumah Seungkwan terlalu sibuk dengan Mei yang jadi hiburan barunya, Vernon harus keluar  beralasan ingin mencari angin.

Padahal aslinya, ia sedang emosi.

Siapapun tau meski wajahnya memang jarang berekspresi.

"Papa mau kemana?"

"..."

"Ini sudah jauh dari rumah, loh."

Tunggu.

Vernon yakin tadi keluar sendiri.

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang