f

4.6K 572 31
                                    

"Jihoon, kamu begadang?"

Tidak ada jawaban. Hanya ada suara papan keyboard yang ditekan keras dan backsound game menyebalkan dari balik kursi yang Soonyoung ajak bicara.

Sudah biasa baginya bangun sendiri, lihat jam pukul delapan pagi lalu akhirnya mandi sendiri, hingga bertemu dengan pasangannya sedang sendiri di ruangan ini.

Ya, ruang sakral Jihoon. PC tiga layar, kursi besar yang menutupi seluruh tubuhnya, lampu remang-remang, sound system besar di setiap ujung.

Tidak jarang Soonyoung terabaikan, tapi mana ada kata menyerah dalam kamusnya, iya kan?

"Jihoon."

"....."

"Lee Jihoon."

"Kita sudah menikah, dan kau masih memanggilku Lee Jihoon?!"

"Salahmu sendiri pura-pura tidak dengar."

"Aku sedang fokus, kau tidak lihat?!"

"Fokus apa-
Huh? Mei?"

"Papa Soon, halo~"
Ucap sesosok makhluk cantik di pangkuan Jihoon seraya melepas headset kebesarannya di telinga.

Soonyoung lupa ini adalah hari mereka mengasuh Mei. Tapi- tapi sejak kapan bocahnya sudah disini??

Terlebih, anak itu terlihat seperti habis mandi. Baju baru juga aksesoris baru, jelas itu semua barang yang Soonyoung beli beberapa hari lalu.

Jangan bilang Jihoon yang mendandaninya?

Lucu juga.

"Dia.. kapan datang?"

"Siapa? Mei?"

"Ya."

"Dia tidak datang.
Aku menculiknya dari Jeonghan hyung."

"What?"

"Jam 5 tadi.
Aku pura-pura jadi tukang paket, telepon Seungcheol hyung buat buka pintu, menerobos masuk rumah mereka-"

"Kau memancing amarah Jeonghan hyung."

"Tidak.
Dia yang terlalu serakah, bisa-bisanya sudah ganti hari tapi masih memanipulasi Mei supaya tetap tinggal bersama mereka."

"Terus? Kalian begini dari jam 5 berarti?"

"Ya..
Tapi Mei baru saja minta mandi satu jam yang lalu. Jadi kita mandi."

"Kita??"

"Aku. Sama Mei."

"Lee Jihoon, kau tidak pernah mandi pagi bersamaku?!"

"Kalau bersamamu bukan mandi namanya!"

"Kenapa? Papa Soon tidak bisa mandi sendiri juga soalnya?"

Keduanya sempat menoleh dulu pada sosok di depan tubuh Jihoon, sebelum akhirnya Soonyoung menghela nafas dan berjongkok di hadapan keduanya.

Jangan tanya keadaan Jihoon.
Jantungnya hampir keluar dari tubuh saat melihat posisi Soonyoung, persis seperti ketika sedang melamarnya dulu.

Sayang sekali yang diajak bicara pada momen ini justru adalah Mei, makanya Soonyoung menyetarakan tingginya dengan si anak.

"Matamu tidak sakit?"

"Tidak. Cuma agak.. gatal."

"Artinya harus istirahat.
Kemari, jangan main game lagi sama Papa Ji."

"Mau apa kalian?"

"Buat sarapan, sayang."

"Aku sama Mei sudah makan."
Ucapnya enteng, menunjuk dengan dagu sekotak sereal yang sudah habis di tempat sampah.

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang