Rumah dengan gaya kuno yang terlihat tidak terurus sudah ada di depan mata. Sekitar 800 meter, mereka akan sampai ke tempat dimana Wonwoo seharusnya berada.
Wajar kalau ini dianggap markas tersembunyi oleh Soonyoung. Tidak ada hawa kehidupan sama sekali kecuali beberapa bangunan 'mati' di sekitar. Tambah lagi suasana menjelang sore yang entah kenapa membuat asing sekitar, Vernon semakin tidak enak firasatnya.
Sedang mencoba berpositif ria dalam pikiran, Seungcheol tiba-tiba saja membelokkan mobil dengan cepat masuk ke dalam sebuah gedung besar. Memepetkan kendaraan disana, mematikan mesin, kemudian membungkam semua mata yang tertuju hanya dengan satu gesture.
Perlahan satu per satu keluar, tangan sudah mengeluarkan senjata dari saku kala berjalan merunduk ke arah jendela yang menghadap markas. Kini Mingyu juga Vernon mengetahui alasan mereka berhenti tidak jauh dari titik tuju.
Sebuah van tiba-tiba saja datang, parkir di depan markas sampai mendahului mereka.
Ketiganya terlambat 10 detik.
Mingyu merapatkan bibir, menahan diri agar tidak membuat suara apalagi menarik pelatuk senjata di tangan kala mengetahui Wonwoo-nya dalam bahaya.
Peter di ujung sana, bersama empat bodyguard keluar dari van dengan santainya. Masuk ke area dimana kekasihnya berada. Mingyu sudah mengangkat lengan, namun tertahan oleh pemandangan Seungcheol yang terlihat.. beda.
Alis tebal bertaut. Manik tajam menatap lurus ke arah musuh bak elang yang siap menerkam.
"Vernon, di kursi belakang ada senapan laras panjang. Peluru titanium. Tabung mesiu, binokular, stopwatch. Ambil semua bawa sini."
Pria di sisi Mingyu yang tadinya sibuk mengkhawatirkan pasangan, kini hanya bisa mengangguk diam dalam tegang.
Menuruti perintah Seungcheol dengan cepat, kini keduanya hanya bisa menonton apapun yang Seungcheol rencanakan dan lakukan.Tangan pria Choi itu dengan lihai meracik mesiu ke dalam peluru yang sebenarnya sudah terisi separuh. Entah ledakan sebesar mana yang ia harapkan dari senapan sepanjang hampir satu meter itu, pastinya cukup untuk mengoyak isi kepala dalam satu tembakan.
"Vernon, set stopwatch 30 detik dari sekarang. Mingyu, pakai binokular. Pantau keadaan. Beri tau aku kalau 30 detik sudah habis." Ucapnya singkat, kemudian dituruti dua orang di samping.
"Peter baru saja keluar."
"20..."
"Tunggu. Dia keluar sendiri."
"Shit!"
"10.."
"Bodyguardnya satu per satu keluar- huh? Mereka.. berantakan?"
"5.."
"H-hyung.. Wonwoo-ku.. tidak mungkin-"
"1-"
Tepat ketika Vernon selesai berhitung, Seungcheol bangkit dengan senapan yang telah diisi dengan empat peluru modif hasil kreasinya mengarah ke luar jendela. Tidak ada waktu untuk menutup telinga. Jari Seungcheol terlanjur menarik pelatuknya empat kali dalam kurun waktu 5 detik.
Tentu saja Vernon juga Mingyu refleks menjauh karenanya. Sempat malfungsi sekitar 3 detik setelah kepulan asap mengelilingi Seungcheol, tapi kemudian kesadaran cepat menamparnya dan membuat Mingyu kembali menggunakan binokular.
Semua terkapar. Target mereka mati begitu saja di pintu masuk markas dengan darah sebagai alas. Semua kompak memiliki lubang di kepala.
"Mereka.. mati..?"
"Ya. Tidak ada waktu untuk tercengang. Vernon, hubungi ambulans. Mingyu-
YAH! KIM MINGYU!"Entah Vernon harus senang atau panik lantaran ia diperbolehkan menggunakan handphone sekarang. Satu sisi ia bahagia akhirnya bisa mencoba mengabari Seungkwan, tapi satu sisi lagi ia dihadapi logika..
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Papa [Seventeen MxM]
Fiksi Penggemar1 gedung 6 lantai 13 penghuni kedatangan 1 tamu istimewa. "Mama bilang, mulai sekarang aku tinggal di sini sama Papa." warn! fiction alternative universe men x men (yes, they're adults) jc ss hw mw jh vk chan family Inspired by anime called 'Buddy D...