s

2.8K 336 12
                                    

"Sebuah kehormatan seorang Tuan Choi Seungcheol sampai menapakkan kaki di gubuk ini.
I'm at your service sir, how can i help you?"

Si empunya nama tidak bergerak sama sekali. Kedua tangan masih di saku, memandang jauh sosok dengan masker yang duduk di ujung meja makan tanpa pengawal satu pun padahal rumah ini cukup lebar dan tentu saja bisa jadi tempat berkelahi yang pas kalau tidak terhindarkan.

Hey, Seungcheol saja tidak sendirian ke sini. Apa ia terlalu memandang enteng tuan Choi makanya duduk tanpa penjagaan berarti di kanan kiri?

Kalau begitu, pilihannya sungguh sangat salah.

"Sebenarnya aku tidak sudi ke sini, tapi aku lebih suka bernegosiasi dari pada main hakim sendiri."

"Oh. Aku sebaliknya, justru."

"...."

"Oh my god, where's my manner?
Perkenalkan, nama ku Peter Kim. 35 tahun, lahir di New York-"

"Aku hanya punya waktu 45 menit, jadi langsung saja.
Ini tentang Mei."

"Aku tidak suka dipotong saat bicara."

"Anak kandungmu dan juga Natasha yang kau perkosa sekitar 5 atau 6 tahun lalu."

"Itu hasil investigasi mu? Ck. Aku tersinggung."

"Bukan perkosa kalau atas nama cinta, apa kau ingin berlindung atas dasar tersebut?"

"Damn, smart."

"Tapi orang yang kau cintai ini.. dibunuh oleh dua manusia murahan yang kau bayar dengan ancaman.
Nyawanya melayang dengan cara mengenaskan.

Setelah kau renggut karirnya, kau renggut juga kehidupannya di hadapan anak mu sendiri."

"Ralat.
Aku berniat membunuh Mei juga."

"..bajingan."

Sosok yang tadi duduk di belakang meja seketika terdiam. Kini berdiri tegak, berjalan menyisiri meja makannya sampai dahi penuh guratan juga tatapan tanpa ekspresi tersebut dilihat Seungcheol dari dekat.

"Kau salah menilai ku."

"Aku tidak pernah salah menilai orang. Sekali dia bajingan, maka selamanya dia adalah bajingan di mata ku."

"Kau tidak melihat Natasha yang dengan bahagianya cerita pada Mei bahwa ada pria lain yang bersedia jadi ayahnya padahal aku lebih berhak karena aku ayah kandungnya.
Kalau kau yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, kau pasti akan menilai si jalang itu lebih bajingan."

"Aku tidak ke sini untuk membahas hubungan mu dengan Nat. Aku tau semuanya. Aku bisa nilai dengan kepala ku sendiri, jadi-

Aku sarankan berhenti."

"Pfffttt-"

"Mendatangi sekolah Mei, mengirim orang untuk memastikan penghuni gedung setiap hari, menyadap handphone Mei lewat game..
Kau pikir kami tidak tau?"

Tepuk tangan meriah datang dari Peter sendiri yang kemudian dibalas gemertak gigi tanda menahan emosi.

Namun sekali lagi, wajahnya tak terlihat ekspresi. Meskipun dari tadi kalimatnya terkesan penuh lawakan atau candaan, nyatanya hanya bibir dari balik masker saja yang bergerak. Manik juga garis wajahnya masih kaku menatap Seungcheol tanpa kedip.

"Look. Aku tidak masalah orang suruhan ku kerjanya tidak becus, toh target utamanya benar-benar mati sesuai harapan. Tapi Mei anakku, Choi. Hidup dan matinya aku yang tentukan. Kemarin aku biarkan dia hidup, sampai sekarang malah. Baik, bukan?
Tapi nanti saatnya tiba.. aku rasa aku harus membunuhnya."

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang