ad

2.7K 278 24
                                    

Sudah dua hari terlewat semenjak kejadian bagaikan mimpi buruk, Mei lewati bersama ketiga belas Papa angkatnya. Bayangan akan seorang Ayah kandung yang kini menyusul Ibunya di alam sana membuat anak kecil itu diam tak ceria seperti biasanya.

Bahkan kabar tentang Wonwoo yang kini siuman dan mulai membaik, hanya dibalas senyum tipis oleh Mei. Seratus persen membuat Mingyu tidak puas, heran karena anaknya seperti sedang berada di dunia lain sekarang.

"Hei. Kau baik-baik saja?"

"..um."

"Wonwoo sangat khawatir pada mu.
Kita harus ke sana membuatnya lega, jadi pasang wajah ceria Mei seperti biasa. Okay?"

"...."

"Mei?"

"Papa Gyu."

"??"

"Bagaimana.. kalau.. Mama di sana.. ketemu Papa lagi?"

"Huh? Ketemu, maksudnya-
Ah."

"Mama pasti takut.
Mei juga takut Mama disakiti lagi."

"H-hey, tenang saja. Mama mu-"

"Bagaimana kalau Mei ikut Mama sama Papa saja?
Mei mau pinjam pistol Papa Cheol lalu susul Mama ke surga."

Lihat siapa yang langsung terduduk memeluk erat Mei kala mendengar penuturan polos sang anak di sana.

Bukan Mingyu, melainkan Seungkwan karena tidak sengaja mendengar semuanya dari pintu utama.

Sementara pria Kim itu menatap speechless sang anak, Seungkwan sudah duduk bersimpuh. Memeluknya erat dengan bibir gemetar seraya mengeluarkan suara tegas.
"Mei.. Mei tidak boleh bicara seperti itu!
Papa Kwan akan sangat marah kalau Mei bicara asal lagi, mengerti?!"

"Tapi-"

"Mama Mei di surga. Sementara Papa Mei di neraka. Mereka tidak akan bertemu."
Kalau ini adalah suara Mingyu. Meniru nada tegas Seungkwan yang membuat Mei semakin diam merundukkan kepala.

Bukan itu jawaban yang ia inginkan.

Ada sisi lain dalam benak kecilnya yang membutuhkan kalimat penenang lain, tapi ia tak berhasil memancing satu orang pun untuk mengucapkannya.

Mungkin nanti. Ya, mungkin nanti.

--

"Aku masih tidak mengerti kenapa kau hanya menugaskan ku jaga gedung ini sendirian kalau memang semua bukti sudah ada di tangan mu sejak awal. Dikubur di ruang senjata, benar-benar hampir hangus dibom musuh kalau aku dan Jisoo tidak melindungi gedung ini mati-matian."

"Well, aku tau antara Jisoo dan Chan, pasti ada yang lari ke sini menemani mu menantang maut."

"Hyung??!"

"Awalnya aku bahkan merahasiakan adanya bukti ini dari Jeonghan. Hanya Mingyu yang ku beri tau. Itu pun sulit menjaga rahasia karena ada Soonyoung."

"Lalu mau diapakan dokumen ini?
Mau minta Wonwoo menulis artikel? Suruh Mingyu tuntut dalangnya yang sudah jadi mayat? Atau minta Jun cairkan semua dana yang bisa dijadikan milik, huh?"

"..kau benar-benar tidak baca semua berkas ini, huh?"

"Memangnya harus?"

Seungcheol menatap lama sosok jangkung yang masih duduk di kursi seberang sambil berputar di tempat. Masih tidak percaya pria dewasa dengan sifat kekanakkan ini punya kepribadian lain yang bisa mengalahkan puluhan musuh dengan tangannya sendiri.

Meski harus ia akui, sedikit banyak sering ia manfaatkan kepribadian tersebut untuk keuntungannya sendiri. Seperti dua hari lalu.

"Kita bisa musnahkan semua ini. Aku tidak peduli lagi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang