y

2.5K 312 15
                                    

Bukan Seungkwan namanya kalau tidak gugup kala sendiri.

Dia yang menyanggupi ajakan Jeonghan untuk turut terlibat, tapi dia juga yang tidak berhenti menegakkan tubuh kala satu dua mobil melewatinya dengan kecepatan sedikit lebih tinggi.

Mei bukannya meragukan kemampuan mengemudi Papa yang satu ini. Hanya saja.. agak menakutkan juga kalau mendadak tegang auranya.

"Kita.. mau kemana, Pa?"

"N-ne?"

"Apa mau pergi ke tempat Papa asli Mei?"

"Waaah wawawah, tentu saja tidak.
Kita akan pergi ke tempat yang aman.
Setidaknya begitu kata Jeonghan hyung."

"Dimana?"

"Maaf, belum bisa ku beri tahu.
Aku juga hanya mengandalkan ingatan ku soal lokasi yang Han hyung bilang."

"Bagaimana kalau kita tersesat??"

"Aku lebih takut kita ketahuan daripada tersesat."

"Ketahuan oleh siapa?"

"..."

"..ku rasa kita benar tersesat.
Jalanannya semakin kecil."

Satu tangan Seungkwan sudah di kepala sebelum Mei menyadari jalan yang Papanya ambil kali ini. Padahal lurus lebih ramai pengendara, kenapa harus belok ke kanan yang hanya ada pemandangan hutan belantara?

Seperti jarang dilewati, ruas jalan hanya sebatas satu mobil dari dua arah masing-masing. Rambu lalu lintas yang ditemui pun sebatas dilarang berhenti dan waspada permukaan menukik.

Tidak ada tanya jawab lagi. Baik Mei juga Seungkwan sama-sama merasa was-was sekarang. Lingkungan yang asing, kesendirian kendaraan di sini, makanya dua manusia itu kompak berjengit ketika sebuah suara terdengar di telinga mereka.

"Hey, bagaimana perjalanan kalian?
Sudah sampai tujuan?"

"P-papa Soon! Mei kaget.."

"Hyung, jantung Kwanie hampir copot."

"Haha. Aku bisa lihat wajah kalian dari tadi."

"Jangan bercanda."

"Oke, oke.
Cuma mau mengabarkan 45 menit lagi kalian sampai."

"Benarkah??"

"Yup.
Jangan ragu untuk tancap gas terus, Kwan."

"Papa Soon, memangnya Mei dan Papa Kwan mau kemana? Papa Soon tau??"

"Tentu.
Kalian akan ke sebuah villa di bukit yang dikelilingi air panas murni dan kebun teh yang indah."

"Benarkah?!"

"Uh-huh.
Ah, Mei harus sopan saat bertemu harabeoji di sana nanti, ya."

"Hara..beoji?"

"Ne.
Ayahnya Papa Han.
Panggil saja harabeoji."

Mei tidak tau harus bereaksi seperti apa karena baru kali ini dia mendapatkan informasi bahwa ia punya seorang kakek (lagi). Apakah akan ramah seperti kakek yang ia temui di rumah Papa Jun dan Papa Hao? Apa akan suka dipeluk? Atau malah tidak suka anak kecil sama sekali?

"Sementara, Boo Seungkwan."

"Ne, hyung?"

"Aku benci mengatakan ini tapi..
Plan A. Apapun yang terjadi, jangan injak pedal rem."

"..mereka di sini?"

"Naikkan gigi, injak pedal gas sampai habis.
Aku tidak mau tau. Dalam 30 menit kita harus sampai."

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang