t

2.6K 351 20
                                    

Bukan hal yang aneh memang kalau semua penghuni gedung berkumpul di lantai teratas milik Choi Seungcheol.

Tapi yang menjadi keanehan hari ini makanya hening sampai Wonwoo tak berani bergerak adalah karena ketidak hadiran Tuan Choi itu sendiri.

Hanya ada Jeonghan yang berdiri, bersandar pada mini bar dekat dapurnya dengan handphone di tangan sementara orang lain duduk di bangku atau sofa terdekat.

Ada yang tidak beres. Wonwoo tau dari auranya.

"Semua sudah hadir, ya?"

"..Jeonghan hyung, kau tidak apa-apa?"

"Apa aku terlihat kenapa-kenapa, Seok?"

"Bukan, maksud ku-"

Sebuah senggolan siku dari Vernon di samping, membuat pria tinggi berkacamata itu seketika bungkam. Merunduk tak berani lagi bersitatap dengan Jeonghan yang padahal posturnya tak sebanding dengan dia.

Kenapa sampai seorang Lee Seokmin dibuatnya hening?

Kenapa yang lain terlihat tegang?

Wonwoo tidak sendirian yang merasa ini aneh, kan?

"Wonwoo-ya."

"Ne?"

"Janji pada ku untuk tenang."

"???"

"Seungkwan, aku mau kau ada di samping Wonwoo sekarang."

Bukan hanya Seungkwan, bahkan Jihoon yang terkenal cuek saja kini perlahan mendekat ke arah Wonwoo.
Minghao berpindah duduk agar tidak jauh dari mereka, begitu juga dengan Jun yang menggenggam sebotol air mineral di tangan.

"Mungkin sebagian dari kalian sudah paham situasi dan kejadian beberapa hari belakangan. Tapi aku.. baru bisa terbuka sekarang."

"Ini tentang Mei??"
Suara Jisoo, langsung diangguki oleh Jeonghan sedetik setelahnya.

"Minggu lalu ada beberapa kejadian di area sini yang melibatkan Mei.
Kalian pasti punya dugaan sendiri siapa dalangnya. Jadi aku tidak perlu repot bongkar identitas lagi."

"Bendera perang dari Papa asli Mei?"
Sesederhana itu spekulasi Wonwoo.

Tapi Jeonghan tidak mengangguk.

"Kalau hanya perang.. mungkin akan mudah dikalahkan.
Masalahnya, dia mengancam."

Awalnya mungkin mengincar Mei. Tapi kalau sampai memasuki area gedung mereka, hampir membahayakan Chan yang bahkan hanya membuka pintu untuk tamu, Seungcheol juga Jeonghan tau akan kemana masalah ini merembet nantinya.

Selagi masih belum turun tangan secara langsung, Seungcheol akan bermain 'baik'. Tidak langsung memborbardir lawan, makanya ia panggil Vernon, Mingyu, Seokmin, Jun, juga Soonyoung beberapa hari lalu untuk menyusun sebuah rencana.

"Aku akan bicara dengannya empat mata terkait hak asuh Mei." -SC

"Kau gila?" -SY

"Tidak perlu izinnya, kita jauh lebih berhak untuk mengasuhnya!" -MG

"Aku.. sedikit paham maksud mu, hyung.
Kau ingin bermain santun supaya dia tidak macam-macam lagi pada kita, iya kan?" -SM

"Drop your manners, dia sendiri tidak pakai basa-basi ketika menyuruh mereka membunuh Nat dengan membabi buta di hadapan anaknya." -VN

"Aku lebih penasaran kalau rencana ini tidak berhasil, apa yang akan terjadi." -JN

Seungcheol terdiam sejenak. Ia terus memandang kosong cetakan poto siluet seseorang yang diambil kamera Chan beberapa waktu lalu dari atap gedung. Tentang pria yang di dekat sekolah Mei, pria yang parkir di dekat gedung rumah mereka hampir tiap hari. Pria yang kerap kali terlihat memandang ke atap gedung seolah memergoki Chan yang tengah memotret.

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang