w

2.7K 352 28
                                    

Jeonghan menghela nafas -lagi-, masih duduk bersilang kaki menghadap seorang 'pasien' yang terlihat baik-baik saja di detik-detik genting begini. Bahkan masih sempat membuka papan catur, menyusunnya, dan mengisyaratkan Jeonghan untuk main bersama.

Tiga hari dari sekarang, adalah batas waktu yang ditentukan oleh pria bernama Peter alias target mereka. Itu berarti ia akan terus gencar menyudutkan mulai dari hari ini.

Hell, bahkan dari kemarin saja orangnya sudah berusaha mengancam dengan tiba-tiba hadir di hadapan Mei.

Lalu kenapa Seungcheol masih sempat bersantai?

Apa.. dia menyerah??

"Kau tau, kalau kau punya banyak energi begini bukankah lebih baik kembali berdiri dan pimpin pasukan mu kembali?"

"Kita tidak sedang perang dunia, kenapa buru-buru sekali?"

"Ya tapi-"

"Lagi pula, aku dengar dari bibi..
Kamu sudah ambil alih posisi ku, jadi aku layak bersantai."

Apa ini?

Semacam tantrum?

Atau sarkas? Satire? Apa sih, Jeonghan kadang bingung dengan pria sok misterius ini yang sok kuat padahal kena gas beracun saja sudah tumbang.

Kalau itu ayahnya, pasti-

"Kau tau, Han.
Manusia itu bagai bidak catur."

"Astaga, ini bukan waktunya bermain catur.."

"Queen, F6. Check."

"Rook, E7.
Ayolah, kita tau endingnya bagaimana. Bisa serius sebentar-"

"Oh, tidak takut dimakan?
Rook out, check."

"Aish, king C8!"

"..okay, aku mundur."

"Bagus. Jadi kita bisa bicara-"

"Nah, selesaikan ini dulu."

"Tuhaaan!
Bishop B2! Checkmate! Puas?!"

"Oooh~ sejak kapan-"

"See?! Sudah ku bilang akhirnya akan selalu sama! Aku yang selalu checkmate di akhir jadi bukankah harusnya kau-"

"Hm?"

"Kenapa kau tidak pakai knight?"

"Why, you think?"

"...kau membiarkan ku menang?"

"Apa kau masih perlu bicara serius, sekarang?"

"Choi Seungcheol!"

"Bagaimana?
Rasanya lebih buruk dari kalah, bukan?"

"...."

"Strategi dibuat bukan untuk memenangkan permainan, Han.
Tapi strategi dibuat untuk memanipulasi permainan.
Bukankah itu yang Ayah mu ajarkan?"

Sekarang Jeonghan mengerti apa maksud dari permainan catur ini.

Kelihatannya memang permainan baru dimulai saat pihak lawan menyerang. Tapi jauh sebelum itu.. pria dia hadapannya ini.. sudah memiliki strategi kemenangan yang sangat matang, mulus, berjalan sesuai kehendaknya sendiri.

Targetnya memang bukan menang.
Tapi membiarkan musuh 'merasa' menang.

That's more humiliating than winning.

"Kau panik tiga hari lagi mungkin Mei diculik atau terancam oleh ayah kandungnya sendiri?
Kau meremehkan ku.

Aku dan Mingyu tidak akan berkorban sejauh ini hanya untuk membiarkan putri kecil itu 'dimakan'."
Ucap Seungcheol, seraya menyingkirkan dua pion kecil dari bidak catur yang baru saja disusun rapih olehnya.

13 Papa [Seventeen MxM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang