(54) Kenyataan

47 26 32
                                    

Happy reading all
Voment buat Yamoon 💓

••••

Jangankan payung, lo bisa memiliki atap jika lo mau kapanpun itu.

- Ginela Ranabenua

••••

Rici berlari tergesa-gesa. Berkeliaran di area rumah sakit dengan wajah panik. "Sus, pasien atas nama Laras atau Zoe," pinta Rici disertai napas memburu.

"UGD 4, kak."

Kaki Rici segera berlari. Menuju ruangan yang diinformasikan oleh perawat rumah sakit tadi. Rici begitu mengkhawatirkan keadaan mereka.

Ketika di rumah, Rici mendapat telepon jika ibunda Zoe masuk rumah sakit. Zoe sampai terisak di sana dengan perkataan yang terbata-bata. Rici yang mendapat kabar buruk itu langsung bergegas tanpa berpikir. Masalah Zoe akhir-akhir ini sedang runyam.

Rici harus berada di sana untuk menemaninya.

Langkah kaki Rici terhenti. Mengatur napasnya baik-baik. Kini sorot matanya terfokus pada tubuh seorang gadis. Dia sendiri dan meringkuk bersama sepi. Betapa banyaknya air mata yang ditahan gadis itu selama ini. Pada akhirnya Rici pun melihat dia menangis sesenggukan.

"Zoe," panggil Rici lembut

"Gua di sini."

Pandangan Zoe terangkat. Menampakkan kondisi tidak baik saat ini. Dunianya hancur, Zoe tidak tahu harus merakitnya seperti apa lagi.

Rici tersenyum hangat ketika Zoe berlari memeluk tubuhnya. Zoe menangis, menjatuhkan air mata di pundak Rici. Hari ini Zoe tidak segan melampiaskan semua rasa sakit yang mendatanginya secara bertubi-tubi.

Mengetahui kesulitan Zoe, Rici pun mengusap punggung gadis itu. Menenangkan perasaan Zoe yang kacau balau. "Zoe, nggak apa-apa. Ada gua di sini." Rici hanya sanggup mengatakan hal seperti itu saja.

Ini kali pertamanya Zoe menangis sesenggukan di hadapan Rici. Setiap momen mengharukan, Zoe hanya menitikkan air mata sepintas. Bahkan di saat gadis itu menceritakan mengenai kondisi keluarganya, Zoe tetap berusaha terlihat kuat.

"Rici gua harus apa?"

"Gua harus apa supaya dunia gua baik-baik aja?"

"Kenapa dunia begitu jahat memperlakukan gua?"

"Kenapa dunia tidak berbelas kasih ke gua?"

Rici mengerti sakitnya berada di posisi Zoe. Rici tahu menderitanya menjadi anak di saat melihat keluarga sendiri hancur. Rici dapat memahami semua itu.

"Semuanya bakal berlalu, okay?"

"Lo bakal melalui semua ini."

"Lo bakal meninggalkan semua rasa sakit ini."

"Gua percaya sama lo," ujar Rici.

Rici terus mengelus punggung Zoe. Memberi semangat agar tidak padam sampai di sini saja. Masih banyak hari-hari di depan sana yang menunggu Zoe.

Zoe menyembunyikan wajahnya di pundak Rici. Sungguh rasanya Zoe tidak kuat menopang semua hal yang terjadi. Zoe tidak sanggup mempertahankan dunianya.

Mulai dari pertengkaran, perselingkuhan, tali takdirnya dengan Ezra, lalu kelahiran seorang anak dari keluarga baru ayahnya.

Apa lagi setelahnya?

Zoe benar-benar tidak bisa memprediksi kenyataan yang menyakitinya di masa depan.

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang