(31) Bianglala

145 65 81
                                    

Happy reading all 💞
Voment Yamoon Yeorobun

••••

"Jika berbicara masa depan, gua cuma berharap lo nggak akan pernah jadi masa lalu gua."

- Fabricia Yemima

••••

Miley kembali setelah selesai membeli barang yang diperlukan mereka. Di sana masih terdapat Kalza yang sedang menatap langit malam. Mungkin pria itu sudah merenungkan pikiran nya sehingga saat ini merasa tenang.

"Nah, minum," sodor Miley.

Kalza menerima air pemberian Miley. Hari ini cukup melelahkan untuk Kalza. Air matanya pun sudah terjun deras terbawa angin malam.

"Makasih."

Kalza mengembalikkan ponsel Miley. Kalza sudah mendengarkan lagu asing tersebut. Namun itu cukup menenangkan hati Kalza dengan makna dibalik lagu tersebut. "Itu membantu," lontar Kalza.

Senyuman cerah Miley langsung diterbitkan sebagai rasa bangga. Cara ampuh yang MIley punya, ternyata berguna juga untuk Kalza.

"Lo sering mendengarkan itu juga?"

"Bukan gua, tapi semua army," jawab Miley.

Kalza memandang MIley yang terus menikmati langit. "Gua disembuhkan oleh mereka," cicit Miley.

"Begitu juga dengan penggemar mereka lainnya."

"Menyembuhkan?"

Miley membalas tatapan Kalza, lalu mengangguk. "Mereka adalah obat bagi seseorang yang ingin lenyap dari bumi."

"Yang ingin menyerah pada masa depan."

"Yang tidak mempunyai harapan."

"Yang nyaris kehilangan arah hidup," ujar Miley membayangkan perjuangan kerasnya bersama army dan Bangtan.

"Mereka berhasil menyakinkan bahwa mati bukan jalan satu-satunya untuk dipilih."

Miley tersenyum kepada Kalza. "Dan gua mau lo juga tau," lirih Miley.

"Bagaimana jika dunia mengarahkan untuk gua mati?"

"Setidaknya diri lo nggak mau hal itu," jawab Miley cepat.

"Itu udah cukup buat lo terus bertahan."

Kalza merapatkan tangannya mencari kehangatan dengan perasaan gelisah. "Nggak ada hal yang harus gua pertahanin lagi di sini," kata Kalza sambil menatap Miley datar.

"Ada."

"Mimpi orang tua lo."

"Semua orang berpikir bahwa kelahiran lo adalah kesialan untuk nyawa ibu lo sendiri."

"Tapi jika aja lo menerima dan lo berhasil mewujudkan mimpi itu, dunia ini akan menganggap bahwa lo adalah anugerah yang ada buat harapan keluarga."

"Ayolah berpikir ke arah yang baik! Nggak selamanya persepsi dunia hanya ada pada satu sisi."

MIley mengeluarkan obat salep yang dibelinya di apotek tadi. Luka-luka Kalza harus segera diobati. Kalza seharusnya tidak mengabaikan semua luka tersebut.

"Lo masih muda."

"Belom juga sepantaran gua, terus sekarang lo mau nyerah?" tanya Miley sambil mengobati luka di wajah pria itu.

"Aaw ..."

"Sakit," cicit Kalza

"Begini aja lo sakit, gimana lo terjun ke bawah tadi hah?"

She's a Fangirl || TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang