Happy reading 💞
Voment juga buat yamoon!••••
"Pilihan gua, elo. Gimana?"
- Ginela Ranabenua
••••
Bel sekolah berbunyi nyaring membuat murid SMA cendekiawan berkeliaran keluar kelas. Jam pelajaran hari ini berhasil mereka lewati. Mereka tampak lesu dan kehilangan semangat. Tentu semua itu akibat siksaan guru kepada pelajar. Terlalu banyak aktivitas yang berjalan cepat hari ini. Salah satunya jadwal remedial ulangan harian.
"Rici," bisik Kiki yang tengah melangkah di sebelah Rici.
"Apa?"
"Ci, Rici."
"Iya, kenapa Ki?" tanya Rici lagi dengan mata yang terus fokus pada jalanan.
Rici ingin cepat-cepat menyapa ranjang tidur. Kemudian bercengkrama dengan tujuh malaikat yang selama ini setia menemani berjuang. Akhir-akhir ini Rici menghabiskan waktunya untuk bekerja dan mengurus rumah. Rici sudah jarang bercengkrama bersama mereka.
Kerutan muncul di dahi Rici. Merasa heran dengan sikap Kiki yang tidak fokus pada langkah kaki sendiri. "Sebenernya lo lagi liat apa sih? Fokus banget lirik ke belakang?" tanya Rici heran.
Tubuh mungil Rici mendadak ditarik untuk mendekati Kiki. "Di belakang, ada kakak famous yang sering dibicarain temen kelas," ungkap Kiki membocorkan hal yang sedang diperhatikan. Objek cerita sepintas dari teman kelasnya mendadak hadir secara nyata. Pria bak pangeran itu berpijak di tanah yang sama seperti mereka.
Kiki mendekatkan diri kembali. "Dia mahasiswa UNJ, pernah datang ke sekolah kita satu kali buat seminar kelas 12."
"Wajahnya tuh tampan dan fashionable banget."
Kiki menyuarakan betapa indahnya ciptaan tuhan yang hidup di bumi. Jarang sekali manusia bumi yang lelah seperti mereka mendapat suguhan menarik mata pandang.
"Namun, anehnya belakangan hari ini dia sering banget nongkrong dekat gerbang sekolah."
"Mungkin dia nunggu seseorang dari sekolah kita kali ya," cetus Kiki dengan asal.
Semua alasan bisa saja terjadi jika memiliki kemungkinan besar. Lagi pula dunia ini sungguh sulit ditebak. Selalu saja terdapat teka-teki lalu ditutup dengan kejutan besar.
Rici melirik sekilas ke arah belakang. Sesuai dugaannya, sosok tersebut ialah dia. "Gua duluan ya Ci, lo pulangnya hati-hati." Pesan singkat sengaja Kiki titipkan untuk Rici. Jemputan yang dinantikan telah tiba. Ia akan pergi lebih dahulu dan meninggalkan pekarangan sekolah.
"Ya, lo juga."
Tumit Rici berputar guna membalikkan tubuh ke belakang. Hal pertama yang ditemukan Rici tentu senyuman manis dari seseorang. "Gua bukan anak balita yang butuh pengawasan," cibir Rici ketika Benua sudah berada di depan mata.
"Gua juga bukan pengasuh anak."
"Gua Benua."
Rici memutar bola matanya malas. Berdebat bersama Benua terasa tidak memiliki titik akhir. "Ternyata udah nggak kaget lagi ketemu gua," lontar Benua sambil menyamakan langkah kaki Rici yang terlihat sedang menahan kekesalan.
"Harus banget gua kaget saat ketemu sama lo?"
"Bertemu hantu aja, belom tentu gua bisa kaget."
Anggukan timbul di kepala Benua. "Bener juga sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
She's a Fangirl || TERBIT
JugendliteraturRank : #1 Love myself #2 memori #2 benua #3 true friend #5 fandom Menjalani kehidupan dalam raga terlihat baik-baik saja itu sungguh melelahkan, bukan? Setiap hari selalu berusaha mempertahankan kata "Im fine" yang bertentangan dengan suara hati. S...